Saturday, June 28, 2014

RESORT PART 11

 

“Shoji!”

Kami bertiga terpaku.

Kemudian kami mendengarnya kembali. Suara itu berasal tepat dari luar kuil.

“Shoji!”

Kami sadar benar suara siapa itu.

Suara itu sudah tak asing lagi bagi kami.

Itu suara Misaki.

“Shoji, aku membawakanmu onigiri.”

Walaupun suara itu jelas milik Misaki, namun sama sekali tidak ada intonasi dalam suara itu. Hanya suara yang datar, seolah-olah diucapkan oleh boneka.

“Shoji!”

Aku merasakan genggaman tangan Shoji semakin erat. Tentu saja ia tak menjawabnya dan suara itu terus berlanjut.

“Shoji.”

“Selamat datang!”

“Aku membawakanmu onigiri.”

“Shoji.”

“Selamat datang!”

“Aku membawakanmu onigiri.”

Ia terus-menerus mengulanginya, jelas sekali tak terdengar normal.

Aku mulai ketakutan. Itu suara Misaki. Tapi apa benar itu Misaki?

Biksu itu pernah mengatakan bahwa takkan ada seseorangpun yang akan mengunjungi kami. Ditambah lagi cara berbicara Misaki yang seolah-olah robot, aku tahu bukan ia yang berada di luar pintu kuil saat itu.

Takumi kembali dan mengenggam tanganku amat erat. Akupun tahu bahwa ia juga mendengar suara itu.

Suara itu kembali terdengar dari arah pintu kuil.

“Selamat datang!”

“Shoji!”

“Aku membawakanmu onigiri!”

Tiba-tiba pintu mulai bergetar.

Sesuatu yang ada di luar itu mencoba masuk! Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila makhluk itu berhasil masuk.

Aku ingin kabur secepat mungkin dari sini. Biksu itu berkata ia berada di kuil utama. Namun dimana kuil utama? Apa kuil besar yang ada di bawah itu? Bisakah kami mencapainya? Lalu bagaimana jika kami kabur dan tak menyelesaikan ritual ini? Apa ia akan terus menghantui kami? Sial!

Terdengar suara hantaman yang keras dari arah pintu. Bila tadi ia hanya menggerak-gerakkannya saja, kini kurasa ia menghantamkan tubuhnya ke arah pintu. Ia masih membuat suara-suara monoton yang sama seperti suara Misaki. Ia kemudian berhenti dan terdengar berjalan mengelilingi kuil, sambil terus menghantam-hantamkan tubuhnya ke dinding di sepanjang perjalanannya.

Ia tak bisa masuk, aku mencoba menenangkan diriku sendiri. Ia tak bisa masuk.

Kemudian aku menyadari sesuatu yang menakutkan.

Di dinding dekat dimana kami berada, terdapat sebuah retakan, celah dimana papan-papan kayu bertemu. Dan ia bergerak makin dekat dengan dinding itu.

Bagaimana jika ia mengintip ke dalam melalui celah itu? Bagaimana jika ia melihat kami di dalam sini?

Aku tak mau menunggu hingga hal itu terjadi. Aku kemudian menarik kedua temanku ke tengah ruangan. Kami bergerak perlahan namun pasti.

Jantungku berdetak sangat kencang saat itu.

Kemudian tanpa sadar aku menoleh ke retakan di dinding itu. Akhirnya aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.

Ia sedang mengintip melalui celah itu.

TO BE CONTINUED

Saturday, June 21, 2014

RESORT PART 10

 

Aku menatap Shoji. Sangat sukar melihat wajahnya saat suasana yang mulai remang-remang seperti ini, namun kurasa ia tak mendengarnya.

Dapatkah kalian mendengarnya? Apa hanya aku yang bisa? Ataukah ini hanya imajinasiku saja?

Sunday, June 15, 2014

RESORT PART 09

 

Terasa sangat dingin di dalam kuil. Aku khawatir dengan syarat tak boleh makan dan minum, namun aku merasa percaya diri kami bisa bertahan untuk malam ini.

Bangunan itu sendiri sudah amat tua dan banyak celah-celah di dinding dimana papan-papan kayu bertemu. Kuil juga amat kecil.

Karena masih siang, aku masih dapat melihat wajah Takumi dan Shoji lewat cahaya yang masuk melalui celah-celah di dinding kayu. Ini pertama kalinya kami tidak saling berbicara meskipun kami berada sangat dekat satu sama lain.

Aku mengangguk untuk mengatakan, “Segalanya akan baik-baik saja.” Dan mereka mengangguk balik.

Sunday, June 8, 2014

RESORT PART 08

 

Aku menoleh, dan tetap, aku tak melihat apapun di balik pintu kertas itu. Namun aku memperhatikan raut wajah Shoji amat ketakutan.

Biksu itu menoleh ke arah kami, “Jadi mana anak yang katamu bisa melihat mereka itu?”

“Shoji, anak ini.” ketika Ryuichi mengatakan hal itu, pria paruh baya dan pria tua itu saling menatap satu sama lain.

Sang biksu kemudian berbicara.

“Apa dia juga yang masuk ke dalam kuil?”

“Tidak.” Ryuichi menggeleng, “Itu adalah Yuuki.”

“Hmm...” hanya itu yang bisa dikatakan biksu itu.

“Shoji hanya di luar dan hanya mengamati, kurasa.” sambung Ryuichi.

“Begitukah?” biksu itu terdiam sesaat lalu berbicara dengan Shoji, “Apa ini kali pertamanya kamu mengalami hal seperti ini?”

“Mengalami hal seperti ini?” ia bertanya, tak yakin dengan apa yang dimaksud biksu itu.

“Ya, melihat roh atau hal-hal seperti itu.”

Shoji mengangguk, “Ini kali pertamaku.”

“Jadi begitu? Hmm...ini cukup aneh.”

“A....” Shoji tampak hendak berbicara dan semuanya menoleh ke arahnya.

“Bicaralah.” kata sang biksu.

“Apa aku akan mati?” ia tampak bergetar saat mengatakannya.

“Ya,” sang biksu menjawab tanpa tedeng aling-aling, “Jika ini terus berlanjut, kau pasti akan mati.”

Shoji kehilangan kata-kata. Gemetarnya berhenti seketika dan kepalanya menunduk.

Melihatnya, Takumi langsung berbicara, “Apa maksud anda dengan dia akan mati?”

“Maksudku ia akan dibawa pergi,” sang biksu menjawab. Takumi dan aku masih tak mengerti dengan apa yang ia maksud. Sesuatu akan membawa Shoji pergi?

Sang biksu melanjutkan perkataannya,

“Aku tak terkejut kalian tak memahami perkataanku.” Ia berpaling kepadaku, “Yuuki, ketika kamu masuk ke dalam kuil, apa kamu merasakan ada yang aneh?”

Kuil? Aku mengasumsikan yang ia maksud adalah lantai kedua hotel itu.

“Aku mendengar sesuatu. Suara garukan dan ada suara napas yang aneh. Ada banyak jimat menancap di pintu ...”

“Begitu,” kata sang biksu, “Kamu mungkin tak menyadarinya, namun yang tinggal di sana bukanlah manusia.”

Aku tak terkejut. Aku sudah menduganya sejak awal.

“Aku percaya bahwa kau dapat merasakan keberadaan mereka dengan indra pendengaranmu. Sedangkan Shoji, temanmu, bisa merasakan mereka lewat indra penglihatannya.” biksu itu menjelaskan, “Biasanya manusia tak mampu merasakan mereka. Mereka tinggal di suatu tempat, tanpa ada yang memperhatikan, meringkuk dalam kesunyian.

“Shoji,” ia berpaling ke temanku itu, “Apa kau melihatnya sekarang?”

“Tidak, namun aku bisa melihat bayangannya,” ia menoleh dengan gugup, menatap pintu geser kertas yang berada di samping kami. “Ia mencakari pintu dengan sangat keras.”

“Ia tak bisa masuk. Aku melindungi tempat ini, namun tetap saja ia berusaha menghancurkan pelindung itu.” Ia berhenti beberapa saat sebelum kembali melanjutkan, “Tapi kalian tak bisa tinggal di sini selamanya. Aku akan meminta kalian pergi ke suatu tempat. Dan Shoji, kau harus mengerti ... mereka akan mencoba muncul kembali di hadapanmu. Aku sadar ini akan sangat sulit bagimu. Namun kau harus tetap tenang dan mengikuti apapun perintahku.”

Shoji hanya mampu mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun. Kami mengikuti biksu itu dan meninggalkan rumah yang melindungi kami. Kami berjalan masuk ke torii dan menaiki tangga batu itu ke atas. Ryuichi hanya mengikuti kami sampai ke luar rumah. Ia kemudian membungkuk dan meninggalkan kami di tangan biksu itu.

Merasa ditinggalkan oleh satu-satunya orang yang kami kenal, kami bertiga mengikuti biksu itu dengan enggan. Shoji terlihat sangat lelah dan ketakutan. Berupaya melindunginya, aku dan Takumi berjalan sambil mengapitnya. Kami berusaha sebisa mungkin menjaganya dari apapun yang ia lihat.

Begitu kami sampai di anak tangga terakhir, kami melihat sebuah kuil besar. Namun mengejutkan bagi kami, biksu itu tidak membawa kami ke sana; melainkan melewati sisi kanan kuil tersebut dan terus berjalan. Di sana terdapat sebuah torii lain dan tangga-tangga batu menuju ke atas. Namun sebelum kami tiba di bawah gerbang itu, sang biksu berbicara pada kami.

“Shoji, apa yang ia lakukan sekarang?”

“Ia berdiri ...” Shoji berkata, masih melihat ke sekeliling, “Ia selalu mengawasi dan mengikuti kita, kemanapun kita pergi.”

“Hmm... dia sudah berdiri? Dia pasti sangat bersemangat karena kau bisa melihatnya.” Biksu itu menjelaskan, “Kita sudah tak punya banyak waktu. Ayo, cepat!”

Ketika kami selesai menaiki anak-anak tangga tersebut, kami melihat kuil lain. Kuil ini lebih kecil, namun umurnya terlihat lebih tua daripada kuil yang ada di bawah tadi. Biksu itu berjalan ke bagian belakang kuil kemudian memanggil kami. Kami berjalan ke tempat dimana ia berdiri dan ia menjelaskan bahwa kami harus menghabiskan malam ini di dalam kuil untuk membersihkan diri kami dari apapun yang mencoba menempel pada kami. Begitu kami masuk, ternyata tak ada satupun sumber penerangan dan kami juga dilarang berbicara sepatah katapun hingga fajar tiba.

“Tentu kalian juga tak boleh menggunakan telepon genggam kalian juga.” Sang biksu menjelaskan, “Semua yang menghasilkan cahaya tidak diperbolehkan di dalam kuil ini. Aku juga melarang kalian untuk makan dan tidur selama kalian berada di dalam kuil.”

Ia memberikan kepada kami masing-masing sebuah kantong aneh dan mengatakan pada kami untuk menggunakannya apabla kami benar-benar membutuhkannya. Aku menatapnya lekat-lekat. Kantung ini untuk apa? Sebelum aku bertanya, biksu itu seakan sudah bisa membaca pikiranku dan menjelaskan bahwa kantong itu tahan air. Aku pikir itu adalah toilet kami untuk malam ini. Memang sukar dipercaya, namun kami terpaksa menerima semua peraturan yang diberikan kepada kami.

Setelah biksu itu selesai menjelaskan, kami diminta untuk meneguk air dari sebuah pipa bambu sebelum kami masuk ke dalam kuil.

Kami masuk ke dalam kuil satu-persatu, namun ketika Shoji masuk, ia menutup mulutnya tiba-tiba dan keluar untuk muntah. Takumi dan aku terkejut, namun ada yang lebih terkejut daripada kami. Biksu itu. Ia segera kehilangan postur tenangnya begitu melihat apa yang terjadi pada Shoji.

“Kalian tidak pergi ke kuil itu lagi hari ini, bukan?”

“Hah, tidak...tentu tidak.” jawabku.

“Aneh. Kalian hanya masuk sekali, namun upacara pembersihan langsung dimulai begitu kalian masuk. Bahkan kalian tak bisa masuk ke dalam kuil ini...”

Aku tak mengerti apa yang biksu itu katakan, namun ia menatap tas yang dibawa Shoji.

“Selama kalian tinggal di hotel, apa seseorang pernah memberikan kalian sesuatu?”

“Kami mendapat upah kami, namun hanya itu.”

Kemudian barulah kami teringat, “Oya, nyonya pemilik penginapan memberikan kami sebuah tas uang koin kecil.”

“Dan onigiri.” sahut Takumi.

Setelah mendengar hal tersebut, biksu itu bertanya pada Shoji, “Apa kau kebetulan membawa benda-benda itu?”

“Aku meninggalkan onigiri itu di tasku yang lain, namun kurasa aku punya uang koin dan amplop berisi upah kami.” Ia membuka tasnya dan mengeluarkan amplop dan tas uang koin yang kami terima. Sang biksu mengambil tas kecil itu dan membukanya.

Semula aku berpikir tas itu akan berisi uang-uang koin sebagai bagian dari upah kami.

Namun ketika ia membukanya dan memperlihatkan isinya pada kami, kami langsung mundur dengan ketakutan.

Tas kecil itu berisi potongan-potongan kuku, sama seperti potongan kuku yang menggores kakiku kemarin. Kuku-kuku berwarna putih dan merah.

Shoji muntah lagi dan biksu itu memutuskan untuk mengambil semua barang yang kami bawa. Kami memberikannya dompet, telepon genggam, dan benda lainnya yang kira-kira kami dapatkan dari hotel. Biksu itu mengangguk pada kami dan membiarkan Shoji minum dari pipa bambu itu kembali.

Kami bertiga masuk kembali ke dalam kuil.

“Kalian tak boleh membuka pintu ini,” kata sang biksu, “Aku akan berada di kuil utama. Aku akan kembali menjemput kalian esok pagi.”

Ia berhenti sesaat dan menatap kami.

“Kalian tidak boleh berbicara pada apapun yang mungkin akan datang dari balik dinding. Kalian tak boleh berbicara satu sama lain juga. Kam tidak mengatakan pada siapapun dimana kalian berada, jadi tidak akan ada siapapun yang datang untuk kalian malam ini, ingat itu! Aku akan berdoa bagi keselamatan kalian.”

Biksu menatap kami lagi dan kami mengangguk ke arahnya. Hanya itu yang bisa kami lakukan. Kami sudah tidak diperbolehkan berbicara, sehingga kami hanya diam, ketakutan.

Biksu itu meninggalkan kami dan menutup pintu kuil itu rapat-rapat.

TO BE CONTINUED

Monday, June 2, 2014

RECOMMENDED FOR RIDDLE LOVERS: RIZKANADEEH.BLOGSPOT

 

image

Di comment serial “Resort” gue yang makin seru dari hari ke hari *kyaaaaaaaaa*, ada salah satu readers yang ngasih link blog miliknya. Namanya Rizkan dan alamat blognya adalah rizkanadeeh.blogspot.com. Well, iseng2 gue klik dan ternyata isi blognya keren banget. Emang masih baru sih dan hanya ada beberapa postingan, namun rupanya sebagian besar adalah cerita2 riddle horor. Saat tulisan ini dibuat, ada 16 riddle yang ada di blog dia. Gue sendii nggak tahu riddle2 itu asli karangan dia sendiri atau translate, tapi menurut feeling gue sih dia bikin sendiri. Wah keren dong, gue jarang2 baca ada riddle bikinan Indonesia (adanya yang impor hehehe). Bahkan saking kerennya riddle2nya, beberapa ada yang kagak bisa gue jawab hehehe *tolol*. Nah, gue nggak akan memonopoli (apalagi copas) dan mempersilakan para readers buat ngecek blog ini, silakan klik aja:

http://rizkanadeeh.blogspot.com/

Try to solve the riddles and give comments to this amazing blog! Gue suka nih kalo ada yang bagi2 blog2 keren dan kreatif gini. Keep writing bro!!!

NB:

Oya gue juga mau curhat dikit. Ada readers yang mengusulkan kalo blog Mengaku Backpacker juga ngasih kesempatan para readers buat ngirim riddle2 karyanya sendiri lewat email. Namun masalahnya balik lagi ke kenapa gue ngurangin postingan gue, yakni kagak ada waktu. Emang sih ini ide yang cemerlang *cieee cemerlang* tapi jujur admin terkendala waktu dari dulu dan mungkin nggak bisa nyeleksi satu2 riddle yang masuk. Mungkin kalo admin ada waktu luang ide ini bakal gue realisasikan. It’s a cool idea btw. But for a meanwhile, silakan nikmati saja apa yang ada, OK?

BONUS: DON’T TRY THIS AT HOME!!!

 

4 PERMAINAN HOROR YANG SEBAIKNYA TAK KAMU LAKUKAN

 

Would you be a part of urban legend?

Jika biasanya aku memberikan urban2 legend berupa cerita horor dan pengalaman2 mengerikan dari Jepang, maka kali ini aku akan memberikan kesempatan bagi para readers untuk mengalaminya sendiri. Berikut ini admin hadirkan 3 permainan untuk kalian. Tiap permainan akan membawa kalian satu langkah untuk mendapatkan pengalaman mistis. Sepertinya satu-satunya cara untuk membuktikan apakah permainan2 ini berhasil atau tidak adalah dengan mencobanya sendiri.

Namun admin sarankan, sebaiknya jangan sekali2 mencoba permainan2 ini, sebab admin sama sekali tak bertanggung jawab akan apa yang terjadi apabila kalian benar2 melakukannya.

GAME 1

Tujuan: untuk mengetahui apakah ada hantu bersamamu atau tidak

Alat dan bahan: tidak ada, hanya imajinasimu

Cara bermain:

Tutuplah matamu dan bayangkan apa yang kau makan sebelum ini (bisa sarapan, makan siang, atau makan malam). Bayangkan serinci mungkin, bahkan cara saat kau memakannya.

Silakan blok ruang kosong di bawah tulisan ini untuk mengetahui instruksi selanjutnya. NAMUN LAKUKAN HANYA APABILA KAMU TELAH MELAKUKAN INSTRUKSI DI ATAS!

Apa yang kau lihat? Ada dua kemungkinan dalam permainan ini.

1. Kau mengalami pengalaman makan itu dari sudut pandangmu sendiri. Itu berrati kau sedang tidak dihantui.

2. Kau melihat dirimu sendiri sedang makan. Jika itu terjadi, maka ada “sesuatu” yang mengawasimu saat kau sedang makan.

 

GAME 2

Tujuan: untuk mengetahui apakah ada hantu di rumahmu

Cara bermain:

Tutuplah matamu dan coba bayangkan isi rumahmu. Bayangkan kau berjalan melintasi seluruh kamar di rumahmu, mulai dari ruang tamu, dapur, hingga kamar tidurmu.

Silakan blok ruang kosong di bawah tulisan ini untuk mengetahui instruksi selanjutnya. NAMUN LAKUKAN HANYA APABILA KAMU TELAH MELAKUKAN INSTRUKSI DI ATAS!

Apa yang kau lihat? Apakah kau menjumpai “seseorang” saat kau sedang menjelajahi rumahmu dalam pikiranmu? Jika benar, maka ia sedang menghantui rumahmu saat ini.

 

GAME 3

Tujuan: mengetahui apakah kamu sendirian di kamarmu ataukah tidak

Alat dan bahan: handphone yang dapat merekam video

Cara bermain:

1. Sediakan sebuah telepon genggam berkamera. Berdirilah di tengah ruangan.

2. Pegang teleponmu ke arah depan dan mulai rekam video dengan handphone itu. Lensa harus menghadap menjauhi kamu. Tutup matamu dan mulailah merekam seluruh ruangan sambil berputar satu putaran penuh. Setelah itu buka matamu dan simpan rekaman.

3. Cara ketiga hampir sama dengan yang kedua. Namun bedanya, lensa kamera harus menghadap ke arahmu. Tutup matamu dan berputarlah sambil terus merekam videonya. Kemudian simpan file tersebut.

4. Silakan cek kedua rekaman itu jika berani.

PERINGATAN:

Mungkin ada baiknya kau tak tahu apa yang ada di kamar tersebut.

 

GAME 4

Tujuan: berbicara dengan roh

Alat dan bahan: dua buah kursi (dan jika memungkinkan, sebuah meja di antaranya)

Cara bermain:

1. Permainan ini bertujuan untuk mengundang hantu. Pertama tata dua kursi saling berhadapan. Jaga agar tak terlalu dekat, seperti kau mengatur kursi untuk bercakap-cakap dengan seseorang. Taruh meja di antaranya jika tersedia.

2. Matikan lampu dan duduklah di salah satu kursi itu.

3. Mulailah berbicara, apa saja., seperti kau sedang memulai percakapan. Kau juga bisa menceritakan cerita seram. Konon cerita2 seperti itu akan mengundang makhluk gaib.

4. Jika kau beruntung, maka kau akan merasakan sesuatu tengah mendengarkanmu di kursi yang ada di seberangmu.

PERINGATAN:

Hati-hati dalam bermain permainan ini, sebab jika “ia” benar2 datang, tak ada cara untuk mengusirnya pergi.

URBAN LEGEND #20: GARASI

 

GARASI

GARAGE

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Aku baru saja memperoleh SIM-ku dan untuk pertama kalinya, aku mengendarai mobil orang tuaku ke rumah. Garasi rumahku sangatlah sempit, hanya muat satu mobil ini saja. Ibuku khawatir aku tidak dapat memarkirkan mobil ini dengan benar, maka iapun turun untuk memberikan panduan dari belakang mobil.

“Ayo .. ayo terus ...”

Yeah, akhirnya aku berhasil memasukkan mobilku ke dalam garasi! Bukankah aku hebat!

URBAN LEGEND #19: KECELAKAAN

 

KECELAKAAN

ACCIDENT

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Sebuah kecelakaan mengerikan terjadi antara sebuah truk dengan sebuah sepeda motor yang tengah melaju kencang. Ketika paramedis tiba, pria pengendara sepeda motor itu ditemukan dengan kondisi menggenaskan, kepalanya telah berputar 180 derajat ke sisi sebaliknya.

Walaupun mungkin takkan berguna banyak, paramedis memutuskan mengembalikan posisi kepalanya seperti semula dengan memutar lehernya.

Pria itu akhirnya meninggal.

Sebagai dokter yang mengotopsinya, barulah aku menyadari ia memakai jaketnya terbalik.

URBAN LEGEND #18: KASIR

 

KASIR

CASHIER

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Sebagai petugas kasir sebuah supermarket, hari-hariku diisi dengan suara “Bip bip” dari mesin scanner. Scan, “bip”, keranjang , uang, kembalian, kuitansi. Scan, “bip”, keranjang, uang, kembalian, kuitansi. Scan, “bip”, keranjang, uang, kembalian, kuitansi. Itu saja kerjaaanku seharian.

Seperti hari ini: scan, tahu, asparagus, wortel, kacang polong...seorang vegetarian. Sereal, spaghetti, susu kotak, macam-macam permen....orang tua dengan banyak anak. Sebotol anggur, keju impor, roti, apel...penghasilan mapan, tanpa anak. Tas plastik ukuran besar, bleacher, pembersih lantai, tali tambang, gergaji, saus barbecue...jangan lihat ke atas, jangan lihat ke atas, menunduk saja....

URBAN LEGEND #17: TELEPON

 

TELEPON

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Aku pulang larut malam karena harus bekerja lembur. Akibatnya aku kehabisan KRL dan terpaksa menginap di stasiun kereta. Stasiun itu sangat sepi dan walaupun aku agak takut, akhirnya aku bisa terlelap tidur. Sekitar jam 2 pagi aku tiba-tiba terbangun karena sakit perut. Akupun segera mencari toilet umum. Ketika aku berada di dalam bilik, aku mendengar seseorang masuk ke dalam bilik yang ada di sampingku.

“Aneh,” pikirku, “Kurasa tadi hanya ada aku di stasiun ini.”

Aku memasang telinga dan mendengar bahwa orang yang ada di bilik sampingku adalah seorang pria dan ia tengah menelepon.

“Ya ya aku tahu ....... ya maaf menganggumu malam-malam. Omong-omong bagaimana kabarmu?”

Aku hanya sayup-sayup mendengar suara dari seberang telepon.

“ .... yang ... ju ... tidak ... di ....”

“Ya ya, aku mendengarmu. Apa? Apa kau serius? Hahaha ... lucu sekali.”

“ ... ba ... ra .... saat ...”

“Oh begitu, maaf sudah menganggumu malam-malam begini. Baiklah, aku akan melakukannya. Tapi bagaimana ya, bisa kau ulangi lagi tadi?”

Begitu aku mendengar suara balasan dari telepon itu, “ ... you are ...”

Segera setelah aku mendengarnya, aku bergegas keluar dari toilet dan kabur dari stasiun itu. Mungkin aku bermalam di kantor polisi saja.

URBAN LEGEND #16: TULANG DI DALAM DINDING

 

TULANG DI DALAM DINDING

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Aku sedang melihat berita ketika foto rumah lama temanku terpapang di layar televisi.

“Sore ini ditemukan jenazah seorang gadis di dalam tembok rumah di wilayah XXX. Penemu mayat tersebut adalah pemilik baru rumah tersebut yang hendak merenovasinya. Saat ia merubuhkan dinding, dia tidak menyangka akan menemukan tulang-belulang seorang perempuan di baliknya ... “

Aku segera menelepon temanku itu. Memang benar baru saja keluarganya menjual rumahnya dan ia pindah ke rumah yang baru.

“Bro ... kau sudah mendengar kalo polisi menemukan jenazah di dalam dinding rumahmu?”

“Apa? Kau serius?’ ia tampak sangat kaget saat mendengarnya.

“Ya ... semua ada di berita. Pemilik rumah barumu yang menemukannya saat ia hendak merenovasi rumah itu.”

“Ya Tuhan ... itu sangat menakutkan! Bayangkan saja selama ini aku tinggal di sana dan ada mayat perempuan di dalam dinding rumahku ... benar-benar mengerikan!”

“Iya, aku juga sering ke rumahmu kan? Benar-benar membuatku merinding jika aku membayangkannya.”

Akupun menutup teleponnya. Pasti temanku itu sangat shock. Sebaiknya aku segera memanggil polisi.

URBAN LEGEND #15: PETAK UMPET

 

PETAK UMPET

HIDE AND SEEK

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Ada delapan orang bermain petak umpet hari itu, termasuk aku. Aku yang pertama kali ditemukan, padahal baru 5 menit pertama. Tiga orang lagi ditemukan 5 menit berikutnya. Dan sisanya, empat orang ditemukan 5 menit selanjutnya. Ah, permainan ini cepat sekali selesainya. Aku nggak mau bermain petak umpet lagi.

URBAN LEGEND #14: BELAJAR DI KAMAR

 

BELAJAR DI KAMAR

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Seorang anak sedang belajar sendirian di kamarnya. Namun ia merasakan seperti ada yang menatapnya dari belakang. Iapun menoleh dan menatap refleksi dirinya sendiri yang terpantul di cermin di belakangnya. “Ah, aku lupa ada cermin di situ. Pantasan aku merasa ada yang menatapku dari tadi.” Iapun tertawa dan kembali belajar.

URBAN LEGEND #13: ENGLISH TEST

 

ENGLISH TEST

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Aku menerima tes bahasa Inggris dari dosenku. Namun bunyinya aneh sekali, seperti teka-teki.

1. The third vocal.

2. There is no night in a knight.

3. Me

4. There is no earn in learn.

5. There is no and in a land.

6. There is no “acute respiratory disease” in a yard.

7. There is no pen in open.

8. You

Ah sial! Aku takkan lulus mata kuliah ini, yakin 100%!

URBAN LEGEND #12: UJI NYALI II

 

UJI NYALI II

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Dua orang wanita menguji nyali mereka di rumah sakit yang terbengkalai. Mereka memakai kamera untuk menangkap gambar penampakan.

“Apa kau menangkap sesuatu dengan kameramu?”

“Kurasa tidak.”

“Masa?”

“Coba kulihat. Wah benar, ternyata nggak ada apa-apa.”

“Ayo kita pulang saja. Aku bosan.”

“Oke, ayo.”

URBAN LEGEND #11: DI TOILET PEREMPUAN

 

DI TOILET PEREMPUAN

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Aku hendak masuk ke dalam toilet ketika seorang pria berjas memperingakanku. “Hati-hati jika masuk. Lantainya basah dan kepalamu bisa terbentur ke wastafel di sebelah kananmu.”. Akupun masuk dengan hati-hati dan ia benar, lantainya licin sekali. Untung sekali aku tidak terjatuh. Aku harus berterima kasih pada orang itu jika kami bertemu lagi.

URBAN LEGEND #10: JAM PASIR

 

JAM PASIR

HOURGLASS

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Aku memiliki jam pasir yang sangat indah sebagai hadiah. Pasir-pasirnya sangat halus dan berwarna. Dibutuhkan waktu 5 jam agar semua pasirnya jatuh, namun itu adalah pemandangan yang paling indah yang pernah kulihat. Aku tak bosan-bosannya memandangnya. Sebuah hiburan yang menyenangkan untuk seorang yang hidup sendirian seperti aku. Saat terbaiknya adalah saat aku membaliknya pada pagi sebelum berangkat kerja, dan setelah aku pulang dari kantor, rasa lelahku langsung hilang ketika melihat pasir-pasir itu berjatuhan. Senangnya.

URBAN LEGEND #9: BUNUH DIRI BERSAMA

 

BUNUH DIRI BERSAMA

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Tiga orang sahabat memutuskan untuk bunuh diri bersama sebagai suatu bentuk solidaritas.

“Bagaimana cara kita bunuh diri?” tanya salah satu dari mereka.

“Aku akan memotong tangan kanan.” Kata A.

“Kalau begitu aku tangan kiri.” Kata B.

Namun C merasa ragu sehingga mengatakan, “Aku takkan melakukan apapun.”

Namun pada akhirnya, dua orang selamat dan hanya satu yang meninggal karena pendarahan di tangannya.

URBAN LEGEND #8: PARFUM

 

PARFUM

PERFUME

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Seorang wanita tinggal sendiri di sebuah apartemen. Ia memasang sebuah alat penyemprot parfum dengan sensor gerak di kamar apartemennya. Dengan demikian, apabila ia pulang, bau parfum yang harum akan segera tercium.

Namun suatu malam, ketika ia pulang, kamarnya sudah dalam keadaan acak-acakan. Rupanya seseorang telah membobol kamar apartemennya. Dengan panik, ia segera mengecek barang-barangnya. Rupanya tak satupun barang berharga miliknya yang hilang. Dengan lega ia segera mengunci pintu dan memutuskan untuk tidak menelepon polisi.

Untuk menenangkan diri, iapun duduk dan memutuskan bersantai dengan membaca buku.

“Ah, paling tidak ruangan ini harum.” katanya dalam hati.

URBAN LEGEND #7: JEMBATAN GANTUNG

 

JEMBATAN GANTUNG

THE SUSPENSION BRIGDE

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Aku sedang kamping bersama-sama dengan temanku. Karena merasa bosan, akupun memutuskan berjalan-jalan sendirian sambil menikmat udara pegunungan. Tiba-tiba aku melihat sebuah jembatan gantung yang cukup panjang melintasi sebuah jurang yang dalam. Ada temanku dii seberang jembatan itu, jadi aku memutuskan melewatinya.

Aku menatap ke bawah. Di bawah jembatan ini melintas sebuah sungai. Ketika aku melewatinya, mulai muncul perasaan takut dalam diriku.

Tiba-tIba saja papan kayu yang menjadi landasanku tiba-tiba terjatuh ke sungai. Aku menjerit karena kakiku terperosok, namun untunglah aku sempat berpegangan pada tali pegangan jembatan itu sehingga aku tak ikut jatuh.

Temanku yang berada di seberang itupun segera berusaha menolongku.

“Fiuh, hampir saja. Kupikir tadi aku akan mati.”

“Aa kau baik-baik saja?” tanya temanku itu, “Jembatan ini memang sudah lapuk. Aku akan memperbaiki talinya.”

URBAN LEGEND #6: BERITA PAGI

 

BERITA PAGI

MORNING NEWS

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Seorang pria baru saja pulang kerja dan menikmati malam dengan menonton acara televisi. Karena mulai merasa mengantuk, iapun mematikan televisinya dan pergi tidur. Keesokan harinya ia terbangun karena tayangan berita pagi. “Hari ini sebuah kereta mengalami kecelakaan mengerikan. Semua penumpangnya dinyatakan tewas.” Melihat berita itu, wajah pria itu langsung pucat dan ia segera melompat dari jendela rumahnya.

URBAN LEGEND #5: PUTRIKU SEDANG BERMAIN DENGAN CERMIN

 

PUTRIKU SEDANG BERMAIN DENGAN CERMIN

MY DAUGHTER WAS PLAYING WITH A MIRROR

(Cerita ini adalah sebuah riddle)

 

Putriku sedang bermain dengan cermin. Ia mengangkat tangan kanannya. Ketika bayangannya di cermin melakukan hal yang sama, aku segera membuang cermin itu. Aku tak pernah lagi membiarkan putriku bermain dengan cermin.

URBAN LEGEND #4: APA YANG JACK DENGAR

 

APA YANG JACK DENGAR

WHAT JACK HEARD

 

Jack, seorang fotografer freelance, tertegun ketika ia mendengar suara-suara di sekitarnya.

Suasananya di kelas itu sangatlah ramai. Suara percakapan tiada henti dari para murid menenggelamkan suara guru yang berusaha menenangkan mereka. Suara pensil yang berjatuhan, tawa para murid, suara bersin yang keras, serta suara kertas yang diremas-remas untuk kemudian dilemparkan ke keranjang sampah, terdengar bercampur aduk menjadi satu.

Jack dengan cepat menjepret beberapa foto ruang kelas dan kemudian pergi. Ia tak ingin menarik perhatian dari para murid dan guru itu. Setelah keluar dari gerbang sekolah, ia mengambil napas panjang untuk menenangkan dirinya.

Bekerja untuk majalah misteri adalah kesalahan terbesarnya, pikir Jack saat ia masuk ke dalam mobil. Secepat mungkin ia segera mengendarai mobilnya meninggalkan sekolah angker yang sudah terbengkalai bertahun-tahun itu.

URBAN LEGEND #3: STOP KONTAK

 

STOP KONTAK

OUTLET

(sebuah J-creepypasta)

  1503950_622811124467662_3566429829827571545_n

Aku pertama menyadarinya saat pacarku datang untuk membantu membersihkan kamar apartemenku yang berantakan. Aku orangnya sangat pemalas sehingga seringkali aku membiarkan kamarku terisi dengan sampah-sampah yang berserakan. Yah, apa boleh buat. Aku adalah lelaki lajang yang tinggal sendirian di kamar apartemen yang sempit.

Karena itu, pacarku kadangkala datang dan membantuku bersih-bersih. Hari itu seperti biasa pacarku mengumpulkan benda-benda yang ia temukan berserakan, entah di atas meja, di lantai, atau bahkan di belakang lemari. Kemudian ia akan menunjukkan padaku dan aku yang akan menentukan apakah barang itu harus dibuang ataukah masih kuperlukan. Kamarku mulai terlihat rapi ketika pacarku memperhatikan sesuatu yang tergeletak di lantai.

URBAN LEGEND #2: KLAKSON MOBIL JENAZAH

 

KLAKSON MOBIL JENAZAH

THE HONKING HEARSE

(sebuah J-creepypasta)

  tumblr_n3un0aB19a1rs4kcvo1_500

Seorang gadis bernama Kana tinggal bersama orang tua dan neneknya. Neneknya semula adalah wanita tua yang baik hati. Namun beberapa tahun terakhir, ia hanya menghabiskan sebagian besar waktunya di atas tempat tidur dan menjadi eksentrik. Ia tak hanya menjadi manja dan sering mengeluh pada ibu Kana yang selalu merawatnya, namun juga sering mengatakan hal-hal yang membuat orang lain depresi.

URBAN LEGEND #1: AKUINGINMATI.COM

 
AKUINGINMATI.COM

IWANTTODIE.COM

(sebuah J-creepypasta)


 
Peristiwa ini terjadi setahun yang lalu. Suatu malam, temanku yang bernama Yoshiki baru saja putus karena ceweknya ingin belajar ke luar negeri. Aku ingin menghiburnya, jadi aku mengundangnya dan beberapa teman lain untuk makan-makan di tempatku. Kami berenam akhirnya berkumpul malam itu dan mulai berpesta mulai dari jam 9 malam.

“Hei, ayo nyalakan TV!” kata temanku, Masato saat tengah malam. Aku mengambilkannya remote dan kami berkumpul di depan TV untuk menyaksikan acara tengah malam.

URBAN LEGEND TERBARU BULAN JUNI

 

Setelah bulan kemarin sempat berhibernasi, kali ini admin kembali menghadirkan postingan cerita horor terbaru. Untuk bulan ini lumayan lengkap, sebab ada J-creepypasta buat kalian penggemar cerita yang agak panjang hingga riddle pendek yang pastinya selalu ditunggu-tunggu. Silakan klik tiap judulnya untuk membaca versi lengkapnya.

1. Akuinginmati.com
2. Klakson Mobil Jenazah
3. Stop Kontak
4. Apa Yang Jack Dengar
5. Putriku Sedang Bermain Dengan Cermin
6. Berita Pagi
7. Jembatan Gantung
8. Parfum
9. Bunuh Diri Bersama
10. Jam Pasir
11. Di Toilet Perempuan
12. Uji Nyali II
13. English Test
14. Belajar Di Kamar
15. Petak Umpet
16. Tulang Di Dalam Dinding
17. Telepon
18. Kasir
19. Kecelakaan
20. Garasi

BONUS:
Don't Try This At Home: 4 Permainan Horor Yang Sebaiknya Tak Kamu Lakukan