Kesel nggak
sih liat model-model prank zaman sekarang, ampe ada yang bikin abang gojek
nangis? Nggak manusiawi menurut gue karena zaman dulu, prank, apalagi yang
ditayangkan di televisi, nggak akan sekejam ini. Gue masih ingat banget ada
acara humor dari Kanada tentang prank beginian, tapi tiap prank-nya justru lucu
dan menghibur, bahkan bikin orang yang di-prank itu ketawa-ketawa.
Nah, tiga
kasus di bawah ini nggak akan semenghibur itu, justru membawa suasana kelam.
Pasalnya, prank-prank di bawah ini berujung maut dan sebenarnya, kematian di
tiap kasus bisa dihindari seandainya prank itu tidak dilakukan! Kita memang
nggak bisa menduga outcome yang akan kita terima dengan prank yang kita
lakukan. Mungkin orang lain menanggapinya dengan canda, atau mungkin tidak.
Kasus-kasus
apakah yang akan gue bahas? Ini dia!
1. KASUS JACINTHA SALDANHA, SANG KORBAN 'ROYAL
PRANK”
Pada 2 Desember 2012, rakyat Inggris dikejutkan dengan kabar bahagia
dari Kate Middleton, istri dari Pangeran William tengah mengandung dan kini
tengah dirawat di Rumah Sakit King Edward VII. Kabar ini tentu menarik minat
banyak orang, hingga ke Australia. Dua orang DJ (penyiar) sebuah radio di
Australia, Mel Greig dan Mike Christian kemudian mendapat inspirasi untuk
melancarkan lelucon. Pada 4 Desember 2012, pukul 5.30 pagi, di tengah acara
Hot30 Countdown yang mereka bawakan, mereka berdua berniat menelepon rumah
sakit dimana Kate dirawat dan berpura-pura menjadi raja dan ratu Inggris.
Mel, penyiar wanita kala itu, berpura-pura menjadi ratu Inggris dan
dengan aksen yang dibuat-buat menanyakan kabar mengenai kesehatan menantunya.
Telepon kala itu diangkat oleh Jacintha, seorang perawat keturunan India yang
bekerja di rumah sakit itu. Celakanya, Jacintha mengira telepon itu benar-benar
dari keluarga Inggris dan membeberkan informasi medis rahasia mengenai kondisi
Kate dan bayi yang dikandungnya kala itu, setelah ditanya oleh kedua penyiar
itu.
Dua DJ itu terkikik geli karena tak menyangka betapa mudahnya sang
suster itu tertipu dan menganggapnya hanya sekedar bahan lucu-lucuan saja untuk
menghibur para pendengarnya. Namun lelucon konyol itu berubah menjadi mimpi
buruk ketika 7 Desember 2012, hanya selang beberapa hari, sang suster yang
menjadi korban prank itu ditemukan bunuh diri.
Yap, kisah tragis yang menimpa Jacintha, sang suster asal India itu
membuat semua orang terkejut. Bagaimana sebuah lelucon bisa mendorong seseorang
untuk mengakhiri hidupnya sendiri?
Bagi dua DJ tersebut, lelucon itu mungkin merupakan candaan ringan,
namun tidak bagi Jacintha. Coba bayangkan jika kalian menjadi dirinya, seorang
keturunan Asia yang terpaksa bekerja di luar negeri untuk mencari nafkah, satu
kesalahan saja bisa membuatnya dideportasi. Apalagi dengan identitasnya sebagai
wanita dari ras lain, tentu mau tak mau ia kerap mendapatkan diskriminasi.
Sehingga menurut teori gue, ia pastilah mendapat posisi sebagai suster di rumah
sakit bergengsi itu dengan susah payah.
Belum lagi ia pasti amat ketakutan karena berurusan dengan Royal Family,
bahkan tanpa sengaja membeberkan kondisi kesehatan anggota kerajaan yang
seharusnya ia tutup rapat-rapat. Tak pelak, apa yang dilakukannya saat itu
tentu membuatnya mendapat sanksi, atau paling tidak omelan dari atasannya di
rumah sakit. Ia bahkan bisa saja kehilangan pekerjaannya. Jika itu belum cukup,
ia menjadi bahan tertawaan jutaan pendengar radio tersebut.
Yang paling mengejutkan, terkuak fakta lain bahwa Jacintha sendiri
bukanlah pribadi dengan kondisi mental yang stabil. Di masa lalunya, ia pernah
dua kali mencoba bunuh diri karena depresi berat yang merundungnya.
Alasan yang bertubi-tubi itu akhirnya membuatnya gelap mata dan
mengambil jalan pintas dengan mengambil nyawanya sendiri. Kasus bunuh diri itu
membuat shock para staf radio tersebut, tak terkecuali Mel dan Mike, dua
penyiar yang mengerjai Jacintha kala itu. Mereka berdua meminta maaf dalam
video penuh pinta dan tangis. Radio tersebut juga memberi bantuan berupa donasi
senilai puluhan ribu euro kepada keluarga yang ditinggalkan.
Permintaan maaf kedua DJ yang prank-nya
meminta tumbal nyawa korban
Tak bisa disangkal, kesalahan sepenuhnya terletak di tangan kedua DJ
tersebut. Mengapa? Karena dalam sebuah acara prank sekalipun, semestinya pelaku
prank tersebut pada akhirnya harus memberitahu korbannya bahwa yang ia alami
adalah lelucon semata. Pernahkah kalian menyaksikan acara prank, dimana
korbannya sudah marah-marah, tapi akhirnya setelah diberi tahu bahwa itu hanya
prank, dia malah ikutan ketawa? Nah, ini tak terjadi pada Jacintha. Dan yang
lebih parah, pihak radio menayangkan acara prank itu tanpa persetujuan dan
sepengetahuan korbannya sama sekali. Ini jelas adalah “big no no” serta
melanggar etika dan sopan santun dalam penyiaran.
Gara-gara prank berujung bencana itu, karir keduanya pun bisa dibilang
kandas. Mel, sang DJ wanita kehilangan pekerjaaannya dan mengaku mengalami
cyberbullying, bahkan ancaman pembunuhan. Mike masih melanjutkan karirnya
sebagai DJ, namun terus-menerus dibayangi kontroversi serta masa lalunya yang
kelam. Hal ini mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu
memperlakukan orang dengan baik, karena kita tidak pernah tahu apa yang ia
tengah alami.
SUMBER ARTIKEL:
Wikipedia
2. KASUS “DING
DONG DITCH”, TANTANGAN BERUJUNG MAUT
Jika di kasus di
atas, korban prank mengalami nasib naas, maka pada kasus ini justru sebaliknya.
Tragedi justru menimpa para pelaku prank ini.
Suatu malam, enam
orang remaja melakukan prank yang mereka anggap tidak berbahaya. Namun siapa
sangka, ulah iseng mereka justru berbuntut petaka. Bahkan 3 di antaranya
menemui nasib naas meregang nyawa di tangah seorang pembunuh. Apa yang salah
malam itu?
“Ding Dong Ditch”
adalah prank yang sudah dikenal sejak lama (bahkan mungkin kalian pernah
memainkannya pas masih kecil dulu). Caranya cukup simpel, kalian tinggal menekan
bel tetangga kalian kemudian kabur atau bersembunyi secepat mungkin sebelum
pintu rumah dibuka. Akan tetapi, tantangan itu kembali terkenal di kalangan
millenials setelah viral di berbagai platform media sosial seperti Tik Tok dan
Youtube.
Namun naas, prank
sederhana itu kemudian berubah menjadi pembunuhan.
Enam orang remaja
California kala itu tengah menginap di rumah salah satu teman mereka. Ketika
malam mulai merayap makin larut, mereka mulai bosan, hingga salah satu di
antara mereka memutuskan bermain “dare”. Salah satu tantangan malam itu adalah
melakukan “ding dong ditch”. Untuk membuatnya lebih seru, mereka memutuskan
untuk melakukannya di rumah orang asing yang sama sekali tak mereka kenal,
alih-alih kepada tetangga mereka.
Jadilah, mereka
berenam berkendara dengan mobil Toyota Prius milik salah satu anak itu.
Kemudian, mereka memilih sebuah rumah secara random di tengah malam. Salah satu
dari merekapun turun lalu menekan bel, kemudian berlari kembali ke dalam mobil
secepat mungkin, mungkin sambil tertawa geli.
Namun apa yang
terjadi selanjutnya sama sekali tak pernah mereka sangka sebelumnya.
Pemilik rumah yang
mereka prank kala itu bernama Anurag Chandra, seorang pria keturunan India
berumur 42 tahun. Entah apa yang
merasukinya kala itu, Anurag sama sekali tidak terima dengan perbuatan mereka.
Ia segera masuk ke dalam mobilnya dan mengejar mobil Toyota yang ditumpangi
bocah-bocah itu.
Keenam anak di
dalam mobil itu mulai ketakutan. Pria itu mengejar mereka hanya untuk satu
tujuan.
Membunuh mereka.
Serta-merta, begitu ia berhasil mengejar mobil itu, Anurag menabrakkan
mobilnya ke arah mereka hingga mobil anak-anak itu keluar dari jalur dan
menabrak sebuah pohon. Akibat dari tabrakan tersebut, tiga penumpang yang masih
berumur 16 tahun, yakni Daniel
Hawkins, Jacob Ivascu dan Drake Ruiz tewas seketika. Sang pengendara mobil,
Sergio Campusano dan dua orang temannya yang lain (yang tidak disebutkan
namanya untuk melindungi identitas mereka karena masih dibawah umur) menderita
luka-luka, namun selamat.
Tak ada di antara
yang menyangka perbuatan sepele mereka malam itu berujung pada kematian tragis.
Naasnya lagi, alasan mereka berkumpul saat itu adalah untuk merayakan ulang
tahun Jacob, salah satu anak yang tewas pada malam itu.
Kita tidak tahu apa yang merasuki benak Anurag kala
itu. Mungkin ia tengah marah pada seseorang atau memiliki beban mental yang
hebat, sehingga iapun melampiaskannya pada anak-anak tersebut. Yang jelas, hal
ini selayaknya menjadi pembelajaran bagi kita untuk lebih berhati-hati untuk
tidak menyinggung orang asing yang tidak kenal, karena kita tidak tahu siapa
dia dan apa yang bisa ia perbuat.
SUMBER ARTIKEL: Youtube
3. KASUS
INTERSTATE 75, KEISENGAN BRUTAL YANG TAK TERMAAFKAN
Kasus ini menurut gue adalah yang terparah di list ini. Dua kasus di
atas memang berbuntut malapetaka tragis, akan tetapi kisah ini berbeda. Dua
kisah di atas masihlah diawali dengan kenaifan, dimana mereka tak menduga
keisengan mereka berujung pada melayangnya nyawa seseorang. Akan tetapi di
kisah ini, jelas sekali bahwa prank itu memang dimaksudkan, atau paling tidak
dilandasi ketidakpedulian, bahwa prank ini akan melukai seseorang.
Kenneth White, seorang ayah muda berusia 32 tahun, sedang dalam
perjalanan pulang pada 18 Oktober 2017. Ia tak sabar lagi ingin bertemu dengan
anak istrinya setelah seharian bekerja keras membanting tulang demi keluarganya
itu. Namun naas, ketika mobilnya melewati sebuah jembatan di Interstate 75,
sebuah jalan raya yang sudah rutin ia lalui, sebuah batu seberat hampir 3 kilogram jatuh menimpa
mobilnya, memecahkan kaca jendelanya, menghantam kepalanya ...
Dan membunuhnya seketika.
Apa yang terjadi malam itu? Penyelidikan polisi ternyata berujung pada
fakta yang mengejutkan, sekaligus memuakkan. Malam itu, lima orang remaja
mengumpulkan batu-batu dalam berbagai ukuran (bahkan ada yang seberat 9
kilogram), menaruhnya di belakang mobil pikap mereka, lalu membawanya ke atas
sebuah jembatan di Interstate 75 dengan satu tujuan.
Untuk melemparkan batu-batu ke arah mobil yang melintas di bawahnya.
Mereka kala itu mengaku tengah melakukan permainan yang mereka sebut
dengan “overpassing” dimana ketika sebuah batu berhasil mengenai mobil
sasarannya, sang pelempar akan berseru, “Dinger!” dan menang.
WTF? Challenge macam apa itu???
Kelima tersangka yang masih remaja hanya mampu terdiam ketika
mereka dirantai dan maju di depan pengadilan
Umur anak-anak yang melakukan permainan itu, yang berkisar antara 14-16
tahun, awalnya mungkin membuat kita bersimpati. Toh, itu hanya keisengan
anak-anak kan? Namun tidak, berbagai bukti menunjukkan bahwa anak-anak itu,
walaupun memiliki usia teramat belia, ternyata sama sekali tak memiliki hati.
Contohnya, ketika mereka mengetahui bahwa batu yang mereka lemparkan
menyebabkan kecelakaan, mereka justru tak terlihat menyesal, namun malah pergi
makan-makan ke McDonalds untuk merayakannya. Bukti kedua terlihat dari hasil
percakapan mereka di Snapchat. Histori chat mereka jelas membuktikan bahwa mereka
tahu bahwa mereka telah membunuh seseorang malam itu, namun salah seorang dari
mereka justru menyarankan untuk “pura-pura tidak tahu”, bahkan masih sempat
bercanda satu sama lain. Salah satu anak sempat nge-prank dengan mengatakan
bahwa ada mobil polisi berhenti di depan rumahnya untuk menakuti teman-temannya
yang lain. Dan yang lebih menjijikkan, ini bukan kali pertamanya mereka
melakukan hal terkutuk tersebut. Bahkan sebelumnya, mereka pernah melemparkan
sebuah sofa!
Menilik umur mereka yang masih sangat muda, hukum biasanya berlaku
“empuk” bagi mereka. Paling banter mereka hanya diganjar 2-3 tahun, itupun di
penjara khusus anak-anak. Akan tetapi rupanya kasus ini membuat para penegak
hukum menjadi geram, sehingga mereka “mengakalinya”. Kasus ini diulur-ulur
hingga cukup lama hingga persidangannya memakan waktu 2 tahun! Sebagai
perbandingan, kasus Chris Watts hanya memakan waktu 4 bulan sejak penangkapan
hingga hakim menjatuhkan hukuman kepadanya.
Ternyata “akal-akalan” ini bertujuan agar ketika persidangan berlangsung
lagi, umur anak-anak itu sudah menginjak usia dewasa (18 tahun) sehingga mereka
bisa dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Tak tanggung-tanggung, hukuman hingga
20 tahun penjara siap menanti mereka jika mereka terbukti melakukan kejahatan keji
tersebut! Wow, kena prank balik nih namanya, yekan yekan?
ini ni yg gw gak suka dengan prank2an.. kadang yg suka prank itu keterlaluan. kl beneran terjadi kan org gak percaya >,< duh berharap anak jaman skrg jgn pd hibi prank lg.. amit2 dah
ReplyDeleteSuka banget baca artikelmu bang. Biarpun dibuat list tapi tiap pointnya dijelaskan dengan detail dan jelas.
ReplyDeleteTetap semangat bang :)
Udah jarang yang main prank, sekarang jamannya pada tik tok an hahaha. Sedih juga liatnya tapi setidaknya ga bikin masalah untuk orang lain lah
ReplyDeletebaca artikel gue yg soal pedofil ada tuh yg manfaatin tiktok buat mencari mangsa hehehe
DeleteKasus Tysen Benz bang, dia diprank sama ceweknya dan temen2nya bahwa si cewek bunuh diri. Tysen kemudian nyusul bundir beneran.
ReplyDeleteOh iya bener, pernah denger
DeleteMungkin di pikiran orang yang bikin prank itu "lucu" apalagi yang sengaja buat bikin konten dan naikkin viewers buat tujuan promosi. Tapi buat korbannya... Semoga orang yang suka bikin prank sadar kalau bercanda jangan kelewatan
ReplyDeletePrank itu bisa jadi bahan bercandaan, tapi kalau kelewatan mah lain lagi ceritanya...
ReplyDeletePrank yang lucu cuman naked and funny
ReplyDeleteSuka bgt sama yg terakhir, suka penegak hukumnya maksudnya
ReplyDeleteAcara prank yg menghibur di Indonesia juga ad dulu,, acara Spontan..
ReplyDelete& sebener ny prank berujung petaka it udah byk bgt sich kasus ny..
Untuk list yg ke 3 waktu kata ny melempar sofa gw langsung mikir "niat amat" kenapa gak ngelempar diri lu sendiri aj sekalian..
Kebanyakan prank sekarang setingan sih soalnya takut dipidanakan
ReplyDeleteHampir tiap hari anak2 tetangga mencet2 bel lalu kabur,dan aku pernah berpikir ingin membunuh mereka
ReplyDeleteWaduh bro jangan dong! Kok psikopat banget sih!
DeleteSaran gue sabar aja dan kasi aja paku di dalem belnya jadi pas dipencet ketusuk atau kalo nggak olesin aja sianida tuh belnya biar mereka tau rasa :)