Friday, December 4, 2020

REVIEW FILM HOROR ALA MENGAKU BACKPACKER (EDISI DESEMBER 2020)

Hallo guys, balik lagi dengan review film gue (yang harusnya terbit bulan lalu). Capek juga ya ngetik ini lagi karena file yang bulan kemarin ilang jadinya harus bikin lagi wkwkwkwk. Berasa kayak de javu. Anyway, di postingan ini gue akan merekomendasikan beberapa film horor yang menurut gue lumayan keren. Beberapa dari Netflix, ada pula yang dari Tubi (layanan streaming gratis), dan seperti biasa, ada pula (sebagian besar malah) yang dari situs bajakan wkwkwk. Silakan dinikmati dan siapa tahu bisa jadi rekomendasi buat kalian menonton film.

CRY WOLF (2005)

Film bergenre “slasher” ini (kalian akan tahu kenapa gue kasi tanda petik di sana setelah kalian nonton film ini) sudah lumayan lawas, yakni dibesut pada tahun 2005 silam. Bahkan di sini, salah satu pemerannya yakni Jared Padalecki (yang main jadi Sam di “Supernatural”) belumlah jadi bintang gede dan masih jadi pemeran pembantu(mukanya aja masih culun banget). Gaya film ini juga mengingatkan gue sama film-film slasher remaja ala 90-an dan 2000-an seperti “I Know What You Did Last Summer”, “Urban Legend”, dan “Scream” sehingga lumayanlah bisa membuat gue bernostalgia.

Film ini diawali dengan sebuah kasus pembunuhan misterius yang menimpa seorang gadis. Kemudian cerita beralih ke seorang pemuda yang baru saja pindah ke sekolah asrama yang baru. Demi menarik hati seorang gadis di sana, ia menerima tantangan untuk menyebarkan email “prank” yang mengatakan sang pembunuh berkeliaran di dalam asrama. Celakanya, prank-nya itu ternyata menjadi kenyataan.

Oke dari segi cerita sih film ini lumayan “berkelit-kelit”. Nggak ada adegan bunuh-bunuhan kecuali 20 menit terakhir film ini. Tapi salah satu yang bikin gue terkesan ama film ini (selain unsur nostalgianya) adalah plot twist di akhir yang mencengangkan dan benar-benar tak tertebak. Gue  kasih film ini skor 3,5 CD berdarah.



WIND RIVER (2017)

Film bergenre thriller ini mungkin akan membuat kalian terkejut kala menyaksikannya, sebab dibintangi dua “Avengers” yakni Hawkeye dan Wanda “Scarlett Witch” Maximoff. Ya, film ini memang dibintangi Jeremy Renner dan Elizabeth Olsen. Menarik banget sih buat gue menonton karya para artis-artis Avengers ini di luar franchise Marvel, apalagi kalo filmnya berbau thriller dan horror\

Film ini menceritakan sebuah pembunuhan yang menimpa seorang gadis lokal di desa adat kaum Indian (Native American). Tak hanya disuguhkan dengan misteri yang harus dipercahkan, kita juga disajikan tema yang jarang kita lihat di film-film Hollywood, yakni penderitaan dan keputusasaan kaum Indian yang terusir dari tanah mereka dan harus hidup terkungkung dalam reservasi, bahkan mulai kehilangan identitas dan kebudayaan mereka. Tapi tentu saja, film ini sama sekali nggak menggurui, bahkan berhasil sebagai sebuah film thriller dengan klimaks finalenya yang begitu brutal.

Yap, film ini tak hanya menghibur namun juga memiliki pesan sosial mendalam tentang kehidupan kaum Indian yang terpinggirkan. Karena itu gue kasi skor yang cukup tinggi untuk film ini, yakni 4 CD berdarah.


THE SPECIAL (2020)

Pertama gue perlu peringatkan bahwa film ini akan cukup kontroversial karena mengangkat tema tabu tentang seks. Film yang cukup absurd ini diawali dengan seorang pria yang diajak sahabatnya ke sebuah tempat pelacuran dimana di sana ia dilayani oleh “The Special”, yakni sebuah kotak yang apabila seorang laki-laki memasukkan “anu”-nya di sana, maka ia akan memperoleh kepuasan seks yang tak terhingga. Sang tokoh utama kemudian akan melakukan apapun untuk mendapatkan “kepuasan” itu dan memiliki kotak itu untuk dirinya sendiri dengan cara apapun, termasuk membunuh. Jadi jelas, film ini sesungguhnya mengangkat tema tentang kecanduan seks.

Walaupun absurd dan aneh, namun jelas pesan dari film ini amatlah relevan dengan kehidupan masa kini, terutama tentang kecanduan pornografi. Dan endingnya ... wow, kejutan di endingnya benar-benar sakit dan edan! Gue sendiri cukup “puas” dengan film ini dan memberikan skor 4 CD berdarah untuk film kontroversial ini.


NOBODY SLEEPS AT THE WOOD TONIGHT (2020)

Gue mulai melirik film horor Polandia semenjak “The Breslau Plagues” yang pernah gue singgung di review film gue sebelumnya. Sama seperti film tersebut, film ini juga disponsori oleh Netflix. Sekilas, film ini (seperti trend film slasher zaman sekarang) merupakan homage bagi film-film slasher ala 80-an. Jadi jangan heran jika banyak banget adegan dan karakter klise di film ini, tapi tentu saja dengan sedikit sentuhan kekinian dan juga racikan “kearifan lokal” ala Polandia.

Sentuhan modern di film ini bisa ditilik dari settingnya. Bila biasanya film-film slasher ala 80-an berlokasi di kamp musim panas, maka di film ini berlokasi di kamp detoks untuk merehabilitasi para pecandu internet (baru kali ini gue menonton film dengan setting seperti ini, jadi kudos buat kekreativitasannya). Celakanya, di sana para remaja itu justru berhadapan dengan sosok pembunuh berantai. Berhasilkah mereka lolos?

Dari segi bunuh-bunuhan, film ini cukup kreatif. Make up effectnya juga cukup meyakinkan dan gore-nya dapet banget. Adegan-adegan kematiannya juga menurut gue seru dan mengagetkan (juga unik). Tapi sayang, film ini juga punya kekurangan. Pemaparan tentang masa lalu tokoh antagonisnya menurut gue terlalu berlebihan (and what's with that priest?). Namun secara keseluruhan, gue pikir film ini akan memuaskan para penggemar slasher. Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.


THE ASSENT (2019)

Film ini sebenarnya cukup menjanjikan dengan premis yang unik. Film tentang exorcisme sih sudah biasa, tapi bagaimana jika sang tokoh utama mengalami skizofrenia, sehingga tak tahu apakah yang dilihatnya dan dialaminya benar-benar ulah setan atau hanya imajinasinya belaka? Inilah garis besar film ini; mengisahkan seorang ayah yang menderita skizofrenia dan harus membesarkan anaknya sendirian, masalah mulai muncul ketika ia mulai mendapati penampakan iblis di rumahnya. Apakah itu akibat skizofrenianya ataukah ada entitas jahat sungguhan yang tengah menerornya?

Film ini seperti kata gue, punya banyak potensi. Atmosfernya gue akui sungguh menyeramkan, apalagi dengan penampakan setannya yang amat unik. Sang iblis di film ini digambarkan dengan penampilan monster Lovecraftian yang unik sekaligus disturbing, beda dengan film-film bertema exorcisme seperti pada umumnya. Musiknya juga ... wuih, mulai dari awal scoring film ini benar-benar membuat merinding. Gue benar-benar merekomendasikan memainkan film ini dengan full speaker karena tata suaranya benar-benar jempolan. Jarang banget gue mendapati film dengan background musik yang bener-bener bikin merinding seperti ini.

Namun sayang, semua keunggulan itu dirusak dengan endingnya yang menurut gue nggak masuk akal dan juga membingungkan. Emang sih foreshadowing akan plot twistnya sudah bagus, namun sayang, tetap saja tak masuk diakal. Itu aja sih kekurangannya. Selain itu, film ini benar-benar sudah menampilkan atmosfer horor yang benar-benar top dan menyeramkan.

Gue kasi film ini skor 3 CD berdarah. Walaupun dari segi teknis dan akting sudah mumpuni, but I just hate the story.


GHOSTS OF WAR (2020)

Film ini sedikit banyak mengingatkan gue akan “R-Point” (film horor Korea) karena settingnya yang tak biasa, yakni di tengah peperangan. Film ini menceritakan sekelompok tentara Sekutu yang terjebak di sebuah rumah berhantu di tengah Perang Dunia II. Kini, tak hanya harus menghadapi serangan pasukan NAZI Jerman, mereka juga harus berhadapan dengan teror para hantu yang ingin membalas dendam.

Sebenarnya premis awalnya sendiri sih sudah unik dan menarik, namun ternyata di ending film terkuak sebuah plot twist yang amat tak terduga. Endingnya pun menurut gue amat chilling dan menyeramkan. Oya satu hal lagi yang unik, kengerian dari film ini justru jarang ditunjukkan secara full frontal, namun melalui narasi yang diceritakan oleh para tentaranya, sehingga tanpa ditunjukkanpun, kita diajak untuk mengimajinasikannya. Sebuah cara yang efektif sih menurut gue.

Overall, gue kasih film ini skor 3,5 CD berdarah.


LAST GIRL STANDING (2015)

Sebuah film slasher yang unik dan “beda” dari yang lain, film ini menceritakan seorang “final girl”, yakni sosok gadis terakhir yang menjadi satu-satu survivor dari film horor. Film ini diawali dengan aksi pembantaian yang terjadi di sebuah kamp musim panas, dimana satu-satunya yang selamat adalah seorang gadis yang berhasil membunuh sang pelaku. Namun selepas itu, sang gadis selalu dibayangi trauma dan yakin bahwa sang pembunuh sesungguhnya masih hidup dan mengincarnya. Masalah mulai muncul ketika ia berkenalan dengan sekelompok anak muda dan yakin bahwa mereka akan menjadi target berikutnya sang pembunuh. Benarkah dugaannya itu? Ataukah ada sesuatu yang lain?

Film slasher ini seperti yang sudah gue bilang amatlah unik. Walaupun masih punya banyak kekurangan (terutama di bidang teknis), tapi tetap saja film ini punya klimaks yang wow dan juga ending yang memuaskan buat gue. Twistnya juga cukup tak terduga dan menurut gue kreatif banget. Sayang sih jika digarap dengan teknis yang lebih baik (seperti dikasi budget lebih gede), gue yakin film ini bakalan seru banget.

Gue kasi film ini 3,5 CD berdarah.


BLACK MOUNTAIN SIDE (2014)

Gue iseng-iseng daftar “Tubi” yakni layanan streaming online yang gratis. Karena gratis, gue pikir nggak ada salahnya ya. Eit, tapi ada rupa, ada harga. Banyakan film di layanan streaming ini adalah film-film lawas. Film-film yang terbilang barupun (gue baru liat-liat yang horor aja) cuman ada film-film B-movie yang kualitas diragukan (poster-posternya aja udah mencurigakan wwkwkwk). Tapi jika kalian mau mencarinya, kalian bisa kok mendapatkan film-film “hidden gem” berkualitas bagus di sini (cuman ya, kayak mencari jarum dalam jerami sih kalo kata gue).

Salah satu “hidden gem” di Tubi adalah film ini. Bayangkan aja film “The Thing” meets “The Ritual”, yakni bapak-bapak yang tinggal terisolasi di wilayah kutub harus berhadapan dengan teror makhluk Lovercraftian. Film ini mengisahkan para kru yang bekerja menggali sebuah peninggalan misterius di wilayah terpencil yang tertutup salju, jauh dari peradaban. Namun paranoia mulai melanda mereka ketika satu demi satu mengalami kegilaan, bahkan tewas dalam kondisi menggenaskan. Apakah semua itu disebabkan oleh “cabin fever” (stress psikologis karena terisolasi) semata ataukah adakah sosok monster kuno yang mereka bangkitkan ketika mereka menggali peninggalan tersebut?

Salah satu yang ingin gue soroti di sini adalah film ini termasuk “low budget”, jadi jangan harapkan special effect mumpuni seperti “The Thing”. Karena keterbatasan budgetnya, film ini lebih ke arah “slow burning” alias penampakan dan terornya tak ditampakkan langsung (dan apabila ditampakkan, jarang dan cuma sebentar). Tapi seperti film “slow burning” pada umumnya, ketika ada adegan sadis atau gore, efeknya akan langsung terasa.

Film ini mengutamakan kejutan. Jadi pas ada adegan yang menurut kita biasa-biasa (seperti tokoh utamanya sedang melakukan aktivitas sehari-hari), tiba-tiba BAM! Kita langsung disuguhi adegan yang bener-bener sadisnya nggak kebayang. Trik tersebut membuat adegan-adegan tersebut lebih terasa ngilunya dan juga membuat kita merasakan efek “shocknya”. Endingnya pun menurut gue amat apik (gue suka banget foreshadowingnya) sehingga gue memberi skor film “hidden gem” ini 4 CD berdarah.


NO ONE LIVES (2012)

Capek dengan film yang bikin mikir? Capek dengan film yang penuh plot twist? Mau film yang dari awal ampe akhir cuma bunuh-bunuhan doang tanpa pesan moral sedikitpun? Well, coba saja simak film ini! “Gore fest” dari awal sampai akhir, itu mungkin kata yang akan gue pilih kalo disuruh mendeskripsikan film ini. Film ini menceritakan keluarga perampok sadis yang berusaha merampok sepasang kekasih. Namun siapa sangka, sang korban ternyata tak se-”innocent” yang mereka duga.

Bayangin film “Saw” ama “Hostel” tapi kita justru kepengen pembunuhnya menang, inilah kira-kira yang kalian rasain saat nonton film ini. Bukannya nggak beralasan gue nyamain film ini dengan kedua film tersebut karena emang adegan-adegan kematiannya gore abis (dan kreatif hehehe). Uniknya film ini ternyata bikinan sutradara Jepang bernama Ryuhei Kitamura. Wah, mesti lihat film-filnya yang lain nih.

Gue kasih film memuaskan ini 4 CD berdarah.


DOWNRANGE (2017)

Gara-gara film “No One Lives” gue jadi tertarik banget dengan karya-karyanya Ryuhei Kitamura. Akhirnya gue nemu satu lagi film barat besuatannya, yakni “Downrange” ini. Seperti tebakan gue, film ini bener-bener sadis dan gore abis (which I like ofc!). Premisnya sih simpel banget, 6 sahabat terjebak di antah berantah karena ban mobil mereka pecah dan di sana, mereka harus berhadapan dengan seorang sniper yang berusaha membunuh mereka.

Melihat senjata sang pembunuh, yakni senapan, gue pikir film ini nggak bakal seseru film-film slasher lainnya. Lagian kalo cuma ditembak doang kan mana gorenya? Kalo senjatanya pisau atau gergaji mesin nah itu pasti dijamin gore. Namun ternyata gue salah. Film ini benar-benar full manfaatin special effectnya (banyakan make up sih, no CGI) buat memperlihatkan kepala pecah, kelindes mobil, dsb. Yang lebih unik lagi, settingnya cuma di satu tempat karena semua karakternya terjebak (palingan jaraknya 5 meteran) tapi tetep aja, setting tersebut dipergunakan dengan baik sehingga terasa banget tegangnya.

Tak hanya itu, gue pikir gue bakal bosen karena tokohnya cuma 6 orang (hence kill countnya bakalan dikit). Tapi tetep kok, ceritanya tetep “kaya” banget walaupun cuma ada 6 karakter di sini (itupun 2 mati di awal, ups spoiler). Tak hanya itu, kalian juga nggak akan kekurangan blood count kok soalnya ... ah, liat aja filmnya hehehe. Dan endingnya ... wow! Endingnya bener-bener ... wah, no comment deh.

Setelah menonton film ini gue malah heran kok dengan cerita sesimpel ini dan production value yang biasa-biasa (kecuali make up gorenya sih, keren) tapi pada akhirnya gue suka banget film ini dan berani memberinya skor 4,5 CD berdarah.


HIS HOUSE (2020)

As usual, I saved the best for last. Sebagai pamungkas, gue kasih ke kalian film yang menurut gue terbaik di list ini. Film ini bisa kalian nikmati secara eksklusif di Netflix dan bercerita tentang perjuangan sepasang pengungsi yang baru saja tiba di Inggris. Sepasang pengungsi itu (suami dan istri) ditempatkan di sebuah rumah tua dimana mereka diancam akan dideportasi kembali ke negara asal mereka (dimana di sana masih berkecamuk perang) apabila mereka keluar dari rumah itu. Namun masalahnya, bagaimana jika rumah itu berhantu?

Film ini lebih dalam menyoroti tentang kondisi psikologis para pengungsi. Sang istri, semisal, masih kukuh ingin mempertahankan adat istiadat mereka. Sementara sang suami malah ingin berbaur dan mengadopsi kebudayaan Barat. Sang istri, bahkan dalam suatu dialog yang menurut gue cukup dalam, menuduh sang suami memuja kaum kulit putih dan melupakan budaya asli mereka, sesuatu yang menurut gue relevan bahkan di Indonesia ini.

Itu baru konflik sosialnya lho ya, belum horornya. Namun menurut gue, teror supranatural yang mereka alami masihlah kalah dengan horor genosida yang mereka alami di negara asal mereka. Pas adegan flashback mengisahkan genosida (penyebab mereka kabur dari tanah air mereka) gue amat trenyuh. Walaupun tak disajikan secara blak-blakan, tapi tetap saja membuktikan bahwa kenyataan hidup kadang malah lebih mengerikan ketimbang teror hantu sekalipun. Bahkan, di akhir film kita diajak menyimpulkan sendiri, apakah semua pengalaman mistis yang mereka alami benar-benar terjadi ataukah akibat rasa bersalah dan trauma psikologis yang mereka alami sebagai korban perang.

Ceritanya sendiri juga menggugah, namun ada satu lagi daya tarik yang membuat film ini kian menarik, yakni plot twist yang benar-benar tak tertebak menjelang klimaks cerita. Karena gue penggemar plot twist, gue kasi film ini skor 4,5 CD berdarah. Really worth it!

SUMBER GAMBAR: IMDB

9 comments:

  1. Download nya dmn sih bang, coba sebut aja. Klo ngetik di google suka pusing banyak banget. Sebut aja sensor aja misalnya red**be.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba aja http://103.194.171.18/ tapi sssst jangan bilang2!

      Delete
  2. Bang itu di paragraf pertama review downrange ada typo harusnya No one lives jadi No one does 👉👈

    ReplyDelete
  3. Buset baru ditinggal sebentar bang Dave dah gas aja artikel nya.
    Makasih bang buat artikel nya apalagi review film horor nya 😆

    ReplyDelete
  4. Makasih bang buat review film nya. 👍
    Kadang suka bingung mau nonton apa kalo dah buka Netflix XD

    Bang review film dokumenter juga dong, pengen tau rekomendasi dari bang Dave apa aja

    ReplyDelete
  5. Sudah saya watchlist loh, thanks reviewnya min 👉👉👉👍

    ReplyDelete
  6. Aku suka banget His House! Terutama pas adegan istrinya jalan keluar rumah terus liat anak kecil main bola. Itu beneran atau halu ya?

    ReplyDelete
  7. Downrange seru ya.
    No one lives ya nikmatin aja betul kata bang dave. Yg lain nya belum nonton. Bari di donlod

    ReplyDelete