Edisi Dark Case kali ini spesial banget, karena dalam sepanjang sejarah blog Mengaku Backpacker, gue akhirnya membahas kasus dalam negeri yaaay. Walaupun yah ini bukan kali pertama ya gue mangangkat kasus yang terjadi di Indonesia karena sebelumnya gue membahas tentang sisi gelap internet di Nusantara, yakni Dijah Yellow (tapi sudahlah, lupakan aja gue pernah ngepost itu).
Kasus apa sih yang akan
gue telisik kali ini? Kasus ini gue pilih karena emang secara pribadi bikin gue
merinding (sekaligus pengen explore, loh???) yakni kasus yang terjadi di
Apartemen Kalibata City. Pas gue di Jakarta sih gue pernah sekali dua kali
lewat Kalcit dan sama sekali nggak ada suasana angker di sana (sereman Menara
Saidah). Namun sudah beberapa kali gue lihat apartemen ini muncul di berita
gara-gara begitu banyak kasus yang terjadi di sana.
Memang, apartemen ini dihantui berbagai kasus menakutkan, mulai dari kasus narkoba, bunuh diri, pembunuhan, hingga mutilasi. Namun setelah gue menyelidikinya lebih dalam, lokasi Kalibata ternyata sudah menyimpan rahasia mengerikan, bahkan sebelum apartemen itu dibangun. Kasus apa sajakah yang pernah terjadi di sana? Kita simak bersama pembeberannya di Dark Case Indonesia pertama kita.
KASUS RINALDI, ASMARA TINDER BERAKHIR MUTILASI
Kita bahas dulu kasus
paling mengerikan (menurut gue) yang terjadi di apartemen ini. Kasus pertama
melibatkan penemuan mayat pria yang telah termutilasi di dalam koper di Tower
Ebony, Apartemen Kalibata City pada 16 September 2020. Korban mutilasi ini
rupanya adalah seorang manajer HRD bernama Rinaldi Harley Wismanu (33).
Rinaldi menjadi korban
keganasan para pelaku berotak kejam, yakni sepasang kekasih Laeli Atik
Supriyatin (27) dan Djumadil Al Fajri (26). Laeli dan Fajri membunuh korban di
gedung apartemen lain, Pasar Baru Mansion, Jakarta Pusat, kemudian membawa
jenazahnya ke Kalibata City.
Modus operandi keduanya
cukup unik, yakni menggunakan aplikasi pencari jodoh online, Tinder. Setelah
mengatur jadwal kencan, sepasang kekasih brutal itu menghabisi nyawa korban
demi menguasai hartanya. Yang tragis, menilik akun YouTube-nya, sang korban
rupanya berprestasi hingga pernah kuliah di Jepang, bahkan memiliki masa depan
yang cerah.
KASUS GEBY, CINTA TAK SAMPAI
Tak hanya kasus Rinaldi
yang melibatkan kisah cinta berakhir tragis. Selain pembunuhan, Apartemen
Kalibata City juga (sering) menjadi lokasi bunuh diri. Salah satunya adalah
seorang wanita yang bekerja sebagai pemandu karaoke bernama Ana Yulisanti.
Kasus bunuh diri wanita yang lebih dikenal dengan nama Gebi ini terjadi pada 23
April 2018.
Sebelum melompat dari
balkon kamarnya, Gebi sempat berusaha bunuh diri dengan menyayat pergelangan
tangan menggunakan pecahan kaca. Setelah tak berhasil, Gebi-pun nekad melompat
dari lantai 8 Tower Damar hingga tewas bersimbah darah halaman parkir apartemen
tersebut. Geby nekat mengakhiri hidupnya karena putus cinta.
KASUS HOLLY ANGELA, SANG ISTRI SIRI
Kasus yang lebih
mengerikan dan tragis terjadi pada 30 September 2013, menimpa seorang gadis
bernama Holly Angela dibunuh di sebuah kamar di lantai 9 Tower Ebony Apartemen
Kalibata City. Bahkan, kasus pembunuhan berencana ini melibatkan lima orang
pelaku.
Kasus itu sudah
direncanakan begitu matang, dimana para eksekutor itu akan membunuh Holly dan
membuang tubuhnya ke laut. Namun rencana itu berantakan ketika Holly berteriak
hingga petugas keamanan datang. Sayang mereka terlambat, Holly sudah meregang
nyawa setelah dicekik dan dipukul dengan batang besi. Kasus inipun mencabut
satu lagi nyawa, yakni salah seorang pelaku bernama Elriski Yudistira. Ketika
ia mencoba kabur, ia justru terpojok dan akhirnya tewas saat terjatuh dari
balkon apartemen.
Namun plot twist lain
muncul ketika polisi menyelidiki dalang di balik kasus pembunuhan itu.
Pelakunya tak lain adalah suami siri Holly sendiri, Gatot Supiartono, yang notabene bukan orang sembarangan. Ia
adalah auditor utama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Gatot Supiartono mengutus para
pembunuh bayaran karena Holly menuntut Gatot menceraikan istri pertamanya.
Holly juga menuntut banyak harta duniawi, mulai dari mobil, rumah, hingga
apartemen. Peristiwa ini membuat Gatot dipecat dari BPK serta diadili dan
dijatuhi hukuman yang sangat setimpal, yakni 9 tahun penjara. Wah, lama banget
ya?
KASUS ASYWARAH, PERTUNANGAN BERAKHIR TRAGIS
Jika tiga kasus di atas
belum membuat kalian bergidik ngeri, maka kasus kali ini mungkin akan membuat
kalian kapok jatuh cinta. Kasus ini diawali dengan kisah kasih mesra antara
seorang pegawai bank bernama Asywarah Indah Sari (27) dengan seorang warga
negara India Mirza Nurzaman (31). Mereka memutuskan bertunangan walaupun baru
dua bulan berpacaran.
Namun nasib berkata lain.
Bukannya merajut hidup baru yang penuh kebahagiaan, jasad Asywarah malah
ditemukan dengan luka gorok di lehernya di kamar lantai 16 Tower Borneo pada 23
September 2012, seminggu sebelum pernikahannya. Di tubuhnya juga ditemukan
sayatan pisau dapur. Diduga, pelaku hendak berusaha memutilasi jenazah gadis
malang itu, namun diurungkan.
Pelaku perbuatan sadis
itu tak lain adalah calon suaminya sendiri, Mirza.
Mengapa kita bisa tahu?
Sebab Mirza sendiri sempat menelepon orang tua korban dan mengakui
perbuatannya. Namun kisah ini bergulir ke babak akhir yang tak kalah tragis.
Setelah mengaku, Mirza kemudian bunuh diri dengan menabrakkan diri ke KRL
Jakarta-Bogor yang melintas di dekat Stasiun Duren Kalibata. Kita takkan pernah
tahu, perselisihan apakah yang terjadi di antara sepasang kekasih ini hingga
menemui akhir menggenaskan seperti ini.
KASUS AULIA, DENDAM SANG IBU TIRI
Tower Mawar Kalibata City
menjadi saksi bisu kasus pembunuhan lain ketika seorang ibu yang iri dengan
anak tirinya memutuskan untuk merencanakan sebuah aksi keji tak berprikemanusiaan.
Di tempat inilah, Aulia Kesuma (45) dan anaknya kandungnya dari pernikahan
terdahulu, Geovanni Kelvin (25) merencanakan untuk menghabisi nyawa suaminya
Pupung Sadili (54) dan Dana (23), anak tirinya. Alasannya karena Pupung tidak
mau menjual rumahnya yang berada di kawasan Lebak Bulus untuk melunasi hutang
Aulia yang mencapai 10 miliar rupiah. Tak hanya itu, ia juga menolak menjadikan
anak Aulia sebagai ahli waris dan lebih memilih anak kandungnya sendiri dari
pernikahan terdahulunya, yakni Dana.
Aulia dan Geovanni tak
melakukan aksinya sendirian saja. Ia merekrut dua orang “assassin” bernama Agus
dan Sahid yang kemudian diajaknya ke
lantai 20 Apartemen Kalibata City untuk membahas rencana pembunuhan itu. Bahkan
demi memuluskan rencananya itu, Aulia kemudian membeli obat tidur untuk membius
para korbannya di sebuah apotek yang masih terletak di kawasan apartemen itu.
Aulia lalu menjalankan
rencananya dengan mencampurkan obat tidur ke dalam jus yang diberikan kepada
suaminya supaya terlelap. Sang anak juga membantu membius adik tirinya dengan
mencekokinya dengan minuman keras yang dicampur dengan obat tidur. Rencana ini
dilakukan di rumah korban di Lebak Bulus pada tanggal 23 Agustus 2019.
Demi menghilangkan jejak,
Geovanni dan dua kaki tangannya membawa jasad para korban ke Sukabumi. Kemudian
di sana mereka membakar mobil berisi kedua jenazah tersebut. Namun justru
langkah inilah yang membuat kejahatan mereka terbongkar, sebab akibat kebakaran
itu, Geovanni justru mendapat menderita luka bakar yang membuat kepolisian
mengendus curiga.
Yang mengejutkan,
ternyata ini bukan kali pertama Aulia dan anaknya berusaha “mencelakai” suami
dan anak tirinya itu. Awalnya, Aulia Kesuma bahkan pernah berupaya menyantet
Pupung. Namun ternyata aksi ilmu hitam itu tak berbuah manis, sehingga iapun
meminta sang dukun untuk mencarikan dua orang untuk membantu aksi pembunuhan
mereka.
Namun ada sebuah kisah
“ngenes” di balik aksi para pembunuh bayaran ini. Awalnya para eksekutor
dijanjikan uang ratusan juta, namun menreka mengaku hanya dibayar 8 juta.
Itupun sebagian diambil oleh sang dukun yang merekrut mereka sehingga
masing-masing hanya menerima uang 2 juta; jumlah yang tidak setimpal mengingat
mereka harus meringkuk di balik jeruji besi kini.
Lalu bagaimana dengan
nasib Aulia dan putranya Geovanni? Mereka berdua dijatuhi hukuman terberat
yakni pidana mati. Makanya, jadi auditor BPK dong eh.
KASUS PROSTITUSI ANAK
Ada sebuah pepatah bijak
yang mengatakan bahwa jika kalian ingin tahu seperti apa kondisi di apartemen
Kalibata City, silakan aja nyalain aplikasi WeChat. Wah gue sih nggak paham ya
soalnya masih polos, open BO ama open PO aja gue nggak ngerti bedanya. Namun
sudah bukan rahasia lagi kalo wilayah apartemen, karena keintimannya, dipilih
menjadi lokasi baru untuk prostitusi. Buktinya adalah kasus prostitusi anak
yang berhasil dibongkar pada awal 2020. Lokasinya tak lain di Apartemen
Kalibata City, tepatnya di kamar lantai 10 Tower Jasmine. Korbannya sendiri
terlampau belia, yakni seorang siswi kelas 6 SD berinisial EN.
Alkisah, EN yang masih
berusia 13 tahun berkenalan dengan RB dan kemudian berpacaran. Namun tak
disangka, begitu bertemu, RB malah menjual gadis tersebut kepada para pria
berhidung belang. Tak hanya EN, namun tiga anak lain yang hendak diperdagangkan
juga berhasil diselamatkan polisi, yakni JO (15), NA (15), dan AS (17).
Yang mengerikan, ini
bukanlah kali terakhir kasus yang sama terjadi di apartemen ini. Pada Oktober
2021, Polda Metro Jakarta Selatan menerima laporan dari orang tua yang
kehilangan anak gadis mereka. Investigasi mereka lagi-lagi membawa mereka ke
Apartemen Kalibata dimana dua anak di bawah umur, ZR (16) dan RCL (16)
dieksploitasi dan dijajakan secara online.
Mungkin lain kita harus
lebih teliti lagi mengawasi adek-adek atau anak-anak kita karena zaman semakin
canggih dan bisa saja orang-orang yang mereka kenal secara online sebenarnya
berniat jahat kepada mereka, seperti kasus Carly Ryan yang pernah gue bahas.
KASUS NARKOBA
Photo by Colin Davis on Unsplash
Tak hanya menjadi sarang
prostitusi, kawasan apartemen ini juga diselimuti kasus peredaran barang haram
narkoba. Pada Juli 2020, Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya menangkap
bandar narkotika di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan. Dalam penangkapan
kali ini, polisi berhasil menyita barang bukti sebanyak 4,6 kilogram sabu dan
pil ekstasi sebanyak 1.604 butir.
Tapi mengapa kasus
protistusi dan narkoba begitu marak terjadi di apartemen? Bukannya apartemen
harusnya aman ya? Alasannya mungkin karena warga yang tinggal di apartemen
biasa untuk bersikap individualistis alias saling tak mau mengurusi masalah
satu sama lain (beda ama ibu-ibu kompleks). Karena privasi yang terjaga tinggi
inilah, malah para bromocorah merasa aman melancarkan aksi mereka.
KASUS PENCEKIKAN MISTERIUS
Seorang penghuni Tower
Akasia apartemen Kalibata, Jakarta Selatan Devita (24) melaporkan kasus
pencekikan yang menimpa dirinya oleh pria tak dikenal. Peristiwa terjadi
pada 24 Sepember 2015 malam saat ia baru
saja pulang kerja. Bak adegan sebuah film home invasion, saat baru memasuki
kamar apartemennya dan hendak menutup pintu, tiba-tiba saja ada seorang pria
yang mendorong pintu dan memaksa masuk ke dalam kamarnya. Bahkan, menurut
kesaksiannya, pria itu sudah membuntutinya dan naik dengan lift yang sama
dengannya. Beruntung ia selamat karena perhatian sang pencekik teralikan oleh
tetangganya yang membuka pintu.
Namun ada misteri lain
yang berkecamuk dari kasus ini. Menurut sang korban, pihak keamanan apartemen
melarangnya melihat rekaman CCTV itu dan justru mengatakan bahwa kejadian
pencekikan seperti itu kerap terjadi. Bahkan, kejadian sebelumnya justru lebih
parah ketimbang yang gadis itu alami (entah apa maksudnya). Hingga kini
identitas sang penculik misterius itu belumlah terungkap
KASUS DESI WULANDARI, BUNUH DIRI ATAU DIBUNUH?
Kasus kematian Desi
Wulandari (19) yang terjatuh dari lantai 9 Tower Akasia, Apartemen Kaibata
City, menyisakan misteri, sebab tak jelas apakah ia benar bunuh diri ataukah
dibunuh. Gadis yang berprofesi sebagai model tersebut menenggak riklona
(sejenis obat tidur) dan anggur merah sebelum terjatuh. Dua teman sekamarnya, S
(26) dan R (23) menyatakan sebagai saksi bahwa mereka sempat menghentikan usaha
bunuh dirinya sebelum kematiannya. Namun saksi mata lain justru menyatakan
bahwa korban berteriak meminta tolong sebelum kejadian.
Kasus inipun semakin
diulik menjadi semakin aneh. Korban rupanya berpacaran dengan S, teman
sekamarnya, yang juga adalah perempuan. Ia merasa cemburu karena S dinilai
terlalu ramah pada gadis-gadis lain di apartemen itu, sehingga mereka berdua bertengkar.
Korban bahkan sempat menelepon ibunya bahwa S mendorongnya. Akan tetapi polisi
sudah menyimpulkan bahwa kasus tersebut merupakan kasus bunuh diri.
Akan tetapi tentu saja,
kasus yang terjadi pada 16 November 2016 ini bukanlah yang terakhir.
KASUS BUNUH DIRI WARGA BANGLADESH
Kasus bunuh diri
sepertinya sudah lazim terjadi di apartemen Kalibata City, untuk sebuah alasan
yang masih misterius. Contohnya adalah kasus Geby di atas, juga kasus-kasus
lain seperti Nazrul Islam (40), seorang warga negara Bangladesh yang loncat
dari lantai 15 Tower Ebony pada 9 Agustus 2020 lalu. Diduga korban bunuh diri
karena depresi tak bisa pulang ke negara asalnya akibat pandemi virus corona.
Berikutnya, pada 31 Mei
2021, seorang remaja berinisial D (18) nekat melompat dari lantai 5 Tower Ebony
Apartemen Kalibata City. Ia nekad mencoba bunuh diri karena kesal dimarahi
atasannya di tempatnya bekerja, yakni sebuah kedai kopi di kompleks apartemen
tersebut. Beruntung, usaha bunuh dirinya ini gagal dan ia berhasil diselamatkan.
Uniknya, kasus ini dan kasus warga negara Bangladesh terjadi di tower yang sama
di mana Holly terbunuh, salah satu pembunuhnya bunuh diri, dan dimana jenazah
Rinaldi dimutilasi. Salah satu sumber yang gue baca bahkan menyiratkan bahwa
ada banyak kasus bundir di tiap tower yang tak terekspose. Bahkan kolam renang
kompleks apartemen itu tak aman, sebab ada desas-desus pernah ada anak balita
yang tenggelam karena kelalaian orang tuanya.
KASUS NOVI AMELIA, SI CANTIK KORBAN KEJAMNYA DUNIA
Pada 16 Februari 2022,
baru-baru saja, sebuah kasus bunuh diri lain mengguncang Apartemen Kalibata.
Kali ini korbannya adalah seorang perempuan bernama Linda Astuti (35) yang
tewas setelah terjun bebas dari lantai 8 Tower Raflesia Apartemen Kalibata
City. Ia diduga tewas mengakhiri hidupnya karena depresi.
Yang mengejutkan, setelah
ditelisik, Linda Astuti merupakan nama asli model majalah dewasa bernama Novi
Amelia yang sebelumnya terlibat beberapa kasus yang viral. Salah satu kasus
tersebut terjadi pada 11 Oktober 2012 silam, dimana Novi yang tengah teler dan
tak sadar akibat pengaruh obat-obatan terlarang, menabrak 7 orang di Tamansari,
Jakarta Barat. Yang lebih menghebohkan publik, Novi Amelia mengendarai mobil
Honda Jazz-nya hanya dengan mengenakan bra dan celana pendek ketat yang
kemudian viral di media sosial. Karena kasus itu, iapun terpaksa mendekam 6
bulan di penjara.
Bahkan Novi kemudian
terlibat insiden-insiden serupa, salah satunya melibatkan gojek, dimana ia
mengamuk dan mengancam akan melepas pakaiannya di depan polisi. Beberapa kali
pula ia dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa kejiwaannya. Sedih memang, akibat
depresi berkepanjangan dan mengonsumsi obat-obatan terlarang, gadis ini
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, sama seperti penghuni-penghuni lain
kompleks apartemen ini.
Mungkin kalian
bertanya-tanya, mengapa begitu banyak insiden-insiden mengerikan terjadi di
apartemen ini. Perlu diingat bahwa kompleks apartemen ini amatlah luas, yakni
mencakup 18 tower dengan hampir 12 ribu unit. Mungkin berbagai kasus kematian
di atas hanyalah semata karena statistik, mengingat banyaknya tower dan
penghuninya.
Lokasinya pun amatlah
strategis, berdampingan dengan Mall Kalibata City serta hanya beberapa menit
berjalan kaki dari stasiun Duren Kalibata, sehingga walaupun begitu banyak
misteri yang berkeliaran di tempat ini, peminatnya masihlah banyak. Oya, gue baru ngomongin kematian di kawasan
apartemen ini ya, belum meluas ke rel kereta api di Kalibata dimana banyak
terjadi kasus kecelakaan (yang paling parah adalah metromini yang tertabrak
kereta dan menewaskan 10 orang pada 2006).
Namun yang mengejutkan,
ternyata kematian-kematian misterius sudah terjadi bahkan sebelum apartemen ini
dibangun. Sebuah kesaksian menyatakan bahwa pada tahun 1980-an, wilayah itu masihlah
sangat sepi dan hanya dijejali pojon karet. Seringkali, karena gelap dan
sepinya tempat tersebut, areal pohon karet itu sering digunakan untuk tempat
pembuangan mayat. Terlebih lagi masa itu adalah masa Orde Baru dimana banyak
pelanggaran HAM merajalela.
Salah satu mayat yang
dibuang di sana adalah seorang wanita bernama Dietje Budimulyono.
THE BEGINNING: KASUS KEMATIAN SANG “KEN DEDES”
Pada 8 September 1986,
penduduk Jakarta dihebohkan dengan penemuan mayat seorang wanita bernama Ditje
Budiarsih. Kala itu Ditje ditemukan tewas di dalam mobil Honda Accord dengan
lima luka tembak di tubuhnya. Karena tak ada bekas tembakan apapun di mobil
tersebut, maka disimpulkan bahwa ia dibunuh di tempat lain, sebelum akhirnya
mayatnya dibuang di wilayah Kalibata.
Namun siapa sebenarnya
sang korban, Ditje?
Ditje bukanlah wanita
sembarangan, melainkan peragawati Bandung ternama yang disebut-sebut
kecantikannya menyaingi Ken Dedes. Ditje Budiarsih menikah dengan seorang pria
kaya raya bernama Budi Mulyono, sehingga kemudian mengubah namanya menjadi
Dietje Budimulyono. Namun setelah suaminya tersebut mengalami kelumpuhan, Ditje
mulai memutar otak bagaimana terus melakoni hidup mewahnya tanpa sokongan
suaminya. Ditje kemudian menjadi simpanan para lelaki berkuasa pada masa
Soeharto, mulai dari pengusaha-pengusaha berduit hingga seorang mantan marsekal
TNI. Namun yang paling menghebohkan adalah dugaan skandal perselingkuhannya
dengan Indra Rukmana yang tak lain adalah suami Siti Hardiyanti Rukmana alias
Tutut, putri dari Soeharto.
Namun alih-alih
menyelidiki nama-nama berkuasa tersebut, polisi malah menangkap seorang mantan
anggota TNI bernama Muhammad Siradjudin alias Pak De, yang disebut-sebut
berprofesi sebagai dukun. Menurut polisi, Pak De menghabisi Ditje karena Pak De
berjanji akan melipatgandakan uang milik Ditje. Selain kasus ini, Pak De juga
dituduh membunuh seorang wanita lain bernama Endang dari Cimanggis. Walaupun
memiliki alibi kuat, namun Pak De tetap dijatuhi hukuman seumur hidup. Pak De
terus membantah tuduhan tersebut, bahkan beralasan bahwa dirinya difitnah dan
disiksa agar mau mengakui sebagai pelaku pembunuhan itu. Beruntung, pada masa
pemerintahan BJ Habibie pasca lengsernya Soeharto, Pak De kemudian dibebaskan.
Begitu dibebaskan, Pak De
melontarkan plot twist tak kalah mengejutkan, yakni bahwa sebelum tewas, Ditje
sempat mengaku kepadanya bahwa ia tengah hamil. Mungkin saja sang pelaku ingin
menutup mulut Ditje sebelum ia mencemarkan namanya (apalagi dengan bukti anak
yang dikandungnya) atau mungkin pelakunya justru adalah istri salah satu
selingkuhannya yang merasa dendam kepadanya. Entah, yang pasti kasus kematian
Ditje, sama seperti kasus Sum Kuning, menjadi salah satu kasus Orde Baru yang
tak terpecahkan hingga saat ini.
Berbagai tragedi yang
menyelimuti Kalibata yang bahkan terjadi sebelum apartemen Kalibata City
dibangun membawa kita ke pertanyaan, mengapa wilayah ini bak digenggam oleh
sang malaikat kematian? Mengapa maut senantiasa menggentayanginya, dibuktikan
dengan tragedi yang senantiasa terjadi di sana? Apakah karena manusia Indonesia
yang berjiwa sosial pada dasarnya takkan mampu beradaptasi di kehidupan
apartemen yang bergaya individualistis, sehingga menimbulkan depresi?
Yang jelas, apartemen
Kalibata City masihlah diminati, walaupun pemandangan pekuburan TMP Kalibata
juga seakan menambah kesan suram lokasi ini. Namun gue berharap, di masa
depannya nanti, tragedi-tragedi menakutkan takkan lagi terulang.
Serem banget bang Dave!!...
ReplyDeleteTapi kalau di bilang kebetulan..kok sering banget terjadi kasus di sana ya