Sunday, November 3, 2024

GUNDALA JAGAD GENI – CHAPTER 10

 


KEBANGKITAN ADIDAYA

 

NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

 

“Tunggu, aku belum siap!” seruku. “Dan mengapa aku harus mengenakan kostum aneh ini?”

“Jangan sebut itu aneh!” seru pemuda itu dengan nada marah, “Itu adalah seragam para prajurit planet kami, yang akan mengorbankan jiwa raga mereka dengan berani demi melindungi rakyat kami!”

“Tapi kalian bahkan belum menjawab pertanyaanku! Siapa sebenarnya kalian?”

“Kau akan mengetahuinya kelak, Sancaka.” kata pemuda itu, “Aku yakin suatu saat nanti takdir akan mempertemukan kita kembali.”

Friday, November 1, 2024

GUNDALA JAGAD GENI – CHAPTER 9

 


REVELASI

 

NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

 

Kilatan itu menyambar bagian luar kandang Faraday dimana kami berada sekarang. Suara sengatannya membuatku tersentak.

GUNDALA JAGAD GENI – CHAPTER 8

 


MILLENIUM BARU

 

NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

 

“AAAAAAA!!!” Minarti menjerit ketika mereka berhasil merenggutnya.

“Minarti!” aku berhasil menariknya, namun segera sisa zombie-zombie itu menyerangku.

Mereka tampaknya berusaha merebut cincin berliontin biru yang ia pakai.

“Sudah, serahkan saja benda itu!” seruku sambil berusaha menangkis gangguan mereka. “Itu yang mereka inginkan!”

“Enak saja!” jeritnya, “Aku berhak memilikinya setelah kau kecewakan! Ini hadiah ulang tahunku!”

“Demi Tuhan, Minarti!” aku bergelut dengan mereka dan berhasil menjatuhkan beberapa dari mereka. Aku segera merebut Minarti dari tangan mereka. Namun mereka kembali mengepungku. Jumlah mereka terlalu banyak.

“Menyingkir kalian!” tiba-tiba saja aku merasakan tenaga keluar dari diriku diikuti cahaya yang amat menyilaukan. Seketika, mereka semua tersungkur.

“A ... apa yang terjadi?’ ujar salah seorang wanita. Yang lain segera bangun dan kebingungan.

“Mereka semua sadar ...” pikirku. Aku menatap kedua tanganku.

“Apa yang barusan terjadi?”

 

Monday, October 21, 2024

GUNDALA JAGAD GENI – CHAPTER 7

 


PERCIKAN

 

NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

 

Aku terbangun dengan kepala yang amat sakit.

Di depanku terlihat percikan listrik saling menyambar. Kilatan itu biru, menunjukkan suhunya telah mencapai ribuan derajat, setara dengan permukaan matahari.

Namun aku sadar bahwa kilatan itu sama sekali tak menyambar kami.

Kami berada di dalam sebuah kandang yang terbuat dari logam metalik.

Sangkar Faraday.

Kami?

Friday, October 18, 2024

GUNDALA JAGAD GENI – CHAPTER 6

 


PERTEMPURAN PARA DEWA

 

NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

 

Aku tak ingin menyakiti Minarti, tak pernah! Namun tubuhku ini serasa memiliki nyawanya sendiri. Seperti inikah rasanya kerasukan, saat tubuhmu dibajak untuk melakukan hal-hal yang tak kau inginkan?

Wajah Minarti berubah ngeri ketika ia melihatku mengacungkan pisau ke arahnya.

Tidak! Aku tak boleh menyakitinya!

Dengan sisa kesadaranku, aku menghujamkan pisau itu ke perutku.

Monday, October 14, 2024

GUNDALA JAGAD GENI – CHAPTER 5

 


HIPNOSIS

 

NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

 

Pria itu. Aku merasa mengenalnya.

Aku berjalan mendekatinya untuk melihat wajahnya lebih baik. Dia sepertinya tak mendengar langkah kakiku.

Aku terkesiap melihat wajahnya. Saat itu ia tengah menuangkan cairan kimia ke dalam tabung reaksi bening.

Pemuda itu adalah aku.

Thursday, October 10, 2024

GUNDALA JAGAD GENI – CHAPTER 4

 


KRISTAL

 

NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

 

“Aish! Apa kau tak risih tinggal di kamar seberantakan ini?” aku menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kondisi kamar Awang yang jauh dari kata rapi. Aku sudah tinggal di sini semenjak pagi dan melihat kebiasaan Awang melemparkan barang-barang seenak udelnya setelah menggunakannya.

Aku memungut beberapa barang dari lantai dan menatanya ke atas meja.

“Hei! Hei! Jangan!” cegah Awang, “Aku lebih suka begitu. Dengan begitu aku tahu dimana harus mencarinya.”

“Kau tipe orang seperti itu ya?” aku menatapnya dalam-dalam.

“Orang seperti apa maksudmu?”

“Abstrak. Pengguna otak kanan.”

“Dan kau pasti teroganisir, pengguna otak kiri.”

Kami berdua terdiam sejenak lalu tertawa terbahak-bahak.

“Astaga ... kenapa orang yang berbeda 180 derajat seperti kita bisa bertemu seperti ini.”