Salam psikopat!
Kali ini gue akan membahas peristiwa kelam yang menimpa para
youtubers. Well, mendengar nama “youtubers” pasti akan muncul
kesan tentang anak-anak muda pembuat konten yang kreatif dan juga
tajir, semisal Kimi Hime yang viral banget berkat kemampuannya
bermain game yang mumpuni dan mengundang decak kagum (ehm). Kali ini
gue akan mencoba membahas sisi gelap YouTube, yakni kadang demi
mengatasnamakan kepopuleran, mereka tak segan (dan tanpa berpikir)
mencoba melakukan aksi-aksi berbahaya yang mereka harapkan viral.
Namun, justru yang viral adalah nasib sial mereka sendiri. Salah satu
kasus yang ingin gue angkat adalah tentang seorang youtubers bernama
Pedro Ruiz yang menemui ajal di tangan kekasihnya sendiri.
Pembaca, inilah bedah kasus kali ini.
Monalisa Perez dan Pedro Ruiz adalah sepasang youtubers asal Amrik
yang kebelet viral. Mereka adalah sepasang kekasih muda, Monalisa
baru berumur 19 tahun dan Pedro 22 tahun. Namun Monalisa tengah
mengandung anak kedua mereka. Monalisa telah memiliki channel youtube
bernama "La Monalisa" yang berisi vlog tentang kehidupannya
sebagai seorang ibu. Namun Pedro berambisi memiliki akun youtube-nya
sendiri yang berisi aksi-aksi "gila" dan berbahaya yang ia
harap menjadi viral. Maka ia pun melakukan “shooting” video
pertamanya, literally.
Pedro benar-benar akan menggunakan senjata api untuk menembak
dirinya sendiri dalam video yang ia harapkan viral itu. Idenya
terdengar bodoh, tapi ia sama sekali nggak main-main. Bahkan dalam
videonya, ia menggunakan sebuah pistol "Desert Eagle" yang
bukan sebuah pistol biasa. Senjata ini memiliki ukuran peluru yang
jauh lebih besar ketimbang pistol pada umumnya. Ia membandingkan
panjang peluru Desert Eagle tersebut sama dengan diameter sebuah jam
G-Shock. Ia bahkan menggambarkan senjata tersebut bukan sebagai
pistol melainkan "meriam".
Ide cemerlangnya untuk membuat video pertamanya meraup jutaan
viewers adalah dengan meletakkan sebuah buku di depan dadanya,
sementara pacarnya, Monalisa, menembaknya dengan pistol tersebut. Ia
berpikir bahwa buku tebal itu dapat menghentikan terjangan peluru
tersebut. Yup, nothing could go wrong, right?
Seperti bisa kita tebak, ketika aksi itu dilakukan, semua
perhitungan itu salah. Peluru itu langsung menembus buku itu,
menembak jantungnya, dan iapun tewas seketika.
Monalisa segera menelepon 911, namun segalanya sudah terlambat.
Nyawa Pedro tentu tak bisa lagi diselamatkan setelah peluru itu
menerjang dadanya. Nyamannya bagi polisi dan pihak pengadilan, semua
kejadian itu terekam dalam kamera. Monalisa dihukum 180 hari penjara
atas tuduhan "second degree manslaughter". Videonya sendiri
banyak beredar di youtube, salah satunya adalah video berdurasi 9
menit yang hanya berisi pengantar dari dua pasangan tersebut sebelum
kejadian penembakan berlangsung. Tentu saja, sesuai kebijakan
youtube, video lengkap berisi adegan penembakan itu dilarang beredar,
jadi kalian hanya bisa melihat potongannya saja alias momen-momen sebelum tragedi penembakan itu terjadi.
Tapi dari sekelumit video itu, gue sudah bisa menyimpulkan apa
yang terjadi. Mereka berdua adalah anak muda yang kebelet tenar.
Pedro sendiri terlihat tak terlalu cerdas, terbata-bata dan harus
mengulangi perkataannya hingga tiga kali (atau mungkin karena grogi,
beberapa bahkan mengatakan opini yang lebih kejam dengan menyatakan
bahwa Pedro sedang “mabok” saat mencanangkan video ini). Dan yang
membuat para penonton yakin bahwa ia sama sekali tak bisa berpikir
adalah kenyataan bahwa ia tak mencoba dulu apakah pistol itu
benar-benar bisa menembus buku tersebut atau tidak. Tapi walaupun
tanpa mencoba, akal sehat manusiapun pasti mengerti bahwa mustahil
buku setebal apapun bisa menghentikan laju peluru. Logikanya, jika
buku bisa sekuat itu, kenapa tentara nggak memakai kamus saja sebagai
perisai saat pergi berperang?
Dari komen-komen yang ada, tak ada satupun netizen yang bersimpati
terhadap kematiannya (tentu saja, tipikal netizen masa kini). Gue
sendiri ingin bersimpati paling nggak terhadap Monalisa. Tak
terbayang penyesalan yang ia rasakan setelah menembak ayah dari dua
anaknya sendiri. Namun ketika melihat kehidupan Monalisa kini, gue
juga merasa sulit untuk bersimpati kepadanya. Why, you ask? Well, gue
akan menjelaskannya.
Gue tahu kita harus bisa move on dari mantan kita, namun gue cukup
kaget melihat channel YouTube La Monalisa ternyata masih ada, bahkan
memiliki 41 ribu subscriber. Pengadilan memang melarangnya meraup
keuntungan apapun dari video “youtube challenge gone wrong” itu,
termasuk dari buku atau cerita apapun yang ditulisnya atas pengalaman
itu. Namun itu tak membuat Monalisa ragu memanfaatkan ketenarannya.
Vlognya masih berjalan dan yang lebih penting lagi, ia kini sudah
memiliki pacar baru, hanya berselang beberapa bulan setelah kematian
kekasihnya sendiri di tangannya.
Jika ada satu hal yang bisa kita petik dari kejadian ini, yakni
buku hanya memiliki satu fungsi: untuk dibaca! Dan itulah yang
seharusnya lebih sering dilakukan generasi muda saat ini.
Kaya pernah baca. Apa di blog ini juga ya?
ReplyDeleteBerarti pernah baca OA MBP di Line hehehe soalnya pernah dimuat di sana. Sayang udah ga aktif lagi :(
DeleteSama rasanya aku baca di sini, tp mungkin sekilas aja jd kurang menelisik
DeleteTunggu. Bukannya si Monalisa dihukum penjara 180 hari alias sekitar 6 bulan? Dan dia udah punya pacar baru beberapa bulan setelah Pedro mati, berarti keluar penjara langsung nggebet cowok baru dong?
ReplyDeletePantes susah mo simpati ama dia -_-