A LOVECRAFTIAN NOVEL
“BRAAAAK!!!”
Suara
hantaman yang amat keras itu membuat Chris segera berlari dari arah dapur.
Suara itu berasal dari arah ruang tamu dan ia ingat benar, istrinya Martha
tengah mendekap anak mereka, Rama, di atas sofa ruang tamu mereka.
“Martha!
Kau tidak apa-apa?” namun ia tercengang begitu menyaksikan apa yang berada di
depannya. Bagian depan rumahnya telah runtuh, menyisakan lubang besar di atap. Dinding
rumah juga sebagian besar telah rubuh. Namun tak hanya itu saja yang membuatnya
terkejut, melainkan apa yang telah merubuhkan rumahnya.
Sebuah kapal tanker besar tergeletak di depan rumahnya, menghancurkan sebagian rumahnya dan meratakan rumah-rumah tetangganya. Bagaimana mungkin kapal tangker ini bisa tersapu sampai ke sini? Pelabuhan terdekat berjarak 10 kilometer jauhnya dari rumahnya.
“Martha!”
ia menoleh dan melihat istrinya pingsan di atas sofa yang secara ajaib tak
tersentuh oleh reruntuhan rumah itu. Namun ia tengah meronta karena seseorang
mencekik lehernya.
Pelakunya
adalah anaknya sendiri, Adit.
“Adit!”
teriaknya, “Lepaskan ibumu!”
Ia
langsung berusaha menarik tubuh Adit. Ia tak paham bagaimana ia bisa kabur dari
rumah sakit tempatnya dirawat, namun ia tak peduli. Ia mengangkat tubuh Adit
lalu membanting tubuhnya ke atas tanah.
“Apa
yang akan kaulakukan pada ibumu sendiri?” teriaknya, “Kau mencoba membunuhnya!”
Namun
tiba-tiba Adit bangkit dan menggigit kakinya.
“AAAARGH,
SIAL!!!” ia lalu meraih televisi tabung yang ada di dekatnya dan
menghantamkannya berkali-kali ke tubuh anak itu.
“BRAK!
BRAK! BRAAAK!!!” amarahnya begitu meluap hingga ia sama sekali tak mengampuni
darah dagingnya itu.
“CHRIS!
APA YANG KAU LAKUKAN!” jerit Martha yang mulai sadarkan diri, “HENTIKAN!!!”
“Aku
mencoba menyelamatkanmu!” Chris menoleh, “Anak keparat ini berusaha
membunuhmu!”
“Demi
Tuhan! Apa yang kau lakukan pada Rama...” Martha mulai meringkuk dan menangis.
“A
... apa?” dengan ketakutan Chris menoleh dan ia tak mampu menyaksikan apa yang
baru saja ia perbuat. Di bawah televisi itu kini tergeletak tubuh putra
bungsunya yang hampir tak berbentuk lagi.
“Hihihi
...” terdengar suara tawa dari atas mereka. Chris menoleh dan melihat Adit
tengah melayang di udara bersama empat anak lainnya.
“Jika
aku yang mati, apakah kau akan sesedih itu, Ayah?” tanya Adit sambil menatapnya,
“Kurasa tidak ...”
“Ka
... kau yang melakukan ini semua ...”
“Aku
tak bisa menciptakan perasaan tertentu menurut keinginanku, Ayah. Aku baru saja
memperoleh kekuatan ini, jadi aku masih belajar. Namun ...” ia menatap ayahnya
dengan emosi bercampur, antara marah dan lega, “Aku hanya bisa mengamplifikasi
perasaan yang kau miliki. Memperkuatnya. Dan itu menjadi bukti bahwa selama ini
kau memendam perasaan untuk bisa membunuhku.”
Adit
kembali tertawa, sembari melayang turun ke hadapan ayahnya, “Ditambah sedikit
ilusi tentu saja.”
“KURANG
AJAR!” Chris menerjang ke depan, berusaha menerkam anaknya, namun ...
“JLEB!”
tiba-tiba sebatang tiang listrik menusuk tubuhnya hingga iapun ambruk
berlumuran darah.
“TIDAAAAK!!!”
jerit Martha sembari menghampiri tubuh suaminya.
“Huh,
berhentilah bermain-main!” seru Rizky sembari menurunkan tangannya, “Laksanakan
saja rencanamu sekarang!”
“Ya,
masih banyak kota-kota lain yang ingin kami bumi hanguskan.” Elsa menyeringai.
“Apa
kau ingin aku membakar ibumu?” Balqis bersiap mengangkat tangannya.
“Tidak!
Tunggu!” perintah Adit, “Sudah kubilang, aku punya rencana lain. Bawa All-Seeing
itu kepadaku!”
Budi
segera menurunkan Enricho ke tanah menggunakan kekuatannya mengendalikan
gravitasi.
“A
... apa ini rumahmu?” Enricho gemetar, “Kenapa kau lakukan ini pada orang tuamu
sendiri?”
“Salah!
Mereka yang melakukan ini semua pada diri mereka sendiri!” Adit membela
dirinya, “Jika mereka tak membuangku ke tempat itu, maka semua ini takkan
pernah terjadi!”
“Kami
tidak ingin membuangmu,” tangis Martha, “Kami hanya ingin yang terbaik untukmu
...”
“Akan
kutunjukkan apa yang terbaik bagi dunia ini!” ujar Adit geram. Ia mengangkat
kedua tangannya untuk mengendalikan tubuh ibunya dan Bagus.
“A
... apa yang hendak kau lakukan?” Bagus tak bisa membayangkan rencana yang
lebih mengerikan yang terbayang di dalam benak Adit selain membunuh mereka.
“Kalian
berdua memiliki keistimewaan khusus yang bahkan tak pernah kalian hargai. Ibuku
mampu mengandung dan memiliki anak dengan Sindrom Exogenesis. Sementara itu kau
memiliki All-Seeing dalam dirimu, suatu anugerah yang kuharap bisa
diturunkan secara genetik.”
“Aku
mengerti,” bisik Budi, “Bayangkan kekuatan yang dimiliki Blind Idiot
seperti kita dengan kemampuan All-Seeing. Tak hanya bisa melihat masa
lalu, ia akan bisa melihat masa kini dan masa depan.”
“Ras
yang luar biasa!” Elsa semakin bersemangat, “Ras yang akan menguasai seluruh
dunia!”
“Bahkan
Cthulhu pun takkan mampu menandingi kita!” pungkas Balqis dengan angkuh.
“Tunggu
apa lagi?” tawa Rizky, “Ayo kita mulai!”
“Tu
... tunggu! Jika kalian melakukan itu, aku akan memanggilnya!” ancam Enricho.
“Siapa?
Cthulhu?” ejek Adit.
“Bukan
dia. Melainkan Dia-Yang-Tak-Boleh-Disebut-Namanya!”
“APA?!”
mereka berlima terkesiap.
“Ka
... kau takkan berani melakukannya ...” Balqis mulai gentar.
“Ya!
Kau bahkan tak tahu namanya!” balas Rizky tanpa rasa takut, “Bahkan Buku Necronomicon
hanya menyebut inisialnya. Tak ada yang tahu nama lengkapnya!”
“Tapi
Radnock tahu!” senyum Enricho, “Kembaran parasit dalam diriku ... apa kalian
lupa? Dia adalah seorang All-Seeing.”
Kelima
anak itupun tercekam.
“Ka
... kau bohong!” teriak Budi. “All-Seeing tak bisa melihat menembus
dimensi! Kaupikir kami tidak tahu dia dikurung di luar alam semesta ini?”
“Apa
kalian ingin aku mendeskripsikannya?” senyuman itu masih belum luntur dari
bibir Bagus, “ZHTH merupakan awal segala awal, entitas yang terbuat dari intisari
kegelapan, jauh sebelum alam semesta ini diciptakan. Dia dibenci Tuhan dan tak
pernah diakui sebagai ciptaan-Nya, karena itu dia dibuang, jauh di pusat segala
ciptaan, dalam robekan yang menghubungkan alam semesta ini dengan ketiadaan di
luarnya.”
“Hen
... hentikan!” Elsa langsung menutup telinganya.
“Dari
kegelapan ia bertunas, menghasilkan para Outer
Gods yang lain. Ya, mereka adalah anak-anaknya. Tubuhnya luar
biasa besar. Jika Outer Gods
lain seukuran pulau, planet, bahkan galaksi, maka bersiap saja membayangkan
seberapa besar dirinya. Dia adalah gumpalan daging kanker yang ukurannya
mencapai satu semesta, mengapung bersama alam-alam semesta lain, seperti kita,
di lautan multiverse. Dia bukanlah entitas yang jahat, namun juga bukan entitas
yang baik. Dia tak tahu apa-apa. Karena itu dia disebut sebagai 'The Blind
Idiot God'!”
Adit
mematung. Ia tahu, deskripsi itu amat tepat dengan yang dibicarakan dalam Necronomicon.
“Ia
membenci ciptaan. Kehadirannya hanya untuk menghancurkan segalanya, agar
semuanya kembali pada ketiadaan. Karena itu anak-anaknya, yang ingin menguasai
dan memperbudak alam semesta, membencinya. Maka dari itu, para Outer Gods
yang lain secara sukarela berusaha mengurungnya dalam tidur abadi, dengan cara
memainkan musik kosmik abadi untuk membuatnya terlelap. Jika namanya dipanggil,
maka ia akan terbangun dari tidur panjangnya dan datang ke alam semesta yang
sudah mengundangnya, lalu menghancurkan segalanya. Namanya adalah ...”
Keempat
Blind Idiot lain berusaha menggunakan kekuatan mereka untuk menghentikan
Enricho, namun mereka semua membeku karena rasa takut.
“AZATHOTH!”
“TIDAAAAAK!!!”
teriak Adit, “Apa yang sudah kau lakukan???”
Enricho
tersenyum, “Jika dunia ini hancur, maka takkan ada yang tersisa untuk kalian
kuasai, bukan?”
“Apa
kalian tak peduli jika alam semesta ini hancur!” bisik Rizky geram.
“Kalian
sendiri yang bilang kan aku tak jauh berbeda dengan kalian? Kalian
menyombongkan diri sudah melihat para Older Gods yang pernah menguasai Bumi,
namun apa yang akan datang akan jauh mengerikan. Siapapun yang melihatnya,
bahkan bayangannya sekalipun, akan mengalami penderitaan tak terbayangkan! Dan
kalian berikutnya!”
“Tidak!”
jerit Balqis, “Aku tidak mau menderita lagi!”
“Bunuh
kami!” seru Adit, “Bunuh kami sekarang!”
“Apa?”
ujar Balqis tak percaya.
“Tak
ada jalan lain! Cepat, bunuh kami!” perintah Budi.
Balqis
menatap Rizky penuh air mata. Pemuda itu hanya mengangguk.
Balqis
mengangkat tangannya, mengerahkan seluruh kekuatannya, dan membakar habis tubuh
Adit, Budi, dan Rizky.
Martha
menjerit saat menyaksikannya.
“Sekarang
giliranmu,” bisik Balqis sambil menatap Elsa
Elsa
langsung menghujamkan pasak-pasak es hingga menembus tubuh gadis itu.
Tubuh
mereka berempat teronggok ke tanah, semuanya tak bernyawa.
“Kami
menang. Kami takkan berada di sini saat penderitaan itu terjadi. Dan kalian
...” Elsa menatap mereka berdua, “Nikmatilah kesengsaraan kalian karena
percayalah, ia takkan membiarkan kalian mati dengan cepat tanpa rasa kesakitan.”
Elsa
membekukan dirinya sendiri, kemudian tubuhnya jatuh ke tanah dan hancur
berkeping-keping.
Martha
tak mampu meratap. Semua yang barusan terjadi jauh di luar nalarnya.
“Apa
kau benar-benar melakukannya?” Martha bersandar di sofa. “Apa kau benar-benar
memanggil makhluk itu untuk menghancurkan kami.”
“Mungkin
ya, mungkin tidak.” balasnya.
“Apa
maksudmu?”
Enricho
ikut duduk dan menatapnya.
“Radnock
yang memberitahukan kepadaku. Dia tahu segalanya. Ia yang mengatakan padaku
untuk menyebut nama itu, untuk membuat mereka takut. Namun aku tak tahu ...”
“Tak
tahu apa?”
“Radnock
menyebut nama itu hanya untuk menakut-nakuti mereka. Ia bilang itu bukan ejaan
aslinya. Namun aku tak tahu kebenarannya. Jika Radnock berbohong, ini bukan
kali pertamanya.”
“La
... lalu apa pendapatmu? Apa menurutmu nama itu benar atau ...”
“Aku
tidak tahu ... itu masalahnya! Aku tidak tahu apa nama itu benar atau tidak.
Aku yakin Radnock takkan menginginkan alam semesta ini musnah bersama dirinya.
Namun ia sudah banyak melakukan hal gila sebelumnya. Aku sungguh-sungguh tidak
tahu.”
Tiba-tiba
Enricho tertawa geli. “Mereka benar. Aku tak jauh berbeda dengan mereka.”
Ia
kemudian menghelap napas sambil mendongak menatap bintang-bintang.
“Aku
adalah seorang Blind Idiot.”
***
“A
... aku masih hidup?” Profesor Alghiffari merangkak keluar dari reruntuhan.
“Hanya
karena aku mengizinkannya.” terdengar seutas suara dari atasnya. Iapun
mendongak.
“Dok
... Dokter Aulia ...” rintihnya.
Wanita
itu tersenyum.
“I
... ini semua perbuatanmu ...” profesor itu akhirnya mengerti, “Kau adalah Older
God yang mengacaukan ritualku tadi! Kau juga yang memberikan mereka kekuatan!”
“Menyedihkan,”
Aulia tersenyum sinis, “Aku sudah di sini, bekerja denganmu dalam waktu yang
lama, namun kau tak pernah menyadarinya.”
“Siapa
kau sebenarnya?”
“Kau
sendiri seharusnya bisa menebaknya.” Aulia mengangkat Necronomicon di
tangannya, “Buku suci ini menyebutkan hanya ada tiga Older Gods yang masih
berada di Bumi. Siapa menurutmu aku ini?”
“Ka
... kau tidak mungkin Cthulhu ... junjungan kami itu berwujud separuh naga dan
separuh manusia raksasa bermulut tentakel ... kau juga bukan Shub-Niggurath ...
ia berwujud hutan ... berarti kau adalah ...”
Mata
profesor itu membelalak.
“Nyarlathothep!”
“Hanya
aku satu-satunya Older Gods dengan kehendak bebas, katamu, dan juga berjalan di
atas Bumi, menyamar menjadi manusia.” ia tersenyum sinis, “Namun kau tak pernah
menduga aku akan berwujud seorang wanita.”
“Ke
... kenapa kau melakukan semua ini ...”
Tidak
tahu ...” jawabnya enteng, “Aku hanya menginginkan kehancuran dan penderitaan.
Aku tak tahu mengapa dan apa tujuannya, aku hanya menyukainya. Hanya itu yang
membuatku bahagia.”
Alghiffari
tertawa sambil memuntahkan darahnya, “Ternyata selama ini kami benar ... Tuhan
kami Cthulhu jauh lebih baik ketimbang dirimu ...”
“Kau
masih berani berbicara seperti itu dalam kondisi sekarat seperti ini? Kau pasti
punya nyali besar.”
“Ka
... kau gagal ...itu yang ingin membuatku ingin tertawa.”
“Kurasa
kau benar,” Aulia menghela napas, “Aku pikir mereka sempurna. Dengan kemampuan
memori evolusioner yang mereka miliki, dengan mudah aku memolesnya menjadi
kekuatan super. Kemampuan beradaptasi di dingin dan panas serta lingkungan
magnetik dengan gravitasi tinggi, serta mengoptimalkan kemampuan otak mereka
100%, semua itu sudah ada di dalam gen mereka. Aku tinggal mengekspresikannya.”
Aulia
berlutut di depan tubuh Alghiffari dan mencengkeram rahangnya, “Namun sayang
sekali aku lupa mengkalkulasikan umur mereka. Mereka masih sangat muda, sebatas
anak-anak, mudah sekali diintimidasi. Sedangkan kau ....”
“Apa
yang akan kau lakukan?” dia terkekeh, “Membunuhku?”
“Tidak,”
Aulia tersenyum, “Jauh lebih buruk. Aku akan memberikanmu kekuatan super juga
...”
“Apa
yang akan kau lakukan?” tantangnya, “Tak ada yang lebih buruk daripada
kematian.”
“Tentu
saja ada. Keabadian ...” bisiknya di telinganya.
“A
... apa ...”
“Akan
kubuat kau hidup abadi hingga saat kedatangan
Dia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut itu, Sang Blind Idiot God, mencapai
Bumi. Kau takkan mati sebelum dia memusnahkan dunia ini. Oh, dan tidak hanya
itu ...” dia menyeringai, “Bahkan setelah planet ini lenyap pun, engkau akan
tetap hidup, terombang-ambing di angkasa luar yang hampa dan penuh kekosongan. Kau
akan melayang di sana selamanya, menunggu hingga segenap alam semesta musnah
dalam ketiadaan. Baru saat itu nyawamu akan tercabut ...”
“Ti
... tidak ... “ teriak pria itu. Namun Nyarlahotep hanya tertawa, sejenak
menampakkan wujud aslinya sebagai Firaun berbusana Mesir kuno, sembari berjalan
menjauh, meninggalkannya dalam reruntuhan itu.
“TIDAAAAAAAAK!!!”
BERSAMBUNG
Watdepakmeeeeennnnn 👁👄👁
ReplyDelete