Thursday, September 21, 2023

MANDELA EFFECT DAN MACAM-MACAM EFEK LAINNYA YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN KITA (3)

Gimana, udah belajar banyak belum? Postingan seperti ini secara rutin gue kasih kok di Karyakarsa sebagai bagian Science Week (dulu namanya Citayam Science Week) yang nggak hanya berbau sains saja, melainkan juga psikologi. Gue juga membuat artikel tentang tujuh eksperimen psikologi paling kontroversial dimana kalian bisa belajar banyak tentang hakikat manusia (cailah). Makanya langganan Karyakarsa gue ya hahaha. Silakan mari kita simak “effect-effect” lain yang tanpa kalian sadari, mempengaruhi hidup kalian.

RINGELMANN EFFECT

Ada 1931 seorang insinyur pertanian dari Prancis bernama Maximilien Ringelmann menemukan sebuah fenomena yang aneh ketika melakukan sebuah penelitian. Ia menemukan bahwa semakin banyak orang yang mengerjakan sesuatu, maka pada suatu titik, efektivitas mereka malah akan semakin berkurang.

Contohnya saja ya, ada sebuah lahan yang digarap oleh dua orang. Jelas walaupun bekerja sangat keras, mereka mungkin akan menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu lama, semisal 10 hari. Karena bosnya melihat mereka memerlukan bantuan, maka bosnya memberikan dua orang tambahan, sehingga kini pekerjanya ada 4 orang. Jelas, kerja mereka pun akan semakin cepat dan hasil panen pun akan semakin banyak; semisal kini mereka cuman butuh waktu 5 hari.

Akan tetapi ketika jumlah itu terus menerus ditambah, semisal hingga 12 orang, ternyata waktu yang dibutuhkan malah justru lebih lama. Dengan kata lain, produktivitas mereka menurun. Katakanlah kali ini mereka tetap butuh 5 hari, walaupun jumlah pekerjanya sudah tiga kali lipat.

Ada berbagai alasan mengapa hal ini terjadi. Pertama, adanya anggota tim yang semakin banyak menyebabkan komunikasi mereka menjadi semakin sulit. Yang kedua, keberadaan rekan yang banyak seperti ini menyebabkan para pekerjanya menjadi malas. Mungkin karena ia melihat sudah banyak orang yang membantunya sehingga ia tidak perlu bersusah payah lagi.

Efek ini perlu kalian sadari banget nih, apalagi jika kalian adalah pengambil keputusan dalam sebuah organisasi. Semakin banyak orang bukan berarti kerja kita akan lebih cepat, namun justru akan menambah masalah dan konflik (belum lagi lebih banyak orang yang bisa kita ajak bergosip atau terlibat cinlok eh). Sebaiknya kita justru perlu mengetahui berapa jumlah yang kritis alias jumlah di mana pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan efisien.

 

SPOTLIGHT EFFECT

Efek lainnya juga akan mempengaruhi hasil pekerjaan ataupun prestasi kita adalah Spotlight Effect. Tau kan spotlight, sebuah lampu besar yang biasanya menerangi seorang performer ketika ia ada di atas panggung. Nah, karena ada lampu ini (sementara kondisi di dalam gedung konser biasanya digelapkan) semua mata akan tertuju kepadanya sehingga kesalahan sesedikit apapun dari performer itu akan langsung tampak.

Paralel dengan fenomena lampu panggung ini, efek ini menyebutkan bahwa ketika seseorang berada dalam pengawasan, otomatis ia bekerja lebih efisien. Efek Ini pertama kali tercetus ketika seseorang peneliti mengadakan sebuah penelitian tentang efektivitas para pekerja dalam sebuah pabrik. Kala itu mereka dites apakah mereka bekerja lebih cepat dan efisien dalam pencahayaan yang suram ataukah pencahayaan yang terang. Hasil penelitian tersebut malah mengejutkan, pasalnya pencahayaan ternyata ternyata tidak mempengaruhi aktivitas para pekerja tersebut. Bahkan produktivitas mereka meningkat baik dalam pencahayaan terang ataupun redup.

Para penelitipun mencapai kesimpulan bahwa hasil ini didapat karena para pekerja tahu bahwa mereka diawasi dalam sebuah penelitian sehingga merekapun bekerja lebih cepat dan efisien. Hal ini juga perlu disadari oleh para pengambil keputusan. Memang kita perlu memberikan kebebasan dan ruang gerak kepada orang lain. Akan tetapi mengawasi mereka secara rutin juga akan meningkatkan performa mereka karena otomatis mereka akan berusaha  menampilkan hasil yang terbaik


TAMAGOTCHI EFFECT

Kalian masih ingat nggak sih sama yang namanya Tamagotchi? Dirilis pada tahun 1996, mainan ini sangat viral pada masanya hingga terjual sebanyak 76 juta buah. Mainan elektronik ini adalah sebuah “virtual pet”, dengan kata lain kalian kalian bisa memelihara hewan apapun (gue dulu pernah miara dinosaurus hehehe) dalam versi virtual dan membesarkannya mulai dari telur. Jangan sampai lupa memberinya makan sebab ia juga bisa mati kalau tidak dirawat dengan baik.

Para peneliti mulai memperhatikan bahwa anak-anak yang memainkan Tamagotchi ini menjadi terikat secara emosional dengan mainan mereka, bahkan menganggapnya seperti hewan piaraan yang sesungguhnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan para peneliti itu sehingga mereka mencetuskan yang namanya Tamagotchi effect, yakni efek dimana seseorang bisa terikat secara emosional dengan benda mati.

Gue nggak hanya membicarakan tentang cowok-cowok yang suka tidur sambil meluk guling bergambar anime lho, akan tetapi perlu kita sadari bahwa teknologi kini makin canggih. Kecerdasan buatan alias AI seperti Siri dan Alexis kini sudah menjadi bagian kehidupan kita. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila kita mulai terikat secara emosional terhadap mereka, bahkan menganggap mereka manusia seutuhnya. Apalagi tinggal menunggu waktu saja bagi para AI ini untuk didesain layaknya manusia seperti android alias manusia robot seperti di film-film.

 

WERTHER EFFECT

Di antara efek-efek yang lain mungkin efek inilah yang paling suram dan berbahaya. Efek menyebutkan bahwa apabila seseorang yang terkenal bunuh diri, maka fansnya pun akan melakukan bunuh diri tiruan alias copycat.

Efek ini dinamakan sesuai dengan nama tokoh dalam novel “The Sorrows of Young Werther” karangan Goethe dimana setelah publikasinya pada tahun 1774, pria-pria muda yang membacanya mulai meniru gaya bunuh diri Werther, tokoh utamanya, yang bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri telah ditolak cintanya.

Yang ngeri, buktinya sudah ada banyak lho.

1)    Kematian Ruan Lingyu pada 1935 akibat bunuh diri menggemparkan seantero daratan Tiongkok sebab ia adalah salah satu aktris film bisu terbesar pada saat itu. Ia membunuh dirinya pada usia 24 tahun dan menyebabkan banyak penggemarnya kemudian ikut bunuh diri tepat di tengah acara pemakamannya.

2)    Kematian Marilyn Monroe pada 4 Agustus 1962 diikuti dengan meningkatnya kasus bunuh diri hingga 200 orang, hanya pada bulan Agustus tersebut.

3)    Yukiko Okada adalah idol remaja Jepang yang bunuh diri pada 1986 karena kisah cintanya dengan pria yang jauh lebih tua kandas. Ia bahkan bunuh diri hingga “dua” kali. Pertama ia mencoba menyayat pergelangan tangannya. Ketika manajernya menemukannya dan segera melarikannya ke dalam rumah sakit, ia kemudian melompat dari jendela lantai tujuh rumah sakitnya. Kematiannya kemudian diikuti oleh puluhan fansnya yang kemudian bunuh diri dengan cara serupa. Yang mengejutkan, Yukiko sendiri rupanya “terinspirasi” oleh kasus bunuh diri seorang idol lain bernama Yasuko Endō, 10 hari sebelumnya.

4)    Hideto Matsumoto atau dikenal dengan nama panggungnya “hide” merupakan salah satu gitaris dan superstar rock paling legendaris di Jepang. Namun di tengah kesuksesannya, ia tewas gantung diri pada tahun 1998 pada usia 33 tahun. Hanya dalam waktu seminggu, tiga fansnya bunuh diri. Satu orang bahkan mencoba menyayat pergelangan tangannya di tengah acara pemakamannya. Bahkan total, sekitar 56 orang fans yang mendatangi pemakamannya masuk rumah sakit dan 197 terluka.

5)    Choi Jin-Sil  merupakan salah satu aktris tercantik Korea Selatan, bunuh diri pada 2008. Kematian aktris Korea Selatan. Kematiannya menyebabkan angka bunuh diri di negara tersebut naik dratis hingga 70% (ketambahan sekitar 700 kasus bunuh diri) di negara yang memang sudah memiliki angka bunuh diri yang tinggi tersebut.

6)    Mohamed Bouazizi, seorang pedagang asal Tunisia bunuh diri dengan cara membakar bakar diri di depan umum pada tahun 2010 sebagai aksi protesnya terhadap diktator Tunisia. Kematiannya kemudian mengkatalisis terjadinya Revolusi Tunisia yang kemudian menjalar ke berbagai negara di Timur Tengah. Tak hanya itu, aksi bakar dirinya tersebut kemudian ditiru oleh beberapa orang sebagai bentuk aksi protes mereka.

7)    Efek yang terbaru terjadi pada tahun 2017, yakni meningkatnya kasus bunuh diri remaja setelah penayangan serial Netflix “13 Reasons Why”. Seperti kita ketahui bersama, serial itu menggambarkan seorang gadis bernama Hannah yang bunuh diri akibat bullying di sekolahnya. Setelah serial itu viral, terjadi peningkatan 26% alias sekitar 1,5 juta pencarian Google dengan kata kunci “bagaimana cara untuk bunuh diri: yang jelas amatlah mengkhawatirkan.

Namun tak selamanya efek ini mengejawantah. Contohnya setelah kematian vokalis Nirvana, Kurt Cobain, media kala itu cukup takut bahwa aksi bunuh dirinya itu akan ditiru oleh para fansnya yang sebagian besar adalah kaum muda. Akan tetapi hal itu ternyata tidaklah terjadi. Untuk kasus-kasus bunuh diri seperti ini nantinya akan gue bahas lebih lanjut ya karena memang perlu kesadaran yang cukup tinggi agar fenomena seperti ini tak malah menjamur.

 

WESTERMARCK EFFECT

Efek ini cukup unik karena menjelaskan mengapa incest jaranglah terjadi. Bukan hanya karena memang tabu, namun ternyata ada penjelasan psikologisnya. Antropologis asal Finlandia bernama Edvard Westermarck pada bukunya yang berjudul “The History of Human Marriage” pada tahun 1891menyebutkan bahwa anak-anak yang dibesarkan di rumah tangga yang sama sebelum usia 6 tahun akan cenderung tidak tertarik secara seksual satu sama lain. Efek ini itu tidak hanya berlaku bagi kakak adik saja, namun juga sepupu yang dibesarkan bersama-sama atau bahkan teman sepermainan mereka. Seganteng dan secantik apapun, mereka biasanya tidak akan memiliki ketertarikan seksual sama sekali apabila dibesarkan bersama-sama.

Hal ini dibuktikan melalui beberapa tradisi di dunia yang mengamini pernikahan antarsepupu. Contohnya adalah di Israel dan juga di Pakistan di mana saudara sepupu yang dibesarkan bersama-sama umumnya akan berakhir dengan perceraian ketika mereka dinikahkan secara adat. Namun ternyata efek ini juga bisa menjadi bumerang, contohnya adalah kasus Katie Pladl, di mana seorang gadis yang telah lama diadopsi kemudian mencari orang tua kandungnya. Kisah yang awalnya innocent itu berubah suram ketika ia malah jatuh cinta kepada ayah kandungnya. Hal ini jelas dapat dihindari apabila ia dibesarkan ayahnya bersama-sama dalam keluarga tersebut.

 

ZEIGARNIK EFFECT

Efek ini dinamai sesuai dengan penemunya, yaitu psikologis asal Lithuania bernama Bluma Zeigarnik. Ia mempostulasikan bahwa orang-orang akan cenderung mengingat pekerjaan yang belum selesai ketimbang pekerjaan yang sudah diselesaikannya. Salah satu contoh dari efek ini adalah seorang pelayan yang biasanya akan mengingat pesanan dari seorang pelanggan yang belum diselesaikannya ketimbang pesanan yang sudah selesai atau dibayar.

Ternyata banyak dari kita cenderung mengingat pekerjaan yang belum selesai dengan harapan agar nantinya kita bisa menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya pekerjaan yang sudah selesai akan dengan mudah kita lupakan karena sudah tak kita butuhkan lagi. Siapa coba yang masih ingat pelajaran sekolah sehabis ulangan? Pasti lupa semua kan?

Ternyata efek ini juga bisa dimanfaatkan oleh para pelajar lho. Contohnya adalah teknik belajar yang disebut “pomodoro” (bukan yang Senin harga naik itu ya) dimana kita akan belajar selama 25 atau 30 menit, kemudian istirahat selama 2 hingga 5 menit, di mana di saat istirahat itu jangan sampai kita melakukan hal yang berkaitan dengan pelajaran itu. Pola itu kemudian terus menerus kita ulang. Kalo kalian punya Twitch, ada banyak kok streamer yang melakukan teknik ini, mereka akan serius belajar kemudian dipotong 2 menit untuk berbicara atau berinteraksi dengan para penontonnya.

Hal ini udah sering kok dimanfaatkan oleh industri film, mulai dari sinetron Indosiar sampai film- Avengers. Semisal film itu diberikan ending yang “cliffhanger” alias tidak memiliki penyelesaian yang memuaskan sehingga tidak bisa dianggap selesai. Akibatnya, para penonton lebih mengingat jalan ceritanya dan tak sabar menanti kelanjutannya.

 

STREISAND EFFECT

Fenomena berikutnya mungkin adalah yang paling menarik karena sangat berdampak nyata dalam kehidupan kita, bahkan bisa kita amati dengan mudah. Fenomena ini dinamakan efek Streisand karena didasarkan pada pengalaman artis dan penyanyi terkenal asal Amerika bernama Barbara Streisand. Kala itu ia merasa privasinya diinvasi ketika foto kediamannya di Malibu diterbitkan tanpa izin pada 2003, sehingga ia mengambil langkah hukum agar foto tersebut disensor dan tidak disebarkan kepada media. Tetapi perbuatan yang itu justru berakibat fotonya itu semakin “viral” dan justru dicari dan dilihat ratusan ribu orang. Efek ini disebut dengan Streisand effect di mana usaha kita untuk menyensor sesuatu justru akan menjadi bumerang dan berimbas sebaliknya, yakni semakin banyak orang yang akan melihatnya karena penasaran.

Nah lalu apa implikasinya terhadap kehidupan kita sehari-hari? Jika kita menghitung negara produsen pornografi terbesar di dunia, peringkat pertama adalah Amerika Serikat yang memproduksi sekitar 60% dari semua situs pornografi yang beredar di seluruh dunia, diikuti oleh Belanda dan Inggris. Pasti kalian ngak heran dong, soalnya itu kan negara Barat dengan tradisi yang serba "terbuka" yekan?  

Jika kita melihat statistik yang lain, yakni jumlah penikmat pornografi di dunia maka posisi 1 berada di Amerika Serikat dan dikuti oleh Inggris, yang jelas tidak aneh. Namun di posisi ketiga justru ada India, padahal India, sama seperti kita, memblokir situs pornografi. Hal ini cukup ironis ya sebab semakin dilarang malah semakin penasaran. Oya, ada pendapat lain yang cukup menarik mengapa Amerika Serikat mencapai posisi paling tinggi dengan persentase yang lebih besar ketimbang lainnya, sebab sebagian besar VPN yang digunakan untuk membuka situs pornografi yang diblokir di negara mereka dialamatkan ke Amerika Serikat.

Hal ini mungkin bisa dijadikan pelajaran buat pemerintah kita yang dikit-dikit sensor (yang tupai aja diblur) sebab bisa saja nanti hasilnya justru malah berkebalikan dengan apa yang ingin dicapai oleh pemerintah

 

SURVIVOR EFFECT

Yang terakhir ini menurut gue adalah yang paling menarik untuk untuk dibahas. Sebelumnya gue ingin menanyakan sesuatu. Ini adalah gambar sebuah pesawat yang pada Perang Dunia II berhasil selamat dari serangan musuh. Menurut kalian, apabila kita ingin memperkecil resiko pesawat-pesawat ini ditembak jatuh oleh musuh, bagian pesawat manakah yang menurut kalian harus diperkuat?


Mungkin kalian akan menjawab bahwa kita harus memperkuat bagian-bagian yang ditembak peluru musuh, yakni pada bagian sayap, ekor, dan bagian tengah pesawat. Akan tetapi menurut logika justru yang sebaliknya. Kita harus memperkuat bagian-bagian yang tidak ditembak oleh peluru-peluru tersebut. Mengapa? Karena jika kita berpikir dengan logis, dapat disimpulkan bahwa pesawat yang ditembak pada tersebut tidaklah selamat alias berhasil ditembak jatuh.

Proses pengambilan keputusan yang keliru karena kita mempertimbangkan survivor (alias yang selamat) itulah yang disebut survivor effect (efek penyintas) atau survivorship bias. Efek ini menyebabkan kita menganggap korban yang selamat lebih penting ketimbang korban yang tidak selamat sehingga kita akan lebih belajar kepada mereka. Padahal secara statistik, mungkin proporsi yang tidak selamat lebih signifikan.

Contohnya kita sering mendengar bahwa CEO dari perusahaan perusahaan besar seperti Mark Zuckenberg pemilik Facebook hingga Steve Jobs pendiri Apple semuanya drop out dari kuliahnya. Oleh sebab itu, tak heran kita mungkin menganggap bahwa kuliah tidaklah penting bagi kita untuk meraih kesuksesan. Tapi lagi-lagi ini adalah akibat efek penyintas. Pada kenyataannya, walaupun ada satu dua yang sukses, fenomena ini sangatlah jarang. Bahkan lebih banyak kemungkinan seseorang akan sukses apabila mereka memiliki pendidikan tinggi. Contohnya CEO Apple sekarang hingga perusahaan-perusahaan terbesar di dunia mulai dari Amazon, Alphabet (pemilik Google), Microsoft, hingga pendiri Gojek, Nadiem Makarim, semua lulusan universitas bergengsi. Jadi hati-hati ya dalam mengambil keputusan, jangan hanya dari satu sisi saja.

 

2 comments:

  1. Werther effect yang paling bahaya menurut aku..

    ReplyDelete
  2. Salut bang, masih update di blog ini, kirain udah lama gak posting

    ReplyDelete