Monday, December 18, 2023

LOVELESS CREATION: CHAPTER 12 –LORD OF THE WOODS

 


A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

Elena bergidik ngeri, “Bagiku yang mengerikan bukanlah kedatangan monster itu ke Bumi, melainkan kemungkinannya.”

Profesor Eldritch tersenyum mendengarnya. “Memang benar apa yang kau katakan. Imajinasi manusia, itulah sumber semua ketakutan. Bukan hal yang pasti, melainkan segala ke-nir-kepastian.”

“Tapi bagaimana kau mendapat buku dengan segala cerita menakutkan itu, Prof?”

Sunday, December 10, 2023

LOVELESS CREATION – CHAPTER 11: THE BLIND IDIOT GOD



A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

“BRAAAAK!!!”

Suara hantaman yang amat keras itu membuat Chris segera berlari dari arah dapur. Suara itu berasal dari arah ruang tamu dan ia ingat benar, istrinya Martha tengah mendekap anak mereka, Rama, di atas sofa ruang tamu mereka.

“Martha! Kau tidak apa-apa?” namun ia tercengang begitu menyaksikan apa yang berada di depannya. Bagian depan rumahnya telah runtuh, menyisakan lubang besar di atap. Dinding rumah juga sebagian besar telah rubuh. Namun tak hanya itu saja yang membuatnya terkejut, melainkan apa yang telah merubuhkan rumahnya.

Sebuah kapal tanker besar tergeletak di depan rumahnya, menghancurkan sebagian rumahnya dan meratakan rumah-rumah tetangganya. Bagaimana mungkin kapal tangker ini bisa tersapu sampai ke sini? Pelabuhan terdekat berjarak 10 kilometer jauhnya dari rumahnya.

Monday, December 4, 2023

LOVELESS CREATION – CHAPTER 10: THE BLIND IDIOT GOD

 


A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

“Kita beneran mau makan ini semua?” Andri menyiapkan pisau dan garpu untuk menyantap semua persediaan daging mereka di dapur.

“Kau dengar sendiri kata Suster Frida tadi. Pekerjaan kita akan selesai jadi jangan sampai semua makanan ini mubazir.”

“Entahlah, kita bakalan jadi pengangguran sehabis ini ...”

“Hei, aku jamin pesangon kita bakalan banyak! Ayo!”

Tiba-tiba saja lampu di atas mereka mati.

“Hah, apa ini? Mati listrik?”

Andri pun menyalakan senter yang ada di pinggangnya, “Kurasa iya ... hei!” teriaknya tiba-tiba.

“Ada apa?”

“Kurasa senterku menyorot seseorang tadi, tapi dia keburu menghilang.”

“Siapa?”

“Kau takkan percaya ini,” Andri ragu, “Namun aku sepertinya melihat Adit.”

LOVELESS CREATION – CHAPTER 9: THE BLIND IDIOT GOD

 


A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

“Dokter, Anda perlu tahu ini.” Suster Frida buru-buru memberitahunya, “Barusan pasien itu menyebut nama 'Cthulhu'!”

HALLO GUYS

 Hallo guys, sorry Senin lalu gue nggak update Loveless Creation karena minggu kemarin gue lagi ada di Jakarta dan sialnya file novelnya ada di laptop yang gue tinggal di rumah. Tapi jangan khawatir, lanjutannya akan hadir hari ini dua episode sekaligus untuk menebus kekangenan kalian (yeee pede banget). Oya jangan lupa, postingan di Karyakarsa juga masih lanjut lho. Sekarang bahkan tiap hari Minggu gue juga update jadi kalian bisa menikmati 7 postingan per minggunya alias postingan fresh tiap harinya.

Jangan lupa ya, ini linknya 

https://karyakarsa.com/dave.cahyo

Tuesday, November 21, 2023

LOVELESS CREATION – CHAPTER 8: THE BLIND IDIOT GOD

 


A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

“Satu lagi Blind Idiot masuk!” seru Andri sambil mendorong Adit yang duduk di atas kursi roda masuk ke bangsalnya.

“Ssssst! Jangan sebut dia begitu! Kalau Profesor dengar, dia bisa marah!” temannya yang bernama Ryan memperingatkannya.

Tuesday, November 14, 2023

LOVELESS CREATION – CHAPTER 7: THE BLIND IDIOT GOD

 


A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

“Monster yang memakan planet? Makhluk organisme tunggal yang serukuran planet?”

“Sejujurnya aku sedih kau justru lebih tertarik dengan itu, Elena. Apakah kau tak terkesima dengan kenyataan bahwa ada kehidupan ekstraterestrial di luar sana yang memiliki kecerdasan tanpa batas dan mengetahui rahasia alam semesta?”

“Na ... namun isi buku ini amatlah mustahil, Prof! Apa kau yakin ini bukanlah fiksi semata?”

“Awalnya kami juga berpikir begitu. Namun lihatlah kertas-kertas kisut yang kau pegang itu ... apakah kau pikir mereka hanya menuliskan dongeng bualan yang konyol di atas kulit manusia?”

“Kulit manusia?” Elena mengernyit jijik hingga menjatuhkan buku itu, “Halaman-halaman buku ini terbuat dari kulit manusia?”

Monday, November 6, 2023

LOVELESS CREATION – CHAPTER 6: THE ASTRONAUTS

 


A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

“Dimana Luke?” tanya Amara dengan resah. Sam membaringkan dirinya di atas ranjang klinik di pesawat mereka. “Seharusnya dia sudah kembali sekarang.”

“Jangan khawatirkan dia!” dengus Sam dengan kesal, “Dia yang mencari masalah sendiri.”

“Jangan lupa, Sam! Hanya dia yang bisa membantu kita keluar dari planet ini.”

Sam menghela napas, “Baiklah, akan kucari dia ...”

Amara! Sam!” tiba-tiba radio mereka berbunyi, “Ce ... cepat buka pintunya!”

“Itu suara Luke!” Amara segera terbangun. “Kita harus menolongnya! Dia terdengar berada dalam kesulitan.”

Monday, October 30, 2023

LOVELESS CREATION – CHAPTER 5: THE ASTRONAUTS

 


A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

“Luke! Luke!” panggil Sam melalui radio. Ia dan Amara kini menuruni pesawat mereka dan berjalan di atas permukaan planet aneh itu. Mereka menggunakan hel astronot tentu saja, karena tak yakin dengan keamanan atmosfer planet tersebut.

“Luke!”

Luke menoleh. Ia tersenyum melihat kedatangan mereka dan berjalan menghampiri.

“Luke, apa yang kau lakukan di sini!” panggil Sam, “Ayo cepat kembali ke ...”

Namun, tiba-tiba saja Luke melakukan hal yang tak terbayangkan. Ia melepas helm yang menutupi kepala pemuda itu.

Monday, October 23, 2023

LOVELESS CREATION – CHAPTER 4: THE ASTRONAUTS

 


A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

“Kecelakaan pesawat itu ...” Elena berbisik tak percaya setelah menuntaskan kisah itu, “Aku pernah mendengarnya entah dimana. Begitu pula dengan pulau yang seluruhnya penghuninya perempuan. Aku pernah melihatnya di sebuah film dokumenter, tapi ingatanku hanya samar.”

“Hati-hati,” koleganya tersenyum, “Aku tak ingin kau mengalami Mandela Effect.”

“Apa kisah ini sungguhan?” Elena menatap profesor itu.

Ia hanya mengangkat bahunya, “Mungkin ya, mungkin tidak.”

Sunday, October 15, 2023

NOVEL TERBARU: RITUAL

Hallo guys, mau promosi nih novel terbaru gue di Karyakarsa yang berjudul "RITUAL". Bisa ditebak dari judulnya novel ini akan bergenre horror supranatural. Berikut ini adalah sinopsisnya:

Ketika seorang gadis yang kesurupan dan membunuh seluruh teman sekelasnya justru dimasukkan ke dalam sebuah panti khusus anak-anak nakal, kekacauan pun dimulai.

Novel ini bisa dibilang akan menjadi "Evil Dead"-nya Indonesia dan juga gue peringatin dulu, akan mengandung sedikit gore. Buat yang tertarik, 3 bab pertama akan gue gratisin di Karyakarsa, tinggal ikutin aja link di bawah ini:

BAB 1

BAB 2

BAB 3

LOVELESS CREATION: CHAPTER 3 – THE TALL ONE

 


A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka menyusuri pantai, tak lagi tertarik dengan hewan aneh yang mereka temui tadi.

“Jadi kau benar-benar belum pernah mendengar desas-desus itu?”

Amelia menggeleng, terlihat tak sabar.

Monday, October 9, 2023

LOVELESS CREATION: CHAPTER 2 – THE TALL ONE

A LOVECRAFTIAN NOVEL

                                                             

               

“Kisah-kisah ini,” ujar Elena sembari membuka-buka manuskrip itu, “Siapa yang menulisnya?”

“Entah.” profesor itu mengangkat bahunya, “Nama mereka jelas tercantum di situ, tapi kami tak pernah berhasil melacak keberadaan mereka. Kami berkesimpulan, mereka yang tidak berasal dari dunia ini.”

“Apa maksudnya?” Elena tercengang.

“Kisah dari dimensi lain. Dunia yang mirip dengan kita, tapi mengalami nasib yang jauh dari serupa.”

“Dunia paralel?” multiverse bukan lagi konsep asing di kalangan ilmuwan, sehingga sama sekali tak membuatnya heran, apalagi meragukannya.  “Lalu kisah-kisah ini, semuanya tentang apa? Mengapa kampus kita menganggapnya amat penting sehingga harus menyembunyikannya dari dunia luar seperti ini?”

“Karena jantung perpustakaan kita hanya menyimpan pengetahuan yang tak boleh dimiliki manusia, Elena. Termasuk tentang makhluk-makhluk itu dan sejarah mereka, bahkan cara memanggil mereka.”

“Dari tadi kau terus menyebutkan tentang mereka, Prof. Namun, sebenarnya siapa mereka itu?”

“Percuma jika aku sendiri yang menjelaskannya. Mungkin kau takkan mampu menalarnya. Lebih mudah jika kau baca saja cerita-cerita itu, mulai dari yang ini.” Profesor Eldritch menunjuk ke salah satu halaman manuskrip, “Cerita ini tidaklah berat untuk dipahami karena hanya menggambarkan entitas rendahan, dewa kelas teri.”

Rasa penasaran menarik Elena untuk membuka halaman tersebut dan mulai membacanya.

***

 

Monday, October 2, 2023

LOVELESS CREATION: CHAPTER 1 – THE WATCHER

 A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

GALAKSI ini adalah tempat yang riuh.

Banyak yang membayangkan alam semesta adalah tempat yang sunyi, tetapi kenyataannya tidak. Elena tahu benar hal itu.

Secara teoritis, tak ada suara di ruang hampa udara, sehingga tak ada molekul ataupun atom yang dapat dirambati getaran energinya. Namun, ruang angkasa tidaklah benar-benar hampa seperti anggapan orang. Ada banyak energi dan gelombang yang bertabrakan secara acak di sana, mulai dari cahaya, gravitasi, elektromagnetik, hingga radiasi nuklir. Getaran-getaran itu memang tak bisa didengar manusia, tetapi itu tak serta merta menihilkan keberadaan mereka.

Seandainya kita bisa mendengarnya, akankah suara itu acak dan berisik, ataukah justru terdengar merdu seperti musik yang dialunkan alam semesta?

Jika suara itu seperti sebuah bahasa, adakah yang mampu menerjemahkannya, seperti sebuah wahyu yang diturunkan kepada para wali?

Majalah “Time” sendiri sudah mendapuk Elena Banyubiru sebagai seorang nabiah yang bertugas menguak rahasia yang dipendam alam semesta. Seorang aulia yang memiliki intelegensi dan kharisma, sehingga matahari senja dan seluruh konstelasi perbintangan di galaksi ini akan tunduk kepadanya; begitulah mungkin jika sebuah puisi Kahlil Gibran ditulis untuk menggambarkannya.

Namun, Elena sama sekali tak menyukai sebutan itu. Nabiah, aulia ... semua sebutan itu terdengar seperti peramal dan ia tak pernah menghargai hal-hal mistik yang berbau metafisika seperti itu. Ia lebih suka dipanggil sebagai “detektif partikel”. Ia ingin menjadi Satyendra Nath Bose yang menemukan boson, Albert Einstein yang menemukan foton, atau Peter Higgs yang menemukan Partikel Tuhan. Hasratnya adalah menyelidiki setiap atom di alam semesta ini, merunut awal mulanya.

Bahkan bila ia bisa lebih jauh lagi, ia ingin mundur ke sebelum waktu dilahirkan, mengetahui apa yang ada sebelum alam semesta ini menjelma.

Bukan sebuah anomali jika majalah seprestise “Time” menganugerahi gelar “Wanita Abad Ini” kepada Elena, bahkan menggunakan wajahnya sebagai cover depan edisi khusus dekade mereka serta mengelu-elukan dirinya sebagai calon penerima Nobel Fisika tahun ini. Ini karena Elena berhasil melakukan apa yang tak pernah bisa dilakukan generasi demi generasi ilmuwan sebelumnya.

Ia berhasil menangkap foto beresolusi tinggi pertama yang mengintip ke dalam Lubang Hitam.

 


Foto tersebut didapatnya dari 8 observatorium khusus yang dibangun di lokasi-lokasi eksotik di penjuru dunia, mulai dari puncak vulkanik Mauna Kea di Hawaii, puncak gunung berapi purba Sierra Negra di Meksiko, puncak bersalju Sierra Nevada di Spanyol, puncak gunung suci bagi kaum pribumi Amerika di Mount Graham di Arizona, gurun Atacama di Chile, hingga benua beku Antartika.

Delapan gambar yang dikirimkannya bak sebuah pixel, yang apabila digabungkan dengan algoritma ciptaan Elena, akan menghasilkan sebuah mahakarya utuh.

Elena sendiri tak pernah muncul ke depan publik semenjak prestasinya itu viral di dunia digital. Foto Lubang Hitam yang berhasil ia gabungkan telah ditayangkan di semua stasiun televisi. Potretnya telah dibagikan jutaan kali di media sosial dan namanya bergaung di hampir seluruh surat kabar di dunia.

Seperti layaknya seorang ilmuwan manapun yang introvert, ia tak begitu suka dengan jepretan kamera dan pertanyaan para wartawan. Hanya senior dan atasannya, Profesor James Eldritch, yang menjawab semua pertanyaan media. Toh, Profesornya itu yang seharusnya mendapatkan penghargaan, sebab ia-lah yang menginisiasi dan memimpin penelitian ini. Namun, dunia lebih beranggapan Elena lebih pantas disorot. Mungkin karena ia seorang wanita dan dunia yang patriarkis ini membutuhkan sosok wanita berprestasi demi sebuah dinamisme keseimbangan.

“The next Marie Curie.” seorang pria menepuk pundaknya dari belakang.

“Berhentilah memanggilku begitu, Profesor.” tanpa menolehpun, Elena sudah tahu siapa pemilik suara itu.

“Aku takkan mendapatkan hadiah Nobel itu, saingannya terlalu berat. Mana mungkin aku bersaing dengan ilmuwan CERN dan MIT? Lagipula, untuk menjadi setara dengan Marie Curie, aku perlu memenangkan dua Nobel di dua bidang yang berbeda.”

“Tapi kau patut mendapatkannya, Elena.” pria itu mulai memijat bahunya. Elena memejamkan matanya, mengistirahatkan batinnya sejenak dari semua kepenatan yang bahkan tak ia sadari telah menggerayangi tubuhnya semenjak tadi. Iapun menaikkan jemarinya dan menyentuh tangan pria itu dengan lembut.

“Hentikan, Prof!”

“Yang mana? Perkataanku atau pijatanku?”

Elena tertawa, “Kau tahu maksudku. Omong kosongmu tentu saja.”

Tak susah memang menebak apa sebenarnya hubungan yang terjalin antara profesor dan muridnya itu. Umur mereka terpaut amat jauh, hampir tiga dekade. Namun, baik Elena maupun Profesor Eldritch tak pernah mempermasalahkannya. Elena menganggapnya sebagai mentor, guru, juga satu-satunya laki-laki yang pernah baik kepadanya.

Wanita itu kini tahu mengapa ia selalu menjauhi lelaki: karena semua pria yang ditemuinya kekanak-kanakan. Berbicara dengan pria sedewasa profesornya adalah hal yang baru, sebab seolah-olah ia mampu mengerti semua yang diucapkan Elena, bahkan sebelum wanita itu mengutarakannya.

“Elena,” Profesor Eldritch menghela napas, “Dari 900 penerima Nobel sepanjang sejarah, hanya 51 di antaranya wanita. Bila dihitung, itu hanya 6 persen.”

“Prof, kumohon hentikan!” Elena mulai merasa kesal, “Aku mulai merasa bahwa mereka menghargaiku dan menyebutku pahlawan bukan karena prestasiku, melainkan karena aku seorang wanita.”

“Kau malah marah karenanya?” profesor itu heran, “Seharusnya kan kau bangga?”

“Aku ingin diakui karena hasil jerih payahku, bukan sebagai agenda politis, gerakan feminis, woke culture, atau apalah itu.” wanita itu memutar kursinya dan menghadapnya.

“Oke, karena itukah kau bekerja sampai jam 1 malam seperti ini?”

“Astaga, sudah jam 1 malam?” dengan terkejut Elena menatap jam tangannya.

“Apa yang kau kerjakan hingga lupa waktu begini?” Profesor Eldritch menaikkan alisnya, “Gambar Lubang Hitam lagi? Bukanlah itu sudah selesai?”

“Tak ada yang selesai, Prof! Bukankah kita sepakat mengabadikan lubang hitam ini dari waktu ke waktu untuk melihat evolusinya?”

“Tapi orang lain kan bisa melakukannya? Kau sudah membuat algoritmanya, biarkan teknisi lainnya yang ...”

“Aku hanya mengeceknya kembali,” Elena buru-buru memotong, “Karena aku tak yakin algoritmaku melakukan hal yang benar.”

“Apa maksudmu?” profesor itu memicingkan mata, “Maksudmu algoritmanya salah? Bagaimana bisa?”

Elena menghela napas panjang, lalu menatap profesor itu dalam-dalam.

“Prof, aku akan mengatakan sesuatu kepadamu, tapi berjanjilah kau akan merahasiakannya!”

Tatapan Elena begitu serius hingga nyaris membuat profesor itu tertawa.

“Ada apa sih? Masa kau masih tidak pede dengan ciptaanmu sendiri?”

“Karena algoritmaku melakukan hal yang tak mungkin.” Elena berbalik dan mengambil sebuah file berisi gambar-gambar Lubang Hitam itu, kemudian mengulurkan foto yang pertama kali ia ambil. “Aku mengambilnya setiap 15 hari semenjak foto pertama.”

“Ya, semua orang tahu foto ini. Foto Lubang Hitam yang terkenal dengan halo emasnya, sisa radiasi foton yang terpencar ketika ia menelan sebuah bintang.”

“Ini 15 hari kemudian.” Elena mengulurkan foto lain. “Lihat di pusatnya!”

“Hmmm ...” profesor itu mengambil kacamata di sakunya dan mengenakannya, “Terlihat tidak berbeda. Hanya ada warna hitam pekat.”

“Lihat baik-baik, Profesor!”

Pria tua itu memicingkan matanya, “Apa ini? Bercak abu-abu?”

Ia melepas kacamatanya dan menatap Elena, “Ini bukan apa-apa. Mungkin pantulan cahaya atau refraksi debu di lensa teleskop.”

“Ya, Prof. Semula itu juga yang kupikirkan. Namun, ini foto berikutnya yang saya ambil 15 hari setelah foto itu.”

“Noda itu ... noda itu bertambah besar?” pria itu kaget.

“Maka dari itu, aku tak habis pikir.” Elena menyandarkan punggungnya ke kursi. Pikirannya sudah terlalu lelah untuk memahami semua ini. “Apapun noda itu, jelas ia keluar dari Lubang Hitam itu.”

“Keluar?” profesor itu menatapnya tak percaya. “Kau tahu sendiri kan sifat Lubang Hitam seperti apa? Tak ada yang mampu keluar darinya karena gaya gravitasinya yang mahatinggi. Bahkan cahaya sekalipun!”

“Ini belum apa-apa, Prof. Hasilnya akan lebih aneh jika aku memperjelas gambarnya.”

“Kau bisa memperjelasnya lagi? Bukankah ini resolusi terkuatnya?”

“Bukan dengan zoom, tapi dengan mengatur kecerahannya.”

Tangan Elena mulai bergerak. Ia membuka file foto itu dan mulai mengatur brightness dan contrast-nya.

“Astaga!” tatap profesor itu penuh tanda tanya, “Itu mustahil. Itu seperti ...”

“Tentakel bukan?” Elena menatap dari balik kaca matanya, “Seperti tentakel cumi-cumi atau gurita ...”

“Yang berukuran raksasa!” lanjut profesor itu, “Kau tahu kan diameter lubang hitam itu 3 ribu kali ukuran Matahari?”

“Itulah mengapa kupikir letak kesalahannya ada di algoritmaku. Jelas ada sesuatu yang salah di sini ...”Elena tak meneruskan perkataannya. Ia masih memegangi kepalanya sambil menyandarkan lengannya ke meja.

Sejenak ia diam, lalu menatap mata profesor itu.

“Prof, pernahkah kau merasa diawasi?”

“Diawasi?” ia heran akan perubahan topik pembicaraan itu, “Maksudmu?”

“Ya, perasaan seperti seseorang atau sesuatu tengah memperhatikan kita tanpa sepengetahuan kita?”

“Kenapa kau menanyakan itu?”

“Karena ...” ia mengangkat foto Lubang Hitam pertama yang membuat namanya harum di penjuru dunia, “Ketika aku melihat foto ini, aku merasa ada yang mengawasi kita dari dalam Lubang Hitam ini.”

Elena kembali menoleh ke profesor itu (yang jelas terdiam karena perkataan Elena barusan) sambil tertawa.

“Ah, maaf! Aku meracau. Ini kedengaran gila bukan?”

“Ini seperti yang sudah diramalkan Hawkings.”

“Stephen Hawkings?” Elena mengacu pada fisikawan penerima Nobel itu.

“Ya. Dia mengatakan bahwa usaha kita untuk mengontak kehidupan lain di luar sana amatlah berbahaya. Sebab jika mereka benar ada, kemungkinan besar kehidupan alien itu akan berusaha menjajah kita. Ia mengibaratkan para alien itu sebagai para penjelajah Eropa yang berusaha memusnahkan penduduk Benua Amerika ketika mereka pertama kali tiba di sana.”

“Alien?” kini Elena merasa bahwa perkataan profesor itu lebih gila daripada dirinya tadi.

“Hanya kali ini kita tanpa sengaja mengadakan kontak pada mereka.” bisik profesor itu, “Ketika kita menatap-nya, ia balik menatap kita. Kini, ia menyadari keberadaan kita.”

“Apa yang Prof maksudkan? Siapa 'dia' itu?” Elena bingung karena penjelasan gurunya itu kini menggelitik bak teka-teki.

Profesor Eldritch membalik semua gambar-gambar lubang hitam itu dan menggengam tangannya.

“Ayo, ikut aku!”

***

 

“Aku tak pernah masuk sedalam ini hingga ke perpustakaan.” Elena pertama kali berjalan di lorong itu. Bagian bangunan yang lebih modern dari kampusnya kini telah ia tinggalkan. Semakin jauh ia memasuki lorong ini, interior bangunan bertambah tua dengan lengkung-lengkung khas Romawi dan pilar-pilar bergaya Corinthian. Jelas, dari gaya arsitekturnya yang amat kuno, bangunan ini sudah dibangun semenjak ratusan tahun, mungkin tak lama setelah para kolonis-kolonis Eropa pertama menginjakkan kakinya di Benua Amerika.

“Simbol ini?” Elena berhenti karena tertegun melihat simbol yang terukir di salah satu pilar. “Freemason?”

 


“Ya, benar. Freemason yang mendesain perpustakaan kampus ini ratusan tahun lalu.” profesor itu menatapnya. “Nah, mulai dari sini kita harus menggunakan ini.”

Profesor itu mengambil dua buah lentera minyak. Ia lalu menunjuk ke sebuah tangga yang mengarah ke dalam kegelapan.

“Kita akan pergi ke sana. Kau tidak membawa alat elektronik apapun kan, I-Phone, smartwatch, atau airpod?”

Elena menggeleng, “Tapi kenapa kita memakai lentera ini? Apa tidak ada listrik di bawah sana?”

“Tidak, alat-alat modern sangatlah tabu untuk berada di sana. Tak boleh ada gelombang elektromagnetik sedikitpun di dalam sana, supaya tempat itu tidak terlacak.”

“Terlacak?”

“Walaupun sudah didirikan lebih dari seratus tahun lalu, tapi para pembuat bangunan ini sudah tahu suatu saat gelombang elektromagnetik akan dapat dimanfaatkan untuk komunikasi, kita kini menyebutnya wi-fi.” pria itu menjelaskan, “Jadi, tidak boleh ada satupun gagdet yang tersambung dengan internet, apapun yang bisa dilacak atau dibajak, boleh masuk ke bawah sana!”

“Apa ada sesuatu yang penting yang disimpan di dalam perpustakaan?”

Profesor Eldritch hanya tersenyum, tak menjawab. Ia kemudian menuntun Elena menuruni tangga itu, menuju ke sebuah bunker dengan pintu yang amat tebal. Ia mengeluarkan sebuah kunci besar yang terlihat amat tua dan membukanya.

“Apa ini bunker nuklir?” Elena tak paham rahasia sepenting apa yang disimpan di perpustakaan kampusnya hingga mereka harus menguncinya seketat ini. “Apakah saat membangunnya, para Freemason juga tahu di masa depan akan ada kekuatan senjata sedahsyat nuklir, sehingga mereka membuat bunker ini begitu tebal?”

Elena makin terperangah ketika menyadari hanya ada sebuah rak kaca di ruangan itu. Di dalam rak itu, tergeletak sebuah buku.

“Selamat datang di koleksi paling berharga dari kampus ini.” Profesor Eldritch mengeluarkan sebuah buku berlapis sampul kulit yang sudah terlihat amat usang. Ada tanda di sampul depannya, seperti pentagram dengan bintang terbalik di dalamnya.

“Buku apa itu, Prof?”

Necronomicon.”

“Necronomicon?” tanya Elena, “Apa itu?”

“Sebuah buku yang dilarang,” Profesor itu membukanya, “Buku ini lebih tua dari agama apapun, bahkan banyak bagiannya yang telah hilang. Namun, yang paling menarik adalah ...”

Ia melepaskan beberapa lembar kertas dari buku itu. Terlihat bahwa lembaran-lembaran naskah itu bukan merupakan bagian asli dari buku itu, melainkan tambahan yang seakan diselipkan di dalamnya.

“Membaca Necronomicon amatlah terlarang, tapi naskah-naskah ini berbeda.” ujarnya sembari menyodorkannya kepada Elena.

“Naskah apa ini?” Elena menerimanya.

“Kesaksian.”

“Kesaksian? Tentang apa?”

“Pengalaman mereka yang telah bertemu dengan Outer Gods.”

Outer Gods?” Elena menatapnya, “Apa itu?”

“Tuhan,” jawabnya singkat, tapi buru-buru ia meralat, “Namun bukan seperti Tuhan dalam agama Abrahamaik yang digambarkan penuh cinta kasih. Tuhan-tuhan ini jauh lebih tua ketimbang alam semesta ini. Mereka memiliki kekuatan yang amat besar, akan tetapi ...”

“Tapi apa?”

“Bisakah kau bayangkan jika seandainya tuhan yang memiliki kekuatan mahadahsyat itu bukanlah sosok penyayang? Seperti itulah mereka.” jelas profesor itu dengan wajah tegang, “Mengetahui keberadaan mereka adalah pengetahuan yang dilarang dan sangatlah berbahaya.”

Elena memicingkan matanya, “Apakah ini ada hubungannya dengan entitas yang keluar dari dalam Lubang Hitam itu?”

 

BERSAMBUNG

 

APA ITU LOVECRAFTIAN HORROR?

Gue mulai hari ini akan merilis novel online “Loveless Creation: A Lovecraftian Novel” yang (setau gue) merupakan novel bergenre Lovecraftian horror pertama di Indonesia (CMIIW). Namun apa itu Lovecraftian horror?

Thursday, September 21, 2023

MANDELA EFFECT DAN MACAM-MACAM EFEK LAINNYA YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN KITA (3)

Gimana, udah belajar banyak belum? Postingan seperti ini secara rutin gue kasih kok di Karyakarsa sebagai bagian Science Week (dulu namanya Citayam Science Week) yang nggak hanya berbau sains saja, melainkan juga psikologi. Gue juga membuat artikel tentang tujuh eksperimen psikologi paling kontroversial dimana kalian bisa belajar banyak tentang hakikat manusia (cailah). Makanya langganan Karyakarsa gue ya hahaha. Silakan mari kita simak “effect-effect” lain yang tanpa kalian sadari, mempengaruhi hidup kalian.

MANDELA EFFECT DAN MACAM-MACAM EFEK LAINNYA YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN KITA (2)

Gimana, sudah cukup tercerahkan belum dengan beberapa efek psikologi yang gue berikan kemarin? Kalo belum, masih ada banyak kok yang belum gue sampaikan. Beberapa di antaranya seperti placebo effect sudah sering terdengar, namun beberapa mungkin masih asing, walau dalam kehidupan sehari-hari kita rasakan. Apa saja efek-efek yang akan dibahas hari ini? Simak saja artikel berikut ini.

MANDELA EFFECT DAN MACAM-MACAM EFEK LAINNYA YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN KITA (1)

Kebetulan salah satu pendukung Karyakarsa meminta gue untuk membahas salah satu topik tentang efek. Ketika mempelajarinya, gue menemukan bahwa ternyata ada banyak efek-efek lain ternyata cukup menarik. Contohnya, kalian mungkin sudah tak asing dengan yang namanya Butterfly Efect, Domino Effect, sampai Greenhouse Effect. Yang jelas, efek merupakan sebutan bagi sebuah situasi yang memiliki dampak yang cukup signifikan pada kita dan nggak hanya bisa diterapkan di sains saja, melainkan sampai ke psikologi. Salah satu yang ingin gue bahas adalah Mandela Effect, namun ada banyak juga kok efek-efek lain yang cukup penting untuk kita ketahui. Apa saja? Mari kita simak bersama.

THE FIRST INDONESIAN DARK CASE: MISTERI APARTEMEN KALIBATA


Pengantar: artikel ini gue terbitkan Bulan Mei 2022 lalu dan merupakan "Misteri Nusantara" yang pertama kali gue terbitkan di Karyakarsa (sekaligus artikel tentang misteri yang terjadi di Indonesia pertama sepanjang gue nge-blog). Di kedepannya gue kepengen nulis artikel bertema seperti ini jadi kalo ada saran, silakan aja ya

Edisi Dark Case kali ini spesial banget, karena dalam sepanjang sejarah blog Mengaku Backpacker, gue akhirnya membahas kasus dalam negeri yaaay. Walaupun yah ini bukan kali pertama ya gue mangangkat kasus yang terjadi di Indonesia karena sebelumnya gue membahas tentang sisi gelap internet di Nusantara, yakni Dijah Yellow (tapi sudahlah, lupakan aja gue pernah ngepost itu).

Kasus apa sih yang akan gue telisik kali ini? Kasus ini gue pilih karena emang secara pribadi bikin gue merinding (sekaligus pengen explore, loh???) yakni kasus yang terjadi di Apartemen Kalibata City. Pas gue di Jakarta sih gue pernah sekali dua kali lewat Kalcit dan sama sekali nggak ada suasana angker di sana (sereman Menara Saidah). Namun sudah beberapa kali gue lihat apartemen ini muncul di berita gara-gara begitu banyak kasus yang terjadi di sana.

Memang, apartemen ini dihantui berbagai kasus menakutkan, mulai dari kasus narkoba, bunuh diri, pembunuhan, hingga mutilasi. Namun setelah gue menyelidikinya lebih dalam, lokasi Kalibata ternyata sudah menyimpan rahasia mengerikan, bahkan sebelum apartemen itu dibangun. Kasus apa sajakah yang pernah terjadi di sana? Kita simak bersama pembeberannya di Dark Case Indonesia pertama kita.