“2,500
Year Celebration of the Persian Empire” adalah sebuah pesta megah
yang diadakan pada 12-16 Oktober 1971 di Iran. Saat kali pertama kali
denger tentang pesta ini, gue mengira pesta ini bakalan berakhir zonk
kayak “Fyre Festival”. Tapi kenyataannya justru sebaliknya.
Bahkan ada yang menyebut mungkin seperti inilah Fyre Festival akan
terlihat apabila benar-benar berhasil dilaksanakan. Pesta yang
digadang-gadang sebagai “pesta terbesar dalam sejarah” itu
mengundang ratusan raja, ratu, dan para darah biru lainnya dari
seantero dunia, tentu dengan perlakuan sekelas bintang lima yang
patut mereka dapatkan.
Namun
justru di sinilah letak masalahnya. Gara-gara kesuksesan pesta
inilah, dunia yang kita tempati ini menjadi dunia yang amat berbeda.
Sebab pesta megah tersebut pada akhirnya akan menumbangkan Dinasti
Kekaisaran Iran yang sudah berjalan selama 2,5 milenia dan memicu
Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini.
Berikut
ini adalah kisahnya.
Dinasti
Iran memiliki sejarah yang amat panjang, dimulai dari berdirinya
Kerajaan Achaemenid yang dipimpin oleh Cyrus Agung pada 550 SM. Kala
itu Iran masih disebut sebagai “Persia” dan ibu kotanya terletak
di Persepolis. Barulah pada masa kebangkitan Islam pada abad ke-7,
Iran dikuasai oleh Kekaisaran Muslim pertama, yakni Dinasti Safavid
dengan aliran Syiah sebagai agama negaranya. Maka bisa disimpulkan,
dengan usia 2,5 milenia, Iran dipimpin oleh salah satu dinasti tertua
di dunia.
Melihat
sejarah Iran yang begitu panjang itulah, raja Iran kala itu, yakni
Mohammad Reza Shah berniat mengadakan pesta
terakbar sepanjang sejarah untuk merayakan ulang tahun kerajaannya
yang ke 2.500 tahun sekaligus memamerkan kekayaan sejarah dan budaya
yang dimiliki bangsanya.
Sayang
sekali, seperti yang akan kita lihat nanti, rencana pesta akbar itu
justru berakhir bencana. Bukan karena pelaksanaannya yang amburadul,
namun justru karena kesuksesannya-lah, tahta Shah Iran tersebut
akhirnya digulingkan.
Kita
akan coba simak ceritanya lebih rinci.
Muhammad Reza Shah, raja Iran dan istrinya, Ratu Farah
Melalui
pesta yang didaulat debagai “biggest party on earth” itu, Shah
Reza ingin menunjukkan ke mata dunia wajah kerajaannya yang modern
dan kaya raya, bahkan condong ke Barat. Ia kala itu tak ingin
negaranya disamakan dengan negara-negara lain di Timur Tengah yang
memegang teguh syariat Islam.
Dengan
rencana ambisiusnya untuk mengundang tamu penting dari seluruh dunia,
Shah Reza tak mau main-main dalam menyelenggarakan pesta ini. Untuk
kateringnya saja, ia menggunakan jasa restoran Maxim's de Paris dari
Prancis yang tarifnya tak main-main. Kala itu, Maxim's de Paris
dianggap sebagai restoran terbaik di dunia. Siap-siap saja merogoh
kocek 200 euro (3,5 juta rupiah) untuk satu kali makan “sederhana”
di sana. Dan bayangin membooking seantero restoran itu untuk
katering, termasuk menerbangkan para koki dan pelayannya dari Paris.
Bahkan konon, untuk menyiapkan pelayanan terbaik mereka, Maxim's de
Paris harus menutup restorannya selama 2 minggu.
Memangnya
seberapa mewah sih makanan yang dihidangkan? Well, sebanyak 18 ton
makanan berkualitas terbaik diterbangkan dari Perancis untuk dibawa
ke tengah padang gurun Persepolis. Sekitar 150 ton alat masak juga
diterbangkan dari Paris untuk menjaga keotentikan makanan yang
dihidangkan. Seragam para pelayannya saja (ingat, lho, baru
pelayannya) dirancang oleh rumah mode terkemuka Paris, Lanvin.
"Tent City" yang didirikan di kota Persepolis untuk menjamu para tamu
Bagaimana
dengan tempat para tamu menginap? Pesta Iran ini disebut-sebut
sebagai “kemping supermewah”. Alasannya karena bukannya diinapkan
di hotel, para tamu justru menginap di tenda-tenda yang sengaja
dibangun di Persepolis. Mengapa Shah Iran kala itu tidak menggelar
pestanya di ibu kotanya, Teheran, yang jelas memiliki infrastruktur
yang lebih memadai? Sebab menurutnya pesta untuk mengenang berjayanya
kekaisarannya selama 2,5 ribu tahun ini tidaklah afdol jika tidak
diselenggarakan di Persepolis, ibu kota kuno kerajaan Iran.
Namun
ada satu masalah. Persepolis kini tinggal reruntuhan saja, letaknya
bahkan di tengah padang gurun. Bagaimana mungkin mengadakan pesta di
gurun yang teramat gerah itu?
Jawabannya
adalah dengan membuat pesta itu ala “kemping” dengan menginapkan
para tamunya di tenda-tenda. Namun tenda yang dimaksud jelas bukan
tenda sembarangan. Bahannya saja jelas bukan dari bahan parasut kayak
orang miskin (ya, kamu!), melainkan seluruhnya terbuat dari kain
sutra!
Untuk
menggambarkan seberapa besar dan nyaman tenda-tenda mewah tersebut,
diperlukan kain sutra sepanjang 37 kilometer untuk menyulam 50 tenda
yang dipersiapkan bagi para tamu kenegaraan tersebut. Seberapakah
besarnya? Bayangkan sendiri, isi satu tenda tersebut mencakup dua
kamar tidur, dua kamar mandi, sebuah kantor, dan “ruang perjamuan”
yang bisa menampung 12 orang.
Lokasi
pesta tersebut dengan “tent city” karena banyaknya tenda yang
didirikan di sana. Tak hanya itu, demi melindungi para tamu, seluruh
satwa liar yang merupakan penghuni asli gurun tersebut, seperti ular
dan kalajengking, dimusnahkan secara besar-besaran. Untuk menyejukkan
para tamu, hutan buatan didirikan dengan menanam ribuan pohon di
sekitar gurun itu. Tak hanya itu, 50 ribu burung didatangkan dari
Eropa untuk menghibur para tamu dengan nyanyian mereka, serta
menimbulkan kesan hutan sungguhan. Namun sayangnya, karena tak mampu
beradaptasi dengan iklim gurun yang ganas, semua burung-burung
tersebut akhirnya mati sebelum pesta diadakan.
Tenda yang digunakan para tamu kenegaraan, seluruhnya terbuat dari helaian sutra berkualitas tinggi
Karena
Persepolis, lokasi pesta termewah sejagad itu, berada di tengah
padang gurun dan gue ingetin lagi, tinggal reruntuhan, maka
infrastruktur barupun dipersiapkan. Sebuah bandara anyar didirikan
dan jalan raya sepanjang 1000 kilometer juga dibangun untuk
menghubungkan Teheran menuju Persepolis.
Siapa
saja para tamu kenegaraan yang diundang kala itu? Seluruh darah biru
dari seantero Eropa dan Timur Tengah diundang. Seluruh presiden dan
diktator di dunia, mulai dari Presiden Nixon dari Amerika Serikat
(yang kala itu tak bisa hadir dan diwakilkan wakil presidennya),
Imelda Marcos dari Filipina (yang jelas penyuka kemewahan), hingga
Presiden Suharto juga datang kala itu.
Bagaimana
dengan pelaksanaannya? Begitu tiba, para tamu dijemput dari bandara
menggunakan 250 mobil limosin bermerk kenamaan, bahkan terbaik dunia,
Mercedes-Benz. Harga satu buahnya? Mencapai minimal 4 M! Pesta megah
itu dimulai dengan penghormatan Shah Reza di depan makam Cyrus Agung,
dimana di sana ia menyebut dirinya sebagai “Shah dari segala Shah”,
“Raja dari Segala Raja”, “Cahaya Ras Arya”, dan “Bayangan
dari Tuhan Sang Mahakuasa”. Acara itu juga dimeriahkan oleh pawai
yang diikuti oleh 1.700 orang.
Puncak
acaranya tentu gala dinner yang amatlah mewah dan megah. Hidangan
utamanya: daging burung merak. Menu lainnya meliputi: 2,7 ton daging
sapi, 1,3 ton daging ayam, dan 150 kg caviar (hidangan yang terbuat
dari telur ikan). Perlu kalian tahu bahwa caviar dianggap sebagai
makanan termahal di dunia dan bisa dibanderol hingga 500 juta per
kilogramnya. Untuk memuaskan dahaga para tamu, Shah Iran menyuguhkan
anggur Dom Perignon Rose 1959 yang sebotolnya saja mencapai 50 juta
rupiah. Sekitar 600 tamupun menyantap hidangan di pesta makan malam
yang durasinya saja mencapai 5,5 (LIMA SETENGAH) jam, hingga masuk ke
dalam rekor Guinness Book of World Records!
Landmark Iran yang didirikan untuk memperingati 2,5 millenia kekaisaran Iran
Sebagai
penutup acara, Shah Reza mengesahkan landmark terbaru Iran, yakni
“Shahyad Tower” yang sampai sekarang masih berdiri dan menjadi
simbol Iran yang paling dikenal. Di museum itu pulalah disimpan
“Silinder Cyrus” yang ia sebut sebagai “piagam hak asasi
manusia pertama di dunia”. Malang baginya, setelah ia dilengserkan,
monumen itu justru menjadi ikon Revolusi Iran dan dinamai kembali
menjadi “Azadi Tower”.
Pesta
mahamewah itu jelas berkesan bagi para tamu terhormatnya. Namun
bagaimana reaksi warga Iran sendiri? Shah Iran kala itu terlalu
berkonsentrasi menjamu para tamu luar negerinya hingga melupakan
rakyatnya. Sebagai bukti, alih-alih memperkerjakan warga lokal untuk
menyiapkan hidangan hingga melayani para tamu (atau mungkin hal
terkecil seperti menjahit baju para pelayannya) sang raja justru
menyewa jasa para ekspatriat dari Paris. Belum lagi, kala itu masih
banyak warga Iran yang menderita kelaparan dan hidup di bawah garis
kemiskinan, namun trilyunan uang negara justru digelontorkan untuk
pesta tersebut. Untuk menambah luka mereka, warga Iran juga “dipaksa”
menyaksikannya, sebab pemerintah Iran mewajibkan seluruh bioskop di
Teheran menayangkan film dokumenter pesta tersebut.
Mungkin
kalian bertanya-tanya, berapa sih biaya yang dikeluarkan untuk pesta
semewah itu. Harganya mungkin akan membuat mata kalian melonjak,
sebab diperkirakan pesta itu memakan biaya hingga 2 miliar dollar
atau 31 trilyun rupiah.
Namun
harga yang dibayar Shah Iran kala itu jauh lebih mahal, yakni seluruh
negaranya sendiri.
Pemuda ini akan bangkit menjadi pemimpin Revolusi Iran dan mengubah sejarah dunia. Namanya adalah Ayatollah Khomeini
Pengeluaran
sebesar itu dinilai terlalu bombastis oleh rakyat Iran yang merasa
nasibnya seharusnya lebih diperhatikan ketimbang menggelar pesta
besar-besaran untuk memberi makan 600 orang saja. Pesta itu dikecam
oleh banyak pihak, termasuk di antaranya seorang imam bernama
Ayatollah Khomeini yang mencibir dengan mengatakan: “Biarkan mereka
berpesta sampai Mars, bahkan ke ujung Bima Sakti sekalipun!”.
Khomeini,
yang mendapat dukungan oleh rakyat, akhirnya melancarkan Revolusi
Iran yang mengubah nasib negara tersebut, bahkan seluruh dunia.
Kekaisaran yang berjalan 2,5 milenia itupun akhirnya diruntuhkan
dalam sekejab mata. Shah Reza dicopot jabatannya sebagai raja, bahkan
diasingkan dan diusir dari Iran. Aristokrasi Iran akhirnya menjelma
menjadi teokrasi Islam yang menbawa Iran ke posisinya yang sekarang
dalam percaturan politik dunia. Dan dampak yang paling utama, Iran
menjadi musuh besar Amerika Serikat, posisi yang hingga saat ini
mencekam dunia sebab dikhawatirkan akan memicu Perang Dunia III.
Ironis
memang, sebuah pesta supermewah yang seharusnya mengukuhkan kekuasaan
sebuah kerajaan, justru malah mengakhirinya.
Sumber: Wikipedia, Alimentarium
Kapok
ReplyDeleteKena kutuk sama penghuni asli habitat gurun
Skrg masih hidup g mrk bg?
Kirain kakak mau nyandingin dengan pestanya kanika kapoor yang membuat banyak anggota parlemen india terkena Covid-19. Mungkin bisa di lain kesempatan ya kak π
ReplyDeleteBangdepppp, bahas Korea Utara donggg. Fakta-faktanya, teori" konspirasi, kasus-kasus terkenalnya, terus cerita penduduknya yang berhasil/gagal kabur dari Negara itu ke Luar Negeri. Katanya sih banyak yg kabur ke Korea Selatan. Pasti seru deh heheheheh. ππππ
ReplyDeleteAnjayy,, bersenang2 diatas penderitaan rakyatnya. Btw mubazir banget itu burung2nya kesian astagaaaa...
ReplyDeleteHadeh dari awalnya aja udah ngasal,ngadain pesta unfaedah,ngebunuh para penghuni asli gurun itu ,pamer,dan sombong krn mengesahkan diri sendiri sbg rajanya raja ,dan yg lebih fatal,menelantarkan rakyat.
ReplyDeleteTerlalu sombong, jadi inget titanic
ReplyDelete