Thursday, September 21, 2023

THE FIRST INDONESIAN DARK CASE: MISTERI APARTEMEN KALIBATA


Pengantar: artikel ini gue terbitkan Bulan Mei 2022 lalu dan merupakan "Misteri Nusantara" yang pertama kali gue terbitkan di Karyakarsa (sekaligus artikel tentang misteri yang terjadi di Indonesia pertama sepanjang gue nge-blog). Di kedepannya gue kepengen nulis artikel bertema seperti ini jadi kalo ada saran, silakan aja ya

Edisi Dark Case kali ini spesial banget, karena dalam sepanjang sejarah blog Mengaku Backpacker, gue akhirnya membahas kasus dalam negeri yaaay. Walaupun yah ini bukan kali pertama ya gue mangangkat kasus yang terjadi di Indonesia karena sebelumnya gue membahas tentang sisi gelap internet di Nusantara, yakni Dijah Yellow (tapi sudahlah, lupakan aja gue pernah ngepost itu).

Kasus apa sih yang akan gue telisik kali ini? Kasus ini gue pilih karena emang secara pribadi bikin gue merinding (sekaligus pengen explore, loh???) yakni kasus yang terjadi di Apartemen Kalibata City. Pas gue di Jakarta sih gue pernah sekali dua kali lewat Kalcit dan sama sekali nggak ada suasana angker di sana (sereman Menara Saidah). Namun sudah beberapa kali gue lihat apartemen ini muncul di berita gara-gara begitu banyak kasus yang terjadi di sana.

Memang, apartemen ini dihantui berbagai kasus menakutkan, mulai dari kasus narkoba, bunuh diri, pembunuhan, hingga mutilasi. Namun setelah gue menyelidikinya lebih dalam, lokasi Kalibata ternyata sudah menyimpan rahasia mengerikan, bahkan sebelum apartemen itu dibangun. Kasus apa sajakah yang pernah terjadi di sana? Kita simak bersama pembeberannya di Dark Case Indonesia pertama kita.

 

KASUS RINALDI, ASMARA TINDER BERAKHIR MUTILASI

Kita bahas dulu kasus paling mengerikan (menurut gue) yang terjadi di apartemen ini. Kasus pertama melibatkan penemuan mayat pria yang telah termutilasi di dalam koper di Tower Ebony, Apartemen Kalibata City pada 16 September 2020. Korban mutilasi ini rupanya adalah seorang manajer HRD bernama Rinaldi Harley Wismanu (33).

Rinaldi menjadi korban keganasan para pelaku berotak kejam, yakni sepasang kekasih Laeli Atik Supriyatin (27) dan Djumadil Al Fajri (26). Laeli dan Fajri membunuh korban di gedung apartemen lain, Pasar Baru Mansion, Jakarta Pusat, kemudian membawa jenazahnya ke Kalibata City.

Modus operandi keduanya cukup unik, yakni menggunakan aplikasi pencari jodoh online, Tinder. Setelah mengatur jadwal kencan, sepasang kekasih brutal itu menghabisi nyawa korban demi menguasai hartanya. Yang tragis, menilik akun YouTube-nya, sang korban rupanya berprestasi hingga pernah kuliah di Jepang, bahkan memiliki masa depan yang cerah.


KASUS GEBY, CINTA TAK SAMPAI

Tak hanya kasus Rinaldi yang melibatkan kisah cinta berakhir tragis. Selain pembunuhan, Apartemen Kalibata City juga (sering) menjadi lokasi bunuh diri. Salah satunya adalah seorang wanita yang bekerja sebagai pemandu karaoke bernama Ana Yulisanti. Kasus bunuh diri wanita yang lebih dikenal dengan nama Gebi ini terjadi pada 23 April 2018.

Sebelum melompat dari balkon kamarnya, Gebi sempat berusaha bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangan menggunakan pecahan kaca. Setelah tak berhasil, Gebi-pun nekad melompat dari lantai 8 Tower Damar hingga tewas bersimbah darah halaman parkir apartemen tersebut. Geby nekat mengakhiri hidupnya karena putus cinta.


KASUS HOLLY ANGELA, SANG ISTRI SIRI

Kasus yang lebih mengerikan dan tragis terjadi pada 30 September 2013, menimpa seorang gadis bernama Holly Angela dibunuh di sebuah kamar di lantai 9 Tower Ebony Apartemen Kalibata City. Bahkan, kasus pembunuhan berencana ini melibatkan lima orang pelaku.

Kasus itu sudah direncanakan begitu matang, dimana para eksekutor itu akan membunuh Holly dan membuang tubuhnya ke laut. Namun rencana itu berantakan ketika Holly berteriak hingga petugas keamanan datang. Sayang mereka terlambat, Holly sudah meregang nyawa setelah dicekik dan dipukul dengan batang besi. Kasus inipun mencabut satu lagi nyawa, yakni salah seorang pelaku bernama Elriski Yudistira. Ketika ia mencoba kabur, ia justru terpojok dan akhirnya tewas saat terjatuh dari balkon apartemen.

Namun plot twist lain muncul ketika polisi menyelidiki dalang di balik kasus pembunuhan itu. Pelakunya tak lain adalah suami siri Holly sendiri, Gatot Supiartono,  yang notabene bukan orang sembarangan. Ia adalah auditor utama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Gatot Supiartono mengutus para pembunuh bayaran karena Holly menuntut Gatot menceraikan istri pertamanya. Holly juga menuntut banyak harta duniawi, mulai dari mobil, rumah, hingga apartemen. Peristiwa ini membuat Gatot dipecat dari BPK serta diadili dan dijatuhi hukuman yang sangat setimpal, yakni 9 tahun penjara. Wah, lama banget ya?


KASUS ASYWARAH, PERTUNANGAN BERAKHIR TRAGIS

Jika tiga kasus di atas belum membuat kalian bergidik ngeri, maka kasus kali ini mungkin akan membuat kalian kapok jatuh cinta. Kasus ini diawali dengan kisah kasih mesra antara seorang pegawai bank bernama Asywarah Indah Sari (27) dengan seorang warga negara India Mirza Nurzaman (31). Mereka memutuskan bertunangan walaupun baru dua bulan berpacaran.

Namun nasib berkata lain. Bukannya merajut hidup baru yang penuh kebahagiaan, jasad Asywarah malah ditemukan dengan luka gorok di lehernya di kamar lantai 16 Tower Borneo pada 23 September 2012, seminggu sebelum pernikahannya. Di tubuhnya juga ditemukan sayatan pisau dapur. Diduga, pelaku hendak berusaha memutilasi jenazah gadis malang itu, namun diurungkan.

Pelaku perbuatan sadis itu tak lain adalah calon suaminya sendiri, Mirza.

Mengapa kita bisa tahu? Sebab Mirza sendiri sempat menelepon orang tua korban dan mengakui perbuatannya. Namun kisah ini bergulir ke babak akhir yang tak kalah tragis. Setelah mengaku, Mirza kemudian bunuh diri dengan menabrakkan diri ke KRL Jakarta-Bogor yang melintas di dekat Stasiun Duren Kalibata. Kita takkan pernah tahu, perselisihan apakah yang terjadi di antara sepasang kekasih ini hingga menemui akhir menggenaskan seperti ini.


KASUS AULIA, DENDAM SANG IBU TIRI

Tower Mawar Kalibata City menjadi saksi bisu kasus pembunuhan lain ketika seorang ibu yang iri dengan anak tirinya memutuskan untuk merencanakan sebuah aksi keji tak berprikemanusiaan. Di tempat inilah, Aulia Kesuma (45) dan anaknya kandungnya dari pernikahan terdahulu, Geovanni Kelvin (25) merencanakan untuk menghabisi nyawa suaminya Pupung Sadili (54) dan Dana (23), anak tirinya. Alasannya karena Pupung tidak mau menjual rumahnya yang berada di kawasan Lebak Bulus untuk melunasi hutang Aulia yang mencapai 10 miliar rupiah. Tak hanya itu, ia juga menolak menjadikan anak Aulia sebagai ahli waris dan lebih memilih anak kandungnya sendiri dari pernikahan terdahulunya, yakni Dana.

Aulia dan Geovanni tak melakukan aksinya sendirian saja. Ia merekrut dua orang “assassin” bernama Agus dan Sahid  yang kemudian diajaknya ke lantai 20 Apartemen Kalibata City untuk membahas rencana pembunuhan itu. Bahkan demi memuluskan rencananya itu, Aulia kemudian membeli obat tidur untuk membius para korbannya di sebuah apotek yang masih terletak di kawasan apartemen itu.

Aulia lalu menjalankan rencananya dengan mencampurkan obat tidur ke dalam jus yang diberikan kepada suaminya supaya terlelap. Sang anak juga membantu membius adik tirinya dengan mencekokinya dengan minuman keras yang dicampur dengan obat tidur. Rencana ini dilakukan di rumah korban di Lebak Bulus pada tanggal 23 Agustus 2019.

Demi menghilangkan jejak, Geovanni dan dua kaki tangannya membawa jasad para korban ke Sukabumi. Kemudian di sana mereka membakar mobil berisi kedua jenazah tersebut. Namun justru langkah inilah yang membuat kejahatan mereka terbongkar, sebab akibat kebakaran itu, Geovanni justru mendapat menderita luka bakar yang membuat kepolisian mengendus curiga.

Yang mengejutkan, ternyata ini bukan kali pertama Aulia dan anaknya berusaha “mencelakai” suami dan anak tirinya itu. Awalnya, Aulia Kesuma bahkan pernah berupaya menyantet Pupung. Namun ternyata aksi ilmu hitam itu tak berbuah manis, sehingga iapun meminta sang dukun untuk mencarikan dua orang untuk membantu aksi pembunuhan mereka.

Namun ada sebuah kisah “ngenes” di balik aksi para pembunuh bayaran ini. Awalnya para eksekutor dijanjikan uang ratusan juta, namun menreka mengaku hanya dibayar 8 juta. Itupun sebagian diambil oleh sang dukun yang merekrut mereka sehingga masing-masing hanya menerima uang 2 juta; jumlah yang tidak setimpal mengingat mereka harus meringkuk di balik jeruji besi kini.

Lalu bagaimana dengan nasib Aulia dan putranya Geovanni? Mereka berdua dijatuhi hukuman terberat yakni pidana mati. Makanya, jadi auditor BPK dong eh.


KASUS PROSTITUSI ANAK

Ada sebuah pepatah bijak yang mengatakan bahwa jika kalian ingin tahu seperti apa kondisi di apartemen Kalibata City, silakan aja nyalain aplikasi WeChat. Wah gue sih nggak paham ya soalnya masih polos, open BO ama open PO aja gue nggak ngerti bedanya. Namun sudah bukan rahasia lagi kalo wilayah apartemen, karena keintimannya, dipilih menjadi lokasi baru untuk prostitusi. Buktinya adalah kasus prostitusi anak yang berhasil dibongkar pada awal 2020. Lokasinya tak lain di Apartemen Kalibata City, tepatnya di kamar lantai 10 Tower Jasmine. Korbannya sendiri terlampau belia, yakni seorang siswi kelas 6 SD berinisial EN.

Alkisah, EN yang masih berusia 13 tahun berkenalan dengan RB dan kemudian berpacaran. Namun tak disangka, begitu bertemu, RB malah menjual gadis tersebut kepada para pria berhidung belang. Tak hanya EN, namun tiga anak lain yang hendak diperdagangkan juga berhasil diselamatkan polisi, yakni JO (15), NA (15), dan AS (17).

Yang mengerikan, ini bukanlah kali terakhir kasus yang sama terjadi di apartemen ini. Pada Oktober 2021, Polda Metro Jakarta Selatan menerima laporan dari orang tua yang kehilangan anak gadis mereka. Investigasi mereka lagi-lagi membawa mereka ke Apartemen Kalibata dimana dua anak di bawah umur, ZR (16) dan RCL (16) dieksploitasi dan dijajakan secara online.

Mungkin lain kita harus lebih teliti lagi mengawasi adek-adek atau anak-anak kita karena zaman semakin canggih dan bisa saja orang-orang yang mereka kenal secara online sebenarnya berniat jahat kepada mereka, seperti kasus Carly Ryan yang pernah gue bahas.


KASUS NARKOBA

Photo by Colin Davis on Unsplash

Tak hanya menjadi sarang prostitusi, kawasan apartemen ini juga diselimuti kasus peredaran barang haram narkoba. Pada Juli 2020, Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya menangkap bandar narkotika di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan. Dalam penangkapan kali ini, polisi berhasil menyita barang bukti sebanyak 4,6 kilogram sabu dan pil ekstasi sebanyak 1.604 butir.

Tapi mengapa kasus protistusi dan narkoba begitu marak terjadi di apartemen? Bukannya apartemen harusnya aman ya? Alasannya mungkin karena warga yang tinggal di apartemen biasa untuk bersikap individualistis alias saling tak mau mengurusi masalah satu sama lain (beda ama ibu-ibu kompleks). Karena privasi yang terjaga tinggi inilah, malah para bromocorah merasa aman melancarkan aksi mereka.


KASUS PENCEKIKAN MISTERIUS

Seorang penghuni Tower Akasia apartemen Kalibata, Jakarta Selatan Devita (24) melaporkan kasus pencekikan yang menimpa dirinya oleh pria tak dikenal. Peristiwa terjadi pada  24 Sepember 2015 malam saat ia baru saja pulang kerja. Bak adegan sebuah film home invasion, saat baru memasuki kamar apartemennya dan hendak menutup pintu, tiba-tiba saja ada seorang pria yang mendorong pintu dan memaksa masuk ke dalam kamarnya. Bahkan, menurut kesaksiannya, pria itu sudah membuntutinya dan naik dengan lift yang sama dengannya. Beruntung ia selamat karena perhatian sang pencekik teralikan oleh tetangganya yang membuka pintu.

Namun ada misteri lain yang berkecamuk dari kasus ini. Menurut sang korban, pihak keamanan apartemen melarangnya melihat rekaman CCTV itu dan justru mengatakan bahwa kejadian pencekikan seperti itu kerap terjadi. Bahkan, kejadian sebelumnya justru lebih parah ketimbang yang gadis itu alami (entah apa maksudnya). Hingga kini identitas sang penculik misterius itu belumlah terungkap

 

KASUS DESI WULANDARI, BUNUH DIRI ATAU DIBUNUH?

Kasus kematian Desi Wulandari (19) yang terjatuh dari lantai 9 Tower Akasia, Apartemen Kaibata City, menyisakan misteri, sebab tak jelas apakah ia benar bunuh diri ataukah dibunuh. Gadis yang berprofesi sebagai model tersebut menenggak riklona (sejenis obat tidur) dan anggur merah sebelum terjatuh. Dua teman sekamarnya, S (26) dan R (23) menyatakan sebagai saksi bahwa mereka sempat menghentikan usaha bunuh dirinya sebelum kematiannya. Namun saksi mata lain justru menyatakan bahwa korban berteriak meminta tolong sebelum kejadian.

Kasus inipun semakin diulik menjadi semakin aneh. Korban rupanya berpacaran dengan S, teman sekamarnya, yang juga adalah perempuan. Ia merasa cemburu karena S dinilai terlalu ramah pada gadis-gadis lain di apartemen itu, sehingga mereka berdua bertengkar. Korban bahkan sempat menelepon ibunya bahwa S mendorongnya. Akan tetapi polisi sudah menyimpulkan bahwa kasus tersebut merupakan kasus bunuh diri.

Akan tetapi tentu saja, kasus yang terjadi pada 16 November 2016 ini bukanlah yang terakhir.


KASUS BUNUH DIRI WARGA BANGLADESH

Kasus bunuh diri sepertinya sudah lazim terjadi di apartemen Kalibata City, untuk sebuah alasan yang masih misterius. Contohnya adalah kasus Geby di atas, juga kasus-kasus lain seperti Nazrul Islam (40), seorang warga negara Bangladesh yang loncat dari lantai 15 Tower Ebony pada 9 Agustus 2020 lalu. Diduga korban bunuh diri karena depresi tak bisa pulang ke negara asalnya akibat pandemi virus corona.

Berikutnya, pada 31 Mei 2021, seorang remaja berinisial D (18) nekat melompat dari lantai 5 Tower Ebony Apartemen Kalibata City. Ia nekad mencoba bunuh diri karena kesal dimarahi atasannya di tempatnya bekerja, yakni sebuah kedai kopi di kompleks apartemen tersebut. Beruntung, usaha bunuh dirinya ini gagal dan ia berhasil diselamatkan. Uniknya, kasus ini dan kasus warga negara Bangladesh terjadi di tower yang sama di mana Holly terbunuh, salah satu pembunuhnya bunuh diri, dan dimana jenazah Rinaldi dimutilasi. Salah satu sumber yang gue baca bahkan menyiratkan bahwa ada banyak kasus bundir di tiap tower yang tak terekspose. Bahkan kolam renang kompleks apartemen itu tak aman, sebab ada desas-desus pernah ada anak balita yang tenggelam karena kelalaian orang tuanya.


KASUS NOVI AMELIA, SI CANTIK KORBAN KEJAMNYA DUNIA

Pada 16 Februari 2022, baru-baru saja, sebuah kasus bunuh diri lain mengguncang Apartemen Kalibata. Kali ini korbannya adalah seorang perempuan bernama Linda Astuti (35) yang tewas setelah terjun bebas dari lantai 8 Tower Raflesia Apartemen Kalibata City. Ia diduga tewas mengakhiri hidupnya karena depresi.

Yang mengejutkan, setelah ditelisik, Linda Astuti merupakan nama asli model majalah dewasa bernama Novi Amelia yang sebelumnya terlibat beberapa kasus yang viral. Salah satu kasus tersebut terjadi pada 11 Oktober 2012 silam, dimana Novi yang tengah teler dan tak sadar akibat pengaruh obat-obatan terlarang, menabrak 7 orang di Tamansari, Jakarta Barat. Yang lebih menghebohkan publik, Novi Amelia mengendarai mobil Honda Jazz-nya hanya dengan mengenakan bra dan celana pendek ketat yang kemudian viral di media sosial. Karena kasus itu, iapun terpaksa mendekam 6 bulan di penjara.

Bahkan Novi kemudian terlibat insiden-insiden serupa, salah satunya melibatkan gojek, dimana ia mengamuk dan mengancam akan melepas pakaiannya di depan polisi. Beberapa kali pula ia dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa kejiwaannya. Sedih memang, akibat depresi berkepanjangan dan mengonsumsi obat-obatan terlarang, gadis ini memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, sama seperti penghuni-penghuni lain kompleks apartemen ini.

Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa begitu banyak insiden-insiden mengerikan terjadi di apartemen ini. Perlu diingat bahwa kompleks apartemen ini amatlah luas, yakni mencakup 18 tower dengan hampir 12 ribu unit. Mungkin berbagai kasus kematian di atas hanyalah semata karena statistik, mengingat banyaknya tower dan penghuninya.

Lokasinya pun amatlah strategis, berdampingan dengan Mall Kalibata City serta hanya beberapa menit berjalan kaki dari stasiun Duren Kalibata, sehingga walaupun begitu banyak misteri yang berkeliaran di tempat ini, peminatnya masihlah banyak.  Oya, gue baru ngomongin kematian di kawasan apartemen ini ya, belum meluas ke rel kereta api di Kalibata dimana banyak terjadi kasus kecelakaan (yang paling parah adalah metromini yang tertabrak kereta dan menewaskan 10 orang pada 2006).

Namun yang mengejutkan, ternyata kematian-kematian misterius sudah terjadi bahkan sebelum apartemen ini dibangun. Sebuah kesaksian menyatakan bahwa pada tahun 1980-an, wilayah itu masihlah sangat sepi dan hanya dijejali pojon karet. Seringkali, karena gelap dan sepinya tempat tersebut, areal pohon karet itu sering digunakan untuk tempat pembuangan mayat. Terlebih lagi masa itu adalah masa Orde Baru dimana banyak pelanggaran HAM merajalela.

Salah satu mayat yang dibuang di sana adalah seorang wanita bernama Dietje Budimulyono.


THE BEGINNING: KASUS KEMATIAN SANG “KEN DEDES”

Pada 8 September 1986, penduduk Jakarta dihebohkan dengan penemuan mayat seorang wanita bernama Ditje Budiarsih. Kala itu Ditje ditemukan tewas di dalam mobil Honda Accord dengan lima luka tembak di tubuhnya. Karena tak ada bekas tembakan apapun di mobil tersebut, maka disimpulkan bahwa ia dibunuh di tempat lain, sebelum akhirnya mayatnya dibuang di wilayah Kalibata.

Namun siapa sebenarnya sang korban, Ditje?

Ditje bukanlah wanita sembarangan, melainkan peragawati Bandung ternama yang disebut-sebut kecantikannya menyaingi Ken Dedes. Ditje Budiarsih menikah dengan seorang pria kaya raya bernama Budi Mulyono, sehingga kemudian mengubah namanya menjadi Dietje Budimulyono. Namun setelah suaminya tersebut mengalami kelumpuhan, Ditje mulai memutar otak bagaimana terus melakoni hidup mewahnya tanpa sokongan suaminya. Ditje kemudian menjadi simpanan para lelaki berkuasa pada masa Soeharto, mulai dari pengusaha-pengusaha berduit hingga seorang mantan marsekal TNI. Namun yang paling menghebohkan adalah dugaan skandal perselingkuhannya dengan Indra Rukmana yang tak lain adalah suami Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut, putri dari Soeharto.

Namun alih-alih menyelidiki nama-nama berkuasa tersebut, polisi malah menangkap seorang mantan anggota TNI bernama Muhammad Siradjudin alias Pak De, yang disebut-sebut berprofesi sebagai dukun. Menurut polisi, Pak De menghabisi Ditje karena Pak De berjanji akan melipatgandakan uang milik Ditje. Selain kasus ini, Pak De juga dituduh membunuh seorang wanita lain bernama Endang dari Cimanggis. Walaupun memiliki alibi kuat, namun Pak De tetap dijatuhi hukuman seumur hidup. Pak De terus membantah tuduhan tersebut, bahkan beralasan bahwa dirinya difitnah dan disiksa agar mau mengakui sebagai pelaku pembunuhan itu. Beruntung, pada masa pemerintahan BJ Habibie pasca lengsernya Soeharto, Pak De kemudian dibebaskan.

Begitu dibebaskan, Pak De melontarkan plot twist tak kalah mengejutkan, yakni bahwa sebelum tewas, Ditje sempat mengaku kepadanya bahwa ia tengah hamil. Mungkin saja sang pelaku ingin menutup mulut Ditje sebelum ia mencemarkan namanya (apalagi dengan bukti anak yang dikandungnya) atau mungkin pelakunya justru adalah istri salah satu selingkuhannya yang merasa dendam kepadanya. Entah, yang pasti kasus kematian Ditje, sama seperti kasus Sum Kuning, menjadi salah satu kasus Orde Baru yang tak terpecahkan hingga saat ini.

Berbagai tragedi yang menyelimuti Kalibata yang bahkan terjadi sebelum apartemen Kalibata City dibangun membawa kita ke pertanyaan, mengapa wilayah ini bak digenggam oleh sang malaikat kematian? Mengapa maut senantiasa menggentayanginya, dibuktikan dengan tragedi yang senantiasa terjadi di sana? Apakah karena manusia Indonesia yang berjiwa sosial pada dasarnya takkan mampu beradaptasi di kehidupan apartemen yang bergaya individualistis, sehingga menimbulkan depresi?

Yang jelas, apartemen Kalibata City masihlah diminati, walaupun pemandangan pekuburan TMP Kalibata juga seakan menambah kesan suram lokasi ini. Namun gue berharap, di masa depannya nanti, tragedi-tragedi menakutkan takkan lagi terulang.


NB: Artikel ini ada sekuelnya di Karyakarsa, silakan berlangganan ya :)

1 comment:

  1. Serem banget bang Dave!!...
    Tapi kalau di bilang kebetulan..kok sering banget terjadi kasus di sana ya

    ReplyDelete