Sunday, December 13, 2015
HIBERNATION UNTIL UNDETERMINED TIME
Friday, December 4, 2015
KOPDAR JAKARTA 27 DECEMBER 2015: OPEN RECRUITMENT
Thursday, November 26, 2015
JANE X: PLUTON CARNAGE – CHAPTER 7 FINALE (ORIGINAL SERIES)
Fan fiction: Dave Cahyo
WARNING: UNTUK DAPAT MEMAHAMI CERITA INI, KALIAN HARUS TERLEBIH DAHULU MEMBACA SERI JEFF THE KILLER YANG MEMUAT TOKOH JANE THE KILLER, YAKNI “VOW OF REVENGE” DAN “TRIUMPH OF EVIL”
***
Sunday, November 22, 2015
JANE X: PLUTON CARNAGE – CHAPTER 6 (ORIGINAL SERIES)
Fan fiction by: Dave Cahyo
WARNING: UNTUK DAPAT MEMAHAMI CERITA INI, KALIAN HARUS TERLEBIH DAHULU MEMBACA SERI JEFF THE KILLER YANG MEMUAT TOKOH JANE THE KILLER, YAKNI “VOW OF REVENGE” DAN “TRIUMPH OF EVIL”
***
Friday, November 20, 2015
IT'S WINTER, IT'S SLEEPING TIME: HIBERNASI BULAN DESEMBER
Hallo guys. Bulan November ini gue post buanyaaaak soalnya Desember gue mau hibernasi. Gue mau konsen mengurus berbagai acara, semisal ngurus kerjaan (kerjaan bakalan numpuk soalnya kudu dikelarin semua sebelum liburan akhir tahun), nyiapin Natalan, nyiapin Kopdar Akbar MBP Jakarta tanggal 27 Desember 2015 nanti, pokoknya sibuk deh hahaha. Gue nggak yakin apa gue masih ada waktu buat ngeblog dengan agenda sebanyak ini.
JANE X: PLUTON CARNAGE – CHAPTER 5 (ORIGINAL SERIES)
Fan fiction by: Dave Cahyo
WARNING: UNTUK DAPAT MEMAHAMI CERITA INI, KALIAN HARUS TERLEBIH DAHULU MEMBACA SERI JEFF THE KILLER YANG MEMUAT TOKOH JANE THE KILLER, YAKNI “VOW OF REVENGE” DAN “TRIUMPH OF EVIL”
***
Saturday, November 14, 2015
JANE X: PLUTON CARNAGE – CHAPTER 4 (ORIGINAL SERIES)
Fan fiction by: Dave Cahyo
WARNING: UNTUK DAPAT MEMAHAMI CERITA INI, KALIAN HARUS TERLEBIH DAHULU MEMBACA SERI JEFF THE KILLER YANG MEMUAT TOKOH JANE THE KILLER, YAKNI “VOW OF REVENGE” DAN “TRIUMPH OF EVIL”
***
CURHAT OF THE MONTH: KOPDAR MBP DI TIGA KOTA
Hallo guys. Kali ini gue akan menceritakan kopdar-kopdar MBP yang pernah gue adain di tiga kota *buset deh kek konser aja* yakni Surabaya, Yogya, ama Solo. Gue pernah ngadain *diundang sih* ke kopdar tak terlupakan di Tangerang *soalnya ditraktir pizza xixixi* Nah gue jadi tertarik bikin kopdar-kopdar lain di kota-kota yang gue kunjungi. Ada yang rame, ada pula yang sepi. Tapi semuanya berkesan tentunya karena akhirnya gue bertatap muka langsung ama fans-fans gue hahaha *tabok* Ini dia ceritanya.
REVIEW RUANG PUTAR SINEMA: FILM PENDEK KARYA SINEMATOGRAFI AIRLANGGA
TAMAN HONDA TEBET: JAKARTA’S INNOVATIVE GYM GARDEN
*motornya gue yakin Honda*
Pengen refreshing dari kesibukan dan keramaian kota Jakarta? Taman Honda Tebet bisa jadi pilihan kalian. Taman ini terletak cukup dekat ama [mantan] kantor gue di Tebet. Mau tau dimana Taman Honda Tebet ini? Silakan pake Google Maps *yeee kirain admin mau kasih tau* Soalnya agak mblusuk2 gitu sih lokasinya coy. Gampangannya sih letak taman ini ditunjukin ama Patung Pancoran hehehe. Taman ini sekilas sih seperti taman biasa, bahkan pohonnya jarang2 dan masih kalah rindang dibanding Taman Suropati. Namun ini sih bisa dimaklumi, soalnya taman ini masih terbilang baru. Diresmikan tahun 2011, taman ini dinamakan Taman Honda karena pembangunannya didanai oleh Honda sebagai bentuk charity dan to give back to society. Dan kayaknya kalo elo parkir mobil merek lain selaen Honda kek Suzuki atau Mitsubishi di sini bakalan diderek *nggaaaak ding becanda* Tapi ada yang unik banget lho dari taman ini, soalnya ada outdoor gym-nya.
CATHEDRAL OF DREAMS: KETEDUHAN IMAN DI KATEDRAL MALANG
Salah satu tujuan gue jalan-jalan ke Malang adalah mengunjungi katedralnya. Pas gue terakhir ke Malang, gue cuman melihat eksterior katedral ini pas angkot yang gue naikin lewat daerah Ijen. Kesempatan terakhir gue di Malang juga gue pakai untuk beribadah di gereja satunya, yakni Gereja Kayutangan yang bernuansa gotik.
Gue sih awalnya memandang sebelah mata pada katedral ini, soalnya dilihat dari luarpun, kesan artistiknya masih kalah ketimbang Gereja Kayutangan. Gue mikir, kenapa nggak Gereja Kayutangan aja ya yang jadi katedral? Tapi karena gue emang bernafsu untuk mengunjungi semua katedral di tanah Jawa (dan cuman katedral ini yang belom gue masukin) pas gue ada kesempatan ke Malang lagi, langsung aja gue samperin. Tapi ternyata dugaan gue salah. Gereja ini ternyata dalamnya nyaman sekali. Bahkan gereja ini menurut gue adalah salah satu gereja terbaik yang pernah gue kunjungin.
MEMOIR OF MALANG: HOAAAAA PENGEN PINDAH KE MALANG HOAAAAA!!!
Kalimat di atas pernah jadi status gue di BBM pas hape gue ilang. Jadi kayaknya selamanya status BBM gue bakalan itu terus hahaha. Tapi emang beneran kok guys. Pas gue di Solo, gue kepengen pindah Jakarta *kotanya rame dan gaji gede* Pas gue di Jakarta, gue kepengen pindah ke Surabaya *sapa tau orangnya nggak se-hostile di Jakarta* Eh setelah gue di Surabaya dan maen ke Malang, gue malah kepengen pindah ke sini soalnya adem hahaha. Nggak bersyukur banget ya gue orangnya. But who can blame me, Malang emang kota yang indah menurut gue, damai lagi. Tapi liat sisi baiknya, at least karena gue ada di Surabaya, gue bisa sering-sering maen ke sini. Apalagi gue ada temen yang baek banget di sini. Jadi betah deh pokoknya.
KINGDOM OF LION: EKSOTIKA CANDI DAN PENINGGALAN SINGOSARI
Ada banyak sebenarnya candi di sekitaran Malang dan Surabaya, namun mungkin Candi Singosari inilah yang paling mudah dijangkau. Jika kalian naek bus dari arah Surabaya ke Malang *dan sebaliknya* kalian pasti ngelewatin Singosari ini. Letaknya juga cukup dekat dari Malang. Makanya, pas gue jalan-jalan ke Malang, gue mutusin juga mampir ke lokasi ini. Dan wisata sejarah ke Singosari ini cukup lengkap, karena kita bisa melihat 3 objek bersejarah, yakni Candi Singosari, arca Dwarapala, dan Petirtaan Ken Dedes.
THE CHOSEN ONE: WISATA SEJARAH DI PENELEH, SURABAYA
Makam Peneleh di Surabaya mungkin bisa disamakan dengan Taman Prasasti di Jakarta, isinya kuburan Belanda dengan batu nisan yang artistik. Sayang pas gue ke sana, gue harus menelan pil pahit kekecewaan soalnya nggak bisa masuk. Tapi ternyata wilayah Peneleh menyimpan sejarah lebih dalam dari sekedar makam Belandanya. Gue sempat terhibur laranya *lebay* dengan menemukan jejak sejarah tokoh yang selalu gue kagumi, Soekarno, di Peneleh ini. Simak yuk ceritanya.
REBIRTH AS PHEONIX: GEREJA ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
Judulnya lebay banget ya guys, padahal cuman review gereja doang. Ceritanya pas gue pindah ke Surabaya, gue sempet bingung mau ikut misa di gereja mana. Ternyata gereja terdekat dengan kosan gue di daerah Tunjungan adalah di sini, di Gereja St. Vincent di wilayah Widodaren. Yah lumayan pegel sih jalan, tapi apa boleh buat. Kenapa gue bikin judul sedramatis itu? Well, karena dari luarnya sih gereja ini kayak gereja Belanda tua bergaya art-deco, tapi pas masuk ternyata terlihat banget kalo gereja ini habis direstorasi besar-besaran. Dimana gue yakin lagi, renovasi ini telah mengubah drastis bentuk bagian dalam gereja ini. Tapi nggak masalah sih, soalnya gerejanya jadi tambah cantik.
LE MUSEE DU SAMPOERNA: SIMPLY NOT WORTH IT
Bukan kali pertama gue jalan-jalan dan kecewa ama destinasi gue *nggak sekeren di internet*. Namun kekecewaan gue berlipat ganda soalnya Museum Sampoerna (AKA House of Sampoerna) ini direkomendasikan oleh salah satu teman backpacker gue yang emang lebih banyak pengalamannya ketimbang gue. Gue sih percaya ama aja review dia soalnya dia pernah merekomendasikan Museum BI *yang kalo nggak ada saran dari dia nggak bakalan gue datengin* dan ternyata bener, isinya keren banget sumpah! Namun perjalanan kali ini gue harus menelan pil pahit kekecewaan soalnya museum ini biasa-biasa menurut gue. Dan herannya, museum ini disebut sebagai wisata sejarah terbaik di Surabaya. What the hell?
Friday, November 13, 2015
PRAY FOR PARIS
It is hope and peace that supposed to be spread; not war, fear, and violence.
Lord bless us all
KEBUN BINATANG SURABAYA: LAND OF DESERTED ANIMALS
Gue banyak mendengar hal buruk tentang Kebun Binatang Surabaya, bahkan semenjak gue masih di Jakarta. Katanya banyak binatang yang mati gara-gara nggak keurus. Makanya KBS menjadi salah satu least attraction yang pengen gue kunjungin di Surabaya. Tapi karena anak-anak member grup Line ngajakin maen ke sini pas liburan ya gue sanggupin aja.
CAPITAL OF COURAGE: TUGU PAHLAWAN, LAMBANG KEBERANIAN AREK SURABAYA
Nama Surabaya memang lekat dan identik dengan kata “pahlawan”. Tak heran, sebab salah satu perjuangan terbesar bangsa ini dalam mempertahankan kemerdekaan terjadi di kota ini ketika pertempuran legendaris 10 November terjadi. Dan nggak salah jika di bulan November ini gue mengulas tentang sejarah perjuangan arek-arek Surabaya melawan Sekutu yang terangkum di museum Monumen Pahlawan ini.
CITY OF HEROES: JALAN-JALAN KE PUSAT KOTA SURABAYA
Gue cukup beruntung, sebagai pendatang sekaligus pecinta sejarah, Tuhan nempatin gue di pusat kota Surabaya. Baik kantor tempat gue kerja dan kosan gue berada di bilangan Tunjungan, pusat perekonomian di kota terbesar kedua di Indonesia ini. Malahan banyaknya gedung-gedung bertingkat di sini membuat gue merasa masih ada di Jakarta haha. Namun walaupun banyak gedung-gedung modern di sini, namun ternyata banyak sekali wisata sejarah yang dinikmati di sini, yakni melalui bangunan-bangunan tua yang tercecer di sini. Mau tahu ceritanya? Silakan simak saja artikel berikut ini :D
TWO CENTURIES OF GLORY AND GOSPEL: GEREJA KEPANJEN SURABAYA YANG MENAKJUBKAN
Gereja Kepanjen ini adalah salah satu gereja berasitektur gotik *asli* yang pernah gue lawati. Struktur gereja gotik bisa dilihat dari denah gerejanya yang menyerupai salib dengan altar berbentuk melengkung dan atap dihiasi rusuk-rusuk, serta kaca-kaca patri dan yang paling khusus: rose window di fasad depannya. Gereja ini menuruti desain asli tersebut, menjadikan gereja ini menjadi salah satu sacred destination favorit gue. Gereja yang kerap disebut Kelsapa (Kelahiran Santa Perawan Maria) ini sudah cukup tua lho. Pas gue ke sini tahun 2015 saja, gereja ini mau berulang tahun yang ke 200 tahun. Waaauuuu ...
FRAGRANCE OF MEMORIES: KEMBANG JEPUN, SANG PEMIKAT SEJARAH
Di artikel gue sebelumnya, gue mencatat acara jalan-jalan gue di Kota Tua, mulai dari Tugu Pahlawan hingga Jembatan Merah. Kali ini gue akan membahas khusus tentang Kembang Jepun karena ada banyak banget yang bisa gue ceritain dari penjelajahan gue di sini. Menilik nama “Kembang” yang sudah disematkan sejak zaman kolonial di wilayah ini, cuman satu hal yang terbersit di benak gue, yakni tempat ini pastinya dulu adalah lokalisasi. Gue nggak tau sih kebenarannya *dan gue nggak kepengen tau* tapi yang gue perhatiin adalah warisan sejarah di sini cukup terjaga, walau jauh dari kata terawat.
VORTEX OF HISTORY: PUSARAN SEJARAH KOTA TUA SURABAYA
Salah satu impian gue adalah beribadah di gereja-gereja tua sepanjang Jawa, salah satunya yang gue incer banget adalah Gereja Kepanjen di Surabaya. Akhirnya keinginan itu baru tercapai setelah gue move on ke Surabaya. Karena gue ke gerejanya hari Minggu, maka biar nggak kesasar *yang gue banget* akhirnya gue memutuskan survey dulu pada hari Sabtunya. Eh di luar dugaan gue, ternyata wilayah di sekitar Kepanjen hingga Jembatan Merah merupakan kota tua yang dipenuhi bangunan-bangunan tua yang megah dan artistik. Berada di tengah-tengahnya seakan-akan membuat gue terhisap ke dalam pusaran sejarahnya *lebay*
LEGENDARY JOURNEY OF PASOPATI: MONUMEN KAPAL SELAM SURABAYA YANG PERKASA
"Under the sea ... under the sea ..." Masih ingat ama lagu Little Mermaid tersebut? Yup, kayaknya lagu itu bakalan cocok mengiringi jalan-jalan gue ke Monumen Kapal Selam. Gue sebelumnya sama sekali nggak tahu menahu ada monumen sekeren ini di Surabaya. Namun kebetulan pas gue datang ke Surabaya untuk interview gawean baru, gue dianter ama sodara gue melewati lokasi ini. Jadilah ketika gue akhirnya tiba dan berdomisili di Surabaya, objek wisata sejarah inilah yang pertama kali gue kunjungi.
AT THE THRONE OF THE MAJESTY: KISAH KATEDRAL SURABAYA
Tertanggal bulan April kemaren gue resmi jadi penduduk Surabaya *walau dengan KTP Solo* karena gue dapat kerjaan di kota ini. Gue sudah mengepak barang gue dari Jakarta dan siap melupakan kota kelam tersebut. Yah, walaupun banyak yang gue rindukan dari kota itu sih. Buswaynya, wifi di rumah kakak gue *hiks itu yang paling bikin gue kangen*dan tentu saja katedralnya. Tapi di sini gue dapat gantinya. Surabaya juga punya katedralnya sendiri, walaupun nggak semegah Katedral Jakarta sih. Bentuk arsitekturnya juga jauh berbeda, walaupun warisan sejarahnya sama kentalnya.
REVIEW MANGAFEST YOGYA 2015: ASYIKNYA JALAN-JALAN DI KAMPUNG COSPLAY
Halooo guys kali ini gue bakalan nyeritain pengalaman gue ikutan Mangafest 2015 di Yogya. Seperti namanya event bikinan anak UGM akan menjadi ajang kreasi manga bikinan anak bangsa sekaligus ada event-event seru kek karakoean ampe cosplay. Pastinya keren dong. Acaranya sendiri dibagi dalam dua hari yakni 17-18 Oktober 2015. Sialnya nih, gue cuman datang pas hari sabtunya, yakni pas eventnya masih sepi. Minggunya, pas acaranya membludak full dengan cosplayer keren, gue malah dalam perjalanan balik ke Surabaya hiks.
Gue emang udah ngerencanain datang ke event ini jauh-jauh hari. Ini bukan pertama kalinya sih gue liat ajang cosplayer. Gue pernah liat ajang yang sama pas ada event di Little Tokyo, Jakarta yang menurut gue biasa-biasa aja. Yang membikin event Mangafest ini luar biasa (buat gue) adalah bisa ketemu ama Yuuki Raven, yakni salah satu member setia grup Line gue. Aaaaak akhirnya kesampaean deh foto-fotoan ama Yuuki. Ayo ikuti serunya event ini :D
YOUNG AND DANGEROUS: 10 PEMBUNUH PALING BELIA DALAM SEJARAH
Gue pernah membahas dalam postingan gue Dark Side of Japan tentang pembunuh-pembunuh belia dalam sejarah Jepang, yang karena alasan etika, nama-nama mereka tidak dipublish ke umum. Namun ternyata bukan mereka saja pembunuh paling muda dalam sejarah. Tercatat, anak-anak berusia kurang dari 16 tahun ini membunuh tanpa perasaan, bak seorang psikopat dewasa. Apa yang melandasi perbuatan sadis mereka? Apakah mereka terpengaruh tayangan televisi penuh kekerasan, didikan orang tua yang tidak benar, ataukan kejahatan hanya mengalir murni dalam darah mereka tanpa bisa dihentikan? Berikut ini 10 pembunuh anak-anak paling sadis dalam sejarah yang tentu saja membuat kita miris.
YANG DINANTI: REVIEW 5 FILM HOROR PILIHAN ADMIN MBP
Hallo guys. Balik lagi nih dengan review film horor khas Mengaku Backpacker. Kali ini yang akan gue bahas adalah film “The Deathday Party” asal Tiongkok yang bergenre drama thriller psikologis, “The Tower” asal Korea yang bergenre disaster movie, “The Host” asal Korea yang bergenre drama – horor monster – komedi, “Suspect X” asal Jepang yang bergenre thriller detektif, serta “Lazarus Effect” asal Hollywood yang bergenre horor – science fiction. Seru-seru pastinya. Silakan disimak.
1. The Deathday Party
Judulnya unik ya, kebalikan ama Birthday Party. Bisa gue bilang, film ini adalah versi Hong Kong-nya “Identity” sebuah film thriller detektif yang dibintangi John Cusack karena ide ceritanya hampir mirip, walau eksekusinya jauh berbeda. “The Deathday Party” berkisah tentang sepasang ibu dan anak yang diculik dan ketika tersadar, mereka berada di dalam sebuah gua, berpakaian primitif dengan tujuh orang lainnya yang nggak mereka kenal. Yah bisa dibayangin lah kayak reality show “Opposite World” gone wrong.
Ternyata mereka diculik untuk memainkan sebuah permainan, dimana salah satu mereka adalah pembunuh misterius dan mereka harus menemukan identitas sang pembunuh sebelum mereka tewas satu persatu. Rasa curiga membuat para peserta permainan itu saling membunuh. Namun ceritanya bergulir menuju kejutan-kejutan yang nggak bisa ditebak. Endingnya, ketika identitas baik si pembunuh dan orang-orangnya di sekitar mereka terungkap satu demi satu, benar-benar bikin gue menganga. Ternyata si pelakunya adalah ............... ternyata si psikiater dingin yang sepertinya tak berperasaan itu adalah .................... ternyata si anak umur 6 tahun adalah ......................... bener-bener fak ... fak ... faaaak ....!!! Gue bener-bener ditipu mentah-mentah oleh film ini.
Gue pernah membahas di review film “Nightmare” sebelumnya bahwa pemerintah komunis Tiongkok menerapkan sensor yang amat ketat pada film-filmnya. Mungkin karena alasan itu, film thriller psikologis ini lebih mengandalkan plot twistnya, which is a good thing. Tapi yang paling gue benci dari film besutan Tiongkok (walaupun sutradara-sutradara kreatif mulai bermunculan) adalah nuansa dramanya yang kental. Remember guys, this is supposed to be a horror story! Unsur dramanya, walaupun gue akuin emang berperan penting dalam jalan ceritanya, jujur aja bikin gue bosen. Tapi yah semua itu kayaknya tertebus dengan revelasi mencengangkan pada bagian akhirnya.
Singkat kata, gue kasi film ini nilai 4 CD berdarah. Jangan lupa, CD berdarah adalah trademark review film horor ala Mengaku Backpacker. Jangan diplagiat yaaa *idih siapa juga yang mau*
2. The Tower
Kalo biasanya gue membahas film-film horor bertema supranatural maupun psikopat, kali ini gue bakal membahas film bergenre disaster. Film model beginian dipelopori oleh film-film Hollywood jadul kayak “Towering Inferno” dan “Poseidon Adventure” yang juga menjadi film-film favorit gue. Film-film bergenre disaster biasanya menceritakan para penyintas (survivor) yang harus menyelamatkan diri dari situasi mencekam berupa bencana alam, semisal kebakaran, gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan lain-lain. Sounds not interesting? Think again!
“The Tower” adalah sebuah film disaster Korea yang dirilis pada tahun 2012 dan mengisahkan bencana kebakaran yang melanda sebuah gedung apartemen pencakar langit di pusat kota Seoul. Mungkin premisnya kurang menarik ya buat kalian. Tapi buat gue sendiri, gue amat menyukai genre-genre seperti ini, sebab jalan ceritanya mirip dengan film horor lainnya, yakni para penyintas kudu menyelamatkan diri mereka sebelum nyawa mereka tereliminasi satu demi satu. Biasanya yang selamat adalah yang mempertaruhkan hidup mereka untuk menyelamatkan yang lain, sedangkan yang egois biasanya malah mati. Selain itu para tokoh utamanya juga harus berjuang menyelamatkan orang-orang yang mereka kasihi, sehingga mereka kemudian menyadari pentingnya arti keluarga, persahabatan, dan cinta. Wah, keren juga ya pesan moralnya.
Tokoh utama film ini adalah Lee Dae-Ho, seorang duren (singkatan dari duda keren) yang bekerja sebagai kepala keamanan sebuah gedung apartemen mewah. Karena terlalu sibuk mempersiapkan pesta Natal dan Tahun Baru, peringatan Dae Ho tentang rusaknya sistem penyemprot air untuk mencegah kebakaran di gedung mereka tak diabaikan. Akibatnya, ketika bencana benar-benar terjadi, para tamu dan penghuni apartemen mewah itupun terjebak di dalam situasi hidup dan mati. Dae-Ho harus bekerja sama dengan seorang kepala pemadam kebakaran untuk menyelamatkan nyawa orang-orang yang masih di dalam gedung, terutama putrinya dan gadis yang ia cintai.
Film ini superkeren menurut gue, terutama special effectnya. Pertama gue pikir kebakaran bakal disulut ama insiden di dapur, namun ternyata penyebab kebakarannya malah keren banget!!! Jalan ceritanya juga lumayan menurut gue. Bagian paling berkesan buat gue adalah adegan dimana para tokoh utamanya harus melompat dari gondola (tuh yang biasa dipake bersihin jendela dari luar) ke dalam gedung yang terbakar. Buset deh musiknya ... bikin deg-degan!
Pas di awal dan di tengah film, alur ceritanya amat seru. Namun begitu mendekati akhir, pace-ya justru menurun. Endingnya sangat ketebak dan “biasa” banget. Selain itu gue juga kecewa pas adegan gedungnya runtuh. Gue pikir ambruk menimpa gedung yang di sebelahnya jadi efek domino gitu alias ngancurin kota Seoul, tapi endingnya malah begituan doang. Kurang heboh kalau untuk ukuran klimaks film ber-CGI secanggih ini, nanggung gitu. Dan tokoh-tokoh antagonis dalam film ini malah selamat. Excuse me, I believe they deserve a horrible death? Apalagi tokoh emak2 yang nyebelin banget ama anjingnya ... aaaargh!!!
Singkat kata, gue kasih film ini 4 CD berdarah dari total 5 CD berdarah untuk mengapresiasi special effectnya yang keren dan keberanian sineas Korea untuk memperluas genre film besutan mereka, nggak terbatas hanya di horor, drama, dan action saja.
3. The Host
Film ini denger-denger adalah salah satu film tersukses sepanjang sejarah dunia perfilman Korea. Bayangin aja, dalam 21 hari pemutarannya saja, film ini sudah menarik hingga 10 juta penonton! Buset dah! Film ini menceritakan sesosok monster yang keluar dari Sungai Han, mengakibatkan banyak nyawa melayang dan menculik seorang anak perempuan. Nah, di sepanjang film ini kita akan mengikuti perjuangan keluarga si anak ini untuk membebaskannya.
Seperti film Korea pada umumnya, walaupun bergenre monster, tapi di sepanjang film kita bakal dihibur dengan penampilan konyol dan kocak dari para pemerannya. Bahkan hingga klimaks film yang sebegitu tegang, masih ada sisipan adegan komedi dan dialog yang mengocok perut. Well, film ini rupanya nggak ingin fokus pada sisi horor saja, walaupun penampilan sang monster sudah cukup meyakinkan dan mengerikan.
Sama seperti The Tower, film ini mengandalkan efek CGI yang teramat canggih, bahkan “terlalu” canggih untuk ukuran film Asia menurut gue. Gue jadi berasa melihat sebuah film besutan Hollywood. Karakter dalam film ini juga berasa lebih hidup, mungkin berkat akting para pemerannya yang walaupun “tak begitu rupawan” namun jelas berkualitas dalam mendalami perannya. Nggak heran ya film ini mendulang sukses, bahkan ada kabar film ini mau dibikin versi Hollywood-nya. Well, nggak yakin sih bakal sebagus versi originalnya. Hmmm ... bakalan kayak Dragon Ball atau One Missed Call nggak ya yang ANCUR ABIS??? As always, Hollywood usually ruins everything.
Film ini bukanlah film ringan, walaupun ada banyak materi komedi di sana-sini. Film ini menyoroti masalah serius dan nyata mengenai pencemaran lingkungan, bahkan didasari kisah nyata. Di awal cerita dikisahkan monster ini terbentuk akibat limbah formaldehid yang dibuang pangkalan militer AS di Korea, sebuah skandal yang benar-benar terjadi tahun 2000. Yang lebih bikin ngeri, sang sutradara terinspirasi membuat film ini setelah berita ditemukannya ikan mutan berbentuk aneh di Sungai Han (yang juga jadi setting lokasi film ini).
Berbagai kritik sosial yang dilontarkan dalam alur cerita film ini membuat “The Host” seakan menjadi sebuah propaganda anti-Barat, sebuah konsep yang jelas tak biasa mengingat Korsel merupakan salah satu sekutu kuat Amerika di Asia. Di klimaks film ini, digambarkan pihak AS berusaha “menebus” kesalahan mereka dengan melepaskan “Agent Yellow” sebuah senjata kimia berbahaya ke Sungai Han untuk membunuh makhluk itu. Rencana tersebut ditentang keras oleh para demonstran pecinta lingkungan, yang kemudian malah menjadi korban senjata kimia tersebut. Dalam kenyataan, memang ada senjata kimia bernama Agent Orange yang digunakan AS pada Perang Vietnam.
Adegan yang paling berkesan bagi gue adalah adegan penutup dimana si tokoh utama dan seorang anak kecil sedang makan dan di belakang mereka terdapat tayangan berita kasus monster tersebut di TV, kemudian si anak meminta agar TV dimatikan karena mengganggu acara makan mereka. Yup, di ending film ini keluarga korban justru “don’t give a shit” tentang segala penjelasan yang diberikan pemerintah, yang terpenting bagi mereka hanyalah mencoba move on dari segala peristiwa yang menimpa mereka.
Film ini emang keren, sekaligus tragis, sekaligus humoris ... nah bingung khan. Gue jadi bingung mau kasih berapa CD berdarah. Akhirnya gue putusin aja deh kasih 4,5 CD berdarah, nggak gue kasih nilai sempurna karena gue kecewa dan miris ama endingnya yang tragis.
4. Suspect X
Film ini sebenarnya dah gue tonton lumayan lama, gue bahkan nggak ingat detail film ini. Namun gue kembali tertarik mengulas film ini setelah gue membaca salah satu karya Keigo Hirashino, yang novelnya “Devotion of Suspect X” melandasi cerita film ini.
“Suspect X” sendiri mengisahkan seorang pria jenius bernama Tetsuya Ishigami yang reclusive dan pendiam, serta lebih memilih menjadi guru matematika biasa walaupun memiliki otak cemerlang. Diam-diam ia jatuh cinta dengan tetangganya, Yasuko Hanaoka, seorang janda cantik beranak satu. Suatu malam, mantan suami Yasuko yang pemabuk dan abusive datang ke apartemennya dan Yasuko terpaksa membunuhnya. Tetsuya yang mendengar teriakan Yasuko datang terlambat dan menemukan mayat sang mantan suami yang telah terbujur kaku. Demi rasa cintanya yang amat mendalam pada wanita itu, Tetsuya pun memanfaatkan kecerdasannya untuk menciptakan alibi sempurna bagi Yasuko demi menyelamatkannya dari jeratan hukum.
Para polisi yang kebingungan sebab tersangka utama mereka memiliki alibi tanpa cela kemudian meminta bantuan seorang profesor fisika bernama Manabu Yukawa, satu-satunya yang mampu menandingi kecerdasan Tetsuya. Profesor Manabu pun tercabik dilema ketika harus memecahkan kejahatan yang dilakukan oleh sahabat lamanya sendiri. Ending film ini begitu mencengangkan sekaligus mahatragis, makanya gue warning dulu sebelum kalian menontonnya, takutnya hanya akan menimbulkan luka di hati para pemirsanya (termasuk gue korbannya), jadi. Ya, di sini gue belajar ironi bahwa “justice sometimes just not fair”.
Singkat kata, gue bisa bilang film ini sempurna. Film ini memang bukan film bergenre “whodunnit” dimana kita harus menebak siapa pelaku sebenarnya. Namun film ini lebih bertema “howdunnit” karena plot twistnya adalah teknik yang digunakan Tetsuya untuk menciptakan alibi sempurna bagi wanita yang dicintainya. Karena itu, gue berani kasih nilai sempurna 5 CD berdarah buat masterpiece misteri Jepang ini.
Oya, film ini dibikin versi Koreanya berjudul “Perfect Numbers” silakan aja tonton, siapa tau lebih keren.
5. Lazarus Effect
Sebagai pamungkas, gue bakalan membahas film horor asal Amrik yang kebetulan pernah juga dibahas review-nya oleh Bang Foo (salah satu kontributor setia di Grup Line) sehingga gue jadi tertarik melihat film ini. Secara singkat, “Lazarus Effect” menceritakan sekelompok peneliti yang menciptakan serum yang dapat menghidupkan kembali seseorang yang telah meninggal. Ketika mereka “terpaksa” mengujicobakan serum itu pada salah satu anggota mereka, ternyata konsekuensi yang mereka terima amatlah mengerikan.
Gue sempet menduga film ini akan berbau supranatural mirip “Exorcist”, namun kenyataannya film ini justru amat ilmiah. Adegan kesukaan gue adalah dialog sains versus religius antara kedua profesor (tokoh utama) dalam cerita ini saat mereka menjelaskan konsep penelitian mereka pada anggota baru mereka, seorang cewek yang bertugas merekam penelitian mereka. Dan yang paling gue suka dan membuat gue sama sekali nggak nyesel liat film ini adalah plot twist di klimaksnya. Really didn’t see that coming!
Tapi kalo boleh gue kritik, film ini kayaknya kurang mengeksplore adegan kematian para karakternya yang menurut gue kurang “nendang”. Contohnya gue bakal mengira pembunuhan bakal dilakukan dengan mesin-mesin canggih yang ada di film ini semacam centrifuge dan MRI. Tapi kenyataannya cara membunuhnya lebih tradisional. Ewh ... mengecewakan banget. Tapi overall gue anggap film ini bagus dan gue berani kasih nilai 4 CD berdarah. Oke khan?
Intinya guys, nggak ada satupun film yang “kurang bagus” di film ini (rata-rata dapat 4 bintang) sehingag nggak nyesel deh kalian menontonnya. Nantikan dan ikuti terus review dan rekomendasi film horor dan misteri dari gua. See you next time :D