Sunday, December 10, 2023

LOVELESS CREATION – CHAPTER 11: THE BLIND IDIOT GOD



A LOVECRAFTIAN NOVEL

 

“BRAAAAK!!!”

Suara hantaman yang amat keras itu membuat Chris segera berlari dari arah dapur. Suara itu berasal dari arah ruang tamu dan ia ingat benar, istrinya Martha tengah mendekap anak mereka, Rama, di atas sofa ruang tamu mereka.

“Martha! Kau tidak apa-apa?” namun ia tercengang begitu menyaksikan apa yang berada di depannya. Bagian depan rumahnya telah runtuh, menyisakan lubang besar di atap. Dinding rumah juga sebagian besar telah rubuh. Namun tak hanya itu saja yang membuatnya terkejut, melainkan apa yang telah merubuhkan rumahnya.

Sebuah kapal tanker besar tergeletak di depan rumahnya, menghancurkan sebagian rumahnya dan meratakan rumah-rumah tetangganya. Bagaimana mungkin kapal tangker ini bisa tersapu sampai ke sini? Pelabuhan terdekat berjarak 10 kilometer jauhnya dari rumahnya.

“Martha!” ia menoleh dan melihat istrinya pingsan di atas sofa yang secara ajaib tak tersentuh oleh reruntuhan rumah itu. Namun ia tengah meronta karena seseorang mencekik lehernya.

Pelakunya adalah anaknya sendiri, Adit.

“Adit!” teriaknya, “Lepaskan ibumu!”

Ia langsung berusaha menarik tubuh Adit. Ia tak paham bagaimana ia bisa kabur dari rumah sakit tempatnya dirawat, namun ia tak peduli. Ia mengangkat tubuh Adit lalu membanting tubuhnya ke atas tanah.

“Apa yang akan kaulakukan pada ibumu sendiri?” teriaknya, “Kau mencoba membunuhnya!”

Namun tiba-tiba Adit bangkit dan menggigit kakinya.

“AAAARGH, SIAL!!!” ia lalu meraih televisi tabung yang ada di dekatnya dan menghantamkannya berkali-kali ke tubuh anak itu.

“BRAK! BRAK! BRAAAK!!!” amarahnya begitu meluap hingga ia sama sekali tak mengampuni darah dagingnya itu.

“CHRIS! APA YANG KAU LAKUKAN!” jerit Martha yang mulai sadarkan diri, “HENTIKAN!!!”

“Aku mencoba menyelamatkanmu!” Chris menoleh, “Anak keparat ini berusaha membunuhmu!”

“Demi Tuhan! Apa yang kau lakukan pada Rama...” Martha mulai meringkuk dan menangis.

“A ... apa?” dengan ketakutan Chris menoleh dan ia tak mampu menyaksikan apa yang baru saja ia perbuat. Di bawah televisi itu kini tergeletak tubuh putra bungsunya yang hampir tak berbentuk lagi.

“Hihihi ...” terdengar suara tawa dari atas mereka. Chris menoleh dan melihat Adit tengah melayang di udara bersama empat anak lainnya.

“Jika aku yang mati, apakah kau akan sesedih itu, Ayah?” tanya Adit sambil menatapnya, “Kurasa tidak ...”

“Ka ... kau yang melakukan ini semua ...”

“Aku tak bisa menciptakan perasaan tertentu menurut keinginanku, Ayah. Aku baru saja memperoleh kekuatan ini, jadi aku masih belajar. Namun ...” ia menatap ayahnya dengan emosi bercampur, antara marah dan lega, “Aku hanya bisa mengamplifikasi perasaan yang kau miliki. Memperkuatnya. Dan itu menjadi bukti bahwa selama ini kau memendam perasaan untuk bisa membunuhku.”

Adit kembali tertawa, sembari melayang turun ke hadapan ayahnya, “Ditambah sedikit ilusi tentu saja.”

“KURANG AJAR!” Chris menerjang ke depan, berusaha menerkam anaknya, namun ...

“JLEB!” tiba-tiba sebatang tiang listrik menusuk tubuhnya hingga iapun ambruk berlumuran darah.

“TIDAAAAK!!!” jerit Martha sembari menghampiri tubuh suaminya.

“Huh, berhentilah bermain-main!” seru Rizky sembari menurunkan tangannya, “Laksanakan saja rencanamu sekarang!”

“Ya, masih banyak kota-kota lain yang ingin kami bumi hanguskan.” Elsa menyeringai.

“Apa kau ingin aku membakar ibumu?” Balqis bersiap mengangkat tangannya.

“Tidak! Tunggu!” perintah Adit, “Sudah kubilang, aku punya rencana lain. Bawa All-Seeing itu kepadaku!”

Budi segera menurunkan Enricho ke tanah menggunakan kekuatannya mengendalikan gravitasi.

“A ... apa ini rumahmu?” Enricho gemetar, “Kenapa kau lakukan ini pada orang tuamu sendiri?”

“Salah! Mereka yang melakukan ini semua pada diri mereka sendiri!” Adit membela dirinya, “Jika mereka tak membuangku ke tempat itu, maka semua ini takkan pernah terjadi!”

“Kami tidak ingin membuangmu,” tangis Martha, “Kami hanya ingin yang terbaik untukmu ...”

“Akan kutunjukkan apa yang terbaik bagi dunia ini!” ujar Adit geram. Ia mengangkat kedua tangannya untuk mengendalikan tubuh ibunya dan Bagus.

“A ... apa yang hendak kau lakukan?” Bagus tak bisa membayangkan rencana yang lebih mengerikan yang terbayang di dalam benak Adit selain membunuh mereka.

“Kalian berdua memiliki keistimewaan khusus yang bahkan tak pernah kalian hargai. Ibuku mampu mengandung dan memiliki anak dengan Sindrom Exogenesis. Sementara itu kau memiliki All-Seeing dalam dirimu, suatu anugerah yang kuharap bisa diturunkan secara genetik.”

“Aku mengerti,” bisik Budi, “Bayangkan kekuatan yang dimiliki Blind Idiot seperti kita dengan kemampuan All-Seeing. Tak hanya bisa melihat masa lalu, ia akan bisa melihat masa kini dan masa depan.”

“Ras yang luar biasa!” Elsa semakin bersemangat, “Ras yang akan menguasai seluruh dunia!”

“Bahkan Cthulhu pun takkan mampu menandingi kita!” pungkas Balqis dengan angkuh.

“Tunggu apa lagi?” tawa Rizky, “Ayo kita mulai!”

“Tu ... tunggu! Jika kalian melakukan itu, aku akan memanggilnya!” ancam Enricho.

“Siapa? Cthulhu?” ejek Adit.

“Bukan dia. Melainkan Dia-Yang-Tak-Boleh-Disebut-Namanya!”

“APA?!” mereka berlima terkesiap.

“Ka ... kau takkan berani melakukannya ...” Balqis mulai gentar.

“Ya! Kau bahkan tak tahu namanya!” balas Rizky tanpa rasa takut, “Bahkan Buku Necronomicon hanya menyebut inisialnya. Tak ada yang tahu nama lengkapnya!”

“Tapi Radnock tahu!” senyum Enricho, “Kembaran parasit dalam diriku ... apa kalian lupa? Dia adalah seorang All-Seeing.”

Kelima anak itupun tercekam.

“Ka ... kau bohong!” teriak Budi. “All-Seeing tak bisa melihat menembus dimensi! Kaupikir kami tidak tahu dia dikurung di luar alam semesta ini?”

“Apa kalian ingin aku mendeskripsikannya?” senyuman itu masih belum luntur dari bibir Bagus, “ZHTH merupakan awal segala awal, entitas yang terbuat dari intisari kegelapan, jauh sebelum alam semesta ini diciptakan. Dia dibenci Tuhan dan tak pernah diakui sebagai ciptaan-Nya, karena itu dia dibuang, jauh di pusat segala ciptaan, dalam robekan yang menghubungkan alam semesta ini dengan ketiadaan di luarnya.”

“Hen ... hentikan!” Elsa langsung menutup telinganya.

“Dari kegelapan ia bertunas, menghasilkan para Outer Gods yang lain. Ya, mereka adalah anak-anaknya. Tubuhnya luar biasa besar. Jika Outer Gods lain seukuran pulau, planet, bahkan galaksi, maka bersiap saja membayangkan seberapa besar dirinya. Dia adalah gumpalan daging kanker yang ukurannya mencapai satu semesta, mengapung bersama alam-alam semesta lain, seperti kita, di lautan multiverse. Dia bukanlah entitas yang jahat, namun juga bukan entitas yang baik. Dia tak tahu apa-apa. Karena itu dia disebut sebagai 'The Blind Idiot God'!”

Adit mematung. Ia tahu, deskripsi itu amat tepat dengan yang dibicarakan dalam Necronomicon.

“Ia membenci ciptaan. Kehadirannya hanya untuk menghancurkan segalanya, agar semuanya kembali pada ketiadaan. Karena itu anak-anaknya, yang ingin menguasai dan memperbudak alam semesta, membencinya. Maka dari itu, para Outer Gods yang lain secara sukarela berusaha mengurungnya dalam tidur abadi, dengan cara memainkan musik kosmik abadi untuk membuatnya terlelap. Jika namanya dipanggil, maka ia akan terbangun dari tidur panjangnya dan datang ke alam semesta yang sudah mengundangnya, lalu menghancurkan segalanya. Namanya adalah ...”

Keempat Blind Idiot lain berusaha menggunakan kekuatan mereka untuk menghentikan Enricho, namun mereka semua membeku karena rasa takut.

“AZATHOTH!”

“TIDAAAAAK!!!” teriak Adit, “Apa yang sudah kau lakukan???”

Enricho tersenyum, “Jika dunia ini hancur, maka takkan ada yang tersisa untuk kalian kuasai, bukan?”

“Apa kalian tak peduli jika alam semesta ini hancur!” bisik Rizky geram.

“Kalian sendiri yang bilang kan aku tak jauh berbeda dengan kalian? Kalian menyombongkan diri sudah melihat para Older Gods yang pernah menguasai Bumi, namun apa yang akan datang akan jauh mengerikan. Siapapun yang melihatnya, bahkan bayangannya sekalipun, akan mengalami penderitaan tak terbayangkan! Dan kalian berikutnya!”

“Tidak!” jerit Balqis, “Aku tidak mau menderita lagi!”

“Bunuh kami!” seru Adit, “Bunuh kami sekarang!”

“Apa?” ujar Balqis tak percaya.

“Tak ada jalan lain! Cepat, bunuh kami!” perintah Budi.

Balqis menatap Rizky penuh air mata. Pemuda itu hanya mengangguk.

Balqis mengangkat tangannya, mengerahkan seluruh kekuatannya, dan membakar habis tubuh Adit, Budi, dan Rizky.

Martha menjerit saat menyaksikannya.

“Sekarang giliranmu,” bisik Balqis sambil menatap Elsa

Elsa langsung menghujamkan pasak-pasak es hingga menembus tubuh gadis itu.

Tubuh mereka berempat teronggok ke tanah, semuanya tak bernyawa.

“Kami menang. Kami takkan berada di sini saat penderitaan itu terjadi. Dan kalian ...” Elsa menatap mereka berdua, “Nikmatilah kesengsaraan kalian karena percayalah, ia takkan membiarkan kalian mati dengan cepat tanpa rasa kesakitan.”

Elsa membekukan dirinya sendiri, kemudian tubuhnya jatuh ke tanah dan hancur berkeping-keping.

Martha tak mampu meratap. Semua yang barusan terjadi jauh di luar nalarnya.

“Apa kau benar-benar melakukannya?” Martha bersandar di sofa. “Apa kau benar-benar memanggil makhluk itu untuk menghancurkan kami.”

“Mungkin ya, mungkin tidak.” balasnya.

“Apa maksudmu?”

Enricho ikut duduk dan menatapnya.

“Radnock yang memberitahukan kepadaku. Dia tahu segalanya. Ia yang mengatakan padaku untuk menyebut nama itu, untuk membuat mereka takut. Namun aku tak tahu ...”

“Tak tahu apa?”

“Radnock menyebut nama itu hanya untuk menakut-nakuti mereka. Ia bilang itu bukan ejaan aslinya. Namun aku tak tahu kebenarannya. Jika Radnock berbohong, ini bukan kali pertamanya.”

“La ... lalu apa pendapatmu? Apa menurutmu nama itu benar atau ...”

“Aku tidak tahu ... itu masalahnya! Aku tidak tahu apa nama itu benar atau tidak. Aku yakin Radnock takkan menginginkan alam semesta ini musnah bersama dirinya. Namun ia sudah banyak melakukan hal gila sebelumnya. Aku sungguh-sungguh tidak tahu.”

Tiba-tiba Enricho tertawa geli. “Mereka benar. Aku tak jauh berbeda dengan mereka.”

Ia kemudian menghelap napas sambil mendongak menatap bintang-bintang.

“Aku adalah seorang Blind Idiot.”

***

 

“A ... aku masih hidup?” Profesor Alghiffari merangkak keluar dari reruntuhan.

“Hanya karena aku mengizinkannya.” terdengar seutas suara dari atasnya. Iapun mendongak.

“Dok ... Dokter Aulia ...” rintihnya.

Wanita itu tersenyum.

“I ... ini semua perbuatanmu ...” profesor itu akhirnya mengerti, “Kau adalah Older God yang mengacaukan ritualku tadi! Kau juga yang memberikan mereka kekuatan!”

“Menyedihkan,” Aulia tersenyum sinis, “Aku sudah di sini, bekerja denganmu dalam waktu yang lama, namun kau tak pernah menyadarinya.”

“Siapa kau sebenarnya?”

“Kau sendiri seharusnya bisa menebaknya.” Aulia mengangkat Necronomicon di tangannya, “Buku suci ini menyebutkan hanya ada tiga Older Gods yang masih berada di Bumi. Siapa menurutmu aku ini?”

“Ka ... kau tidak mungkin Cthulhu ... junjungan kami itu berwujud separuh naga dan separuh manusia raksasa bermulut tentakel ... kau juga bukan Shub-Niggurath ... ia berwujud hutan ... berarti kau adalah ...”

Mata profesor itu membelalak.

“Nyarlathothep!”

“Hanya aku satu-satunya Older Gods dengan kehendak bebas, katamu, dan juga berjalan di atas Bumi, menyamar menjadi manusia.” ia tersenyum sinis, “Namun kau tak pernah menduga aku akan berwujud seorang wanita.”

“Ke ... kenapa kau melakukan semua ini ...”

Tidak tahu ...” jawabnya enteng, “Aku hanya menginginkan kehancuran dan penderitaan. Aku tak tahu mengapa dan apa tujuannya, aku hanya menyukainya. Hanya itu yang membuatku bahagia.”

Alghiffari tertawa sambil memuntahkan darahnya, “Ternyata selama ini kami benar ... Tuhan kami Cthulhu jauh lebih baik ketimbang dirimu ...”

“Kau masih berani berbicara seperti itu dalam kondisi sekarat seperti ini? Kau pasti punya nyali besar.”

“Ka ... kau gagal ...itu yang ingin membuatku ingin tertawa.”

“Kurasa kau benar,” Aulia menghela napas, “Aku pikir mereka sempurna. Dengan kemampuan memori evolusioner yang mereka miliki, dengan mudah aku memolesnya menjadi kekuatan super. Kemampuan beradaptasi di dingin dan panas serta lingkungan magnetik dengan gravitasi tinggi, serta mengoptimalkan kemampuan otak mereka 100%, semua itu sudah ada di dalam gen mereka. Aku tinggal mengekspresikannya.”

Aulia berlutut di depan tubuh Alghiffari dan mencengkeram rahangnya, “Namun sayang sekali aku lupa mengkalkulasikan umur mereka. Mereka masih sangat muda, sebatas anak-anak, mudah sekali diintimidasi. Sedangkan kau ....”

“Apa yang akan kau lakukan?” dia terkekeh, “Membunuhku?”

“Tidak,” Aulia tersenyum, “Jauh lebih buruk. Aku akan memberikanmu kekuatan super juga ...”

“Apa yang akan kau lakukan?” tantangnya, “Tak ada yang lebih buruk daripada kematian.”

“Tentu saja ada. Keabadian ...” bisiknya di telinganya.

“A ... apa ...”

“Akan kubuat kau hidup abadi hingga saat kedatangan Dia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut itu, Sang Blind Idiot God, mencapai Bumi. Kau takkan mati sebelum dia memusnahkan dunia ini. Oh, dan tidak hanya itu ...” dia menyeringai, “Bahkan setelah planet ini lenyap pun, engkau akan tetap hidup, terombang-ambing di angkasa luar yang hampa dan penuh kekosongan. Kau akan melayang di sana selamanya, menunggu hingga segenap alam semesta musnah dalam ketiadaan. Baru saat itu nyawamu akan tercabut ...”

“Ti ... tidak ... “ teriak pria itu. Namun Nyarlahotep hanya tertawa, sejenak menampakkan wujud aslinya sebagai Firaun berbusana Mesir kuno, sembari berjalan menjauh, meninggalkannya dalam reruntuhan itu.

“TIDAAAAAAAAK!!!”

 

BERSAMBUNG

 

1 comment: