Saturday, January 16, 2021

WARS OF THE RENAISSANCE: AMBISI, BIRAHI, DAN TRAGEDI KELUARGA MEDICI DAN BORGIA, KELUARGA PALING BERKUASA DI EROPA

Halo guys, bulan ini gue tertarik ama yang namanya SEJARAH karena itu banyak dari tulisan gue akan mengungkap soal sejarah. Well, mungkin banyak dari kalian bosen ya ama yang nama pelajaran sejarah, soalnya dulu di sekolah isinya cuma ngapalin tanggal ama nama. Eits, tapi kalo di sejarah isinya tentang pembunuhan, skandal seks, peselingkuhan, hingga incest? Waaaaau ... pasti nggak akan ngantuk ya di kelas hehehe. Kali ini gue akan mengangkat sejarah-sejarah yang pastinya cukup tabu dibahas di sekolah karena isinya, well ... yang pasti tentang perebutan harta, tahta, dan wanita.

Gue akan membahas empat seri sejarah, dimulai dari sejarah House of Medici dan House of Borgia. Mereka adalah dua keluarga yang bersaing pada masa Renaissance (sekitar abad ke-14 sampai ke-17) di Italia. Kala itu, mereka berdua dikenal sebagai keluarga terkaya di Eropa. Tapi tentunya, semua kenikmatan duniawi itu tak mereka peroleh dengan cara jujur, melainkan dengan cara-cara penuh intrik dan skandal, meliputi pembunuhan hingga cinta terlarang. Kisah hidup mereka pun menginspirasi mulai dari “Game of Thrones” hingga “Assassins Creed”.

Seperti apakah kisahnya? Mari kita simak di Dark History kali ini.

HOUSE OF MEDICI


Berkat keluarga Medici-lah, kota Florence menjadi pusat seni dan kebudayaan di Eropa serta dihiasi bangunan-bangunan berarsitektur mengagumkan seperti Katedral Florence yang memiliki salah satu kubah terbesar di dunia ini

SUMBER GAMBAR: Florian Hirzinger, Wikipedia

Pertama kita bahas dulu keluarga Medici. Pada akhir abad ke-14, seorang pria dari keluarga petani sederhana yang hidup di pedesaan di utara kota Florence, Italia, tiba-tiba mendapat durian runtuh ketika ia menerima warisan sebuah bank milik pamannya yang baru meninggal. Pria itu bernama Giovanni de Medici. Hanya dengan berbekal ambisi, iapun pindah ke kota Florence untuk merintis bisnisnya. Siapa sangka, keluarganya akan bersinonim dengan kekuasaan dan kekayaan tiada batas.

Giovani Medici membuka bank-nya pada 1397 dan perlahan-lahan, bisnisnya mulai merangkak naik. Kala itu, ia cukup lihai dalam melancarkan aksinya. Sebagai sebuah bank, tentu tugasnya adalah meminjamkan uang. Namun alih-alih meminta imbalan bunga, ia justru meminta bantuan “jasa” sebagai ganti uang yang ia pinjamkan. Praktik ini (disebut kolusi) memberinya posisi penting di kancah perpolitikan Republik Florence kala itu.

Namun reputasi Giovani tersebut membuat keluarga terkaya dan paling berkuasa di Florence kala itu, yakni House of Albizzi (yang juga berkecimpung di dunia banking) merasa terancam. Pada 1433, mereka menangkap dan mengusir Giovanni dari kota tersebut. Namun berkat koneksinya, hanya dalam waktu setahun, Giovanni berhasil mencokolkan dirinya kembali ke Florence, bahkan berhasil menyingkirkan keluarga Albizzi.

Pada 1434, bisnis Bank Medici diwariskan Giovanni ke anaknya, yakni Cosimo de Medici. Di tangan Cosimo-lah, keluarga Medici mencapai puncak kejayaannya. Cosimo diangkat sebagai “gran maestro” Florence yang membuatnya pemimpin tertinggi di republik tersebut. Florence sendiri bukanlah kota sembarangan, sebab menjadi pusat perbankan di Italia, bahkan Eropa. Bank Medici juga sukses membuka cabangnya ke kota-kota eksotis seperti Pisa, Milan, Venesia, hingga London. Tak ayal, keluarga Medici pun menjadi keluarga terkaya di Eropa.

Keluarga Medici tak serta merta menggunakan ketajiran mereka untuk berfoya-foya semata. Keluarga Medici menjadi patron atau pemberi dana bagi artis-artis berkelas pada masa Renaissance, seperti Michaelangelo, Raphael, hingga Leonardo da Vinci dan Galileo. Mereka juga mendanai pembangunan gereja Katedral Florence hingga Basilika Saint Peter (yang merupakan gereja terbesar di dunia). Tanpa bantuan mereka sebagai patron-pun, piano dan opera takkan mungkin tercipta. Saking tajirnya, bahkan separuh penduduk Florence kala itu bekerja untuk keluarga Medici.

Omong-omong soal patron, udah tahu belum kalo gue sekarang punya akun KARYAKARSA yakni sejenis Patreon-nya Indonesia dimana kali kalian berlangganan dengan biaya yang amat murah, yakni 20 ribu saja per bulan, kalian bakalan dapetin banyak banget perk seperti kalian bisa baca artikel-artikel gue SEBELUM dimuat di blog gue dan juga kalian bisa baca cerita-cerita original buatan gue. Jadi tunggu apa lagi (masih sempet-sempetnya iklan).

Lukisan Anna Maria Luisa de Medici dimana digambarkan tiga dewa, Mercury, Minerva, dan Pluto terlihat terkagum-kagum akan kecantikannya hingga memberikan persembahan. Bayangkan kekayaan yang dimiliki keluarga Medici hingga para dewa pun datang menyembahnya!

Cosimo meninggal pada 1464 dan posisinya sebagai kepala keluarga Medici diwariskan pada putra tertuanya, yakni Lorenzo de Medici. Di sini, lagi-lagi keluarga Medici mempertahankan eksistensinya sebagai keluarga terkaya di Eropa. Namun tentu saja, posisinya ini membuat mereka memiliki musuh. Pada 1478, House of Pazzi, salah satu saingan House of Medici, merencanakan sebuah aksi konspirasi untuk membunuh Lorenzo dan merebut kekuasaan. Pada perayaan keagamaan hari raya Paskah, Lorenzo dan adiknya, Giuliano, menghadiri sebuah ibadah misa di gereja. Namun siapa sangka, ketika mereka berjalan ke arah altar, dua pastor yang menunggu mereka ternyata adalah sepasang “assassin” yang langsung mengeluarkan pisau dari balik jubah mereka (buset). Lorenzo berhasil selamat walaupun terluka, namun adiknya tak seberuntung itu dan tewas seketika.

Kerumunan rakyat Florence yang marah langsung menghabisi seluruh keluarga Pazzi (konon dengan menggantung mereka di balkon). Satu anggota House of Pazzi berhasil lolos dan kabur ke Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki) yang kala itu menjadi ibu kota Kekhalifahan Ustmaniyah (Ottoman). Mengetahui bahwa Eropa yang didominasi Kekristenan sering bersitegang dengan dunia Islam, ia mengira bahwa ia akan aman di sana. Namun sang Sultan Ottoman justru memilih untuk menangkap sang konspirator dan menyerahkannya pada keluarga Medici. Bayangkan, bahkan seorang khalifah-pun tak ingin bermasalah dengan keluarga terkaya di Eropa tersebut. Kata “pazzo” lalu terserap dalam bahasa Italia dan menjadi istilah bagi “orang bodoh”, tentu menyoroti kebodohan keluarga Pazzi yang mau-maunya mencari masalah dengan keluarga sekelas Medici.

Setelah kematian adiknya, Lorenzo mungkin sadar bahwa kekayaan dan nyawanya tidaklah abadi. Namun alih-alih bertobat, ia malah berniat untuk memperluas kekuasaannya. Menjadi terkaya saja tidak cukup, ia harus bisa menguasai seluruh Eropa. Satu-satunya jalan saat itu adalah menempatkan anggota keluarganya dalam posisi Paus, pemimpin tertinggi Eropa kala itu.

Cosimo, salah satu pendiri keluarga Medici yang dianggap setara bak raja berkat kekayaannya

Mungkin kalian yang beragama non-Katolik masih asing dengan istilah “Paus” jadi akan gue jelaskan dulu. Paus adalah pemimpin tertinggi umat Katolik di dunia. Jabatan Paus pertama dijabat oleh Petrus, pemimpin dari kedua belas murid Yesus (disebut para “apostle”) dan kemudian diturunkan hingga sekarang. Untuk mencapai jabatan paus, seseorang harus menjalani 4 langkah. Pertama, ia harus ditahbiskan menjadi pastur (romo) dengan syarat ia tak boleh menikah seumur hidup. Kedua, ia harus naik jabatan menjadi uskup (bishop). Kemudian, ia harus naik lagi menjadi seorang uskup agung (kardinal). Kemudian dari para kardinal, dipilih satu Paus.

Jabatan Paus pada awalnya dijabat oleh orang-orang saleh yang hanya mengatur tentang masalah religius semisal kepercayaan gereja dan aturan peribadatan. Namun lama-kelamaan, jabatan Paus bergeser menjadi sebuah status politik. Hal ini dimulai sejak zaman Charlemagne yang mengangkat dirinya menjadi Kaisar Eropa pada tahun 800 M. Kala itu, ia meminta agar Paus Leo III, paus yang menjabat kala itu, untuk melantiknya. Semenjak itu, Paus memiliki kekuatan untuk melantik seorang raja (dengan kata lain, jabatannya berada di atas raja). Tak hanya itu, pada 1096, Paus Urban II menyatukan raja-raja seantero Eropa dan memerintahkan Perang Salib Pertama. Dengan kata lain, kini Paus memiliki kuasa politik untuk menggerakkan seluruh pasukan di Eropa.

Karena pergeseran posisi Paus dari agamis menjadi politik inilah, banyak yang mengincar jabatan tersebut, termasuk kaum yang kehidupannya jauh dari kata “religius”. Posisi Paus kemudian diperjualbelikan oleh para kardinal sehingga yang menempati posisi tersebut pun bukan lagi orang-orang saleh, melainkan orang-orang yang haus akan kekuasaan. Cara yang mereka gunakan untuk mencapai jabatan Paus pun tergolong tak jujur, seperti menyuap bahkan membunuh (semisal meracuni Paus sebelumnya).

Nah kembali lagi ke House of Medici. Demi menempatkan keluarga mereka di puncak tampuk kekuasaan Eropa sebagai Paus, Lorenzo rela “menjual” anak gadisnya yang bernama Maddalena untuk dinikahkan dengan anak haram sang paus kala itu. Pernikahan itu berbuah posisi Giovani (keponakan Lorenzo sekaligus putra dari mendiang adiknya, Guilano) yang masih berumur 13 tahun, langsung dijadikan kardinal. Di sini kalian bisa melihat ada beberapa penyelewengan ajaran Katolik terjadi di sini. Pertama Paus yang seharusnya tak menikah, malah memiliki anak. Kedua, untuk meraih gelar kardinal, diperlukan langkah yang amat panjang (seperti tadi gue jelaskan). Bahkan umumnya gelar kardinal baru bisa diraih pada usia sepuh (minimal 60 tahun) karena panjangnya proses tersebut. Namun Giovani de Medici memperolehnya pada usia teramat belia berkat nepotisme yang dilakukan keluarganya.

Paus Clement VII, salah satu anggota keluarga Medici yang berhasil menduduki posisi Paus

Tentu saja yang namanya proses “instan” tersebut berbuah celaka, bahkan “menghancurkan” agama Katolik dari dalam. Giovani de Medici, kala itu masih berusia 37 tahun, kemudian diangkat menjadi Paus berkat koneksi keluarganya. Ia diberi gelar sebagai Paus Leo X. Sebagai sosok yang sejak awal mula memang bukan sosok yang religius, Paus Leo X sama sekali tak mengindahkan masalah keagamaan yang seharusnya jadi tugasnya. Ia malah sibuk berfoya-foya hingga menghabiskan anggaran gereja. Demi mengisi kas Vatikan yang ia hambur-hamburkan, iapun mengisinya dengan cara yang tak kalah terhormat, seperti memperjualbelikan jabatan bahkan mengajarkan bahwa jika umat Katolik membayar sejumlah uang (kepadanya), maka dosa mereka akan dihapuskan, yang jelas tak sejalan dengan ajaran Injil.

Berbagai pelanggaran yang dilakukan Paus tersebut akhirnya membuat seorang rahib muak. Rahib bernama Martin Luther itu kemudian memprotes keras berbagai penyelewengan dalam ajaran Katolik tersebut. Iapun berusaha mendirikan aliran sendiri yang menurutnya lebih setia terhadap ajaran Kristen. Karena dia mem-protes, maka ajarannya kemudian disebut sebagai “Protestan”. Karena perbuatan Paus Leo X inilah, agama Kristen terpecah menjadi dua, yakni Katolik dan Protestan.

Pada akhir abad ke-15, Bank Medici akhirnya bangkrut. Namun jangan khawatir, Keluarga Medici aktif berpolitik sehingga masih survive, bahkan makin sukses. House of Medici kembali berhasil menempatkan anggota keluarganya menjadi paus, yakni Paus Clement VII. Untuk memperluas pengaruhnya, Paus Clement VII menikahkan Alessandro de Medici dengan Margeret, putri dari Charles V, seorang raja yang kekuasaannya meliputi Spanyol hingga Austria. Uniknya, tak ada yang tahu jelas silsilah Alessandro ini hingga menguar gosip bahwa Alessandro adalah putra dari sang paus sendiri. Karena kulitnya yang kecoklatan, banyak yang menduga Alessandro merupakan hasil hubungan terlarang antara sang paus dengan salah satu budaknya dari Afrika. Tak hanya itu, Paus Clement VII juga menikahkah sepupunya, Catherine de Medici kepada seorang pangeran Prancis. Berkat kecerdikannya itu, kini darah Medici mengalir dalam silsilah kaum ningrat Spanyol dan Prancis.

Allesandro Medici yang juga dijuluki "Il Moro" karena kulit gelapnya

Sayang, sang anak kesayangan paus tersebut tak berumur panjang. Dikenal tampan dan juga cerdas, tak heran banyak yang mengagumi Alessandro dan memujanya. Hal ini menyulut rasa iri dengki dari sepupunya sendiri, Lorenzino de Medici. Pada 1537, Lorenzino kemudian mengutus assassin untuk menghabisi nyawa Alessandro. Kala itu Alessandro masih berumur 27 tahun. Hal ini tentu membuat keluarga Medici berduka dan tak menyangka bahwa anggota keluarga mereka sendiri ternyata menjadi musuh dalam selimut. Sebagai balasan atas aksi tersebut, Raja Charles V, mertua Alessandro, balik mengutus dua assassin untuk membunuh Lorenzino kala ia berada di Venesia, tentu saja atas persetujuan keluarga Medici yang lain,

Pada 1600, keluarga Medici kembali menempatkan salah satu anggotanya, yakni Marie de Medici, menjadi ratu Prancis. Namun ternyata, inilah awal dari akhir keluarga Medici. Cicit Ratu Marie yang bernama Anna Maria Luisa de Medici merupakan keturunan terakhir keluarga Medici. Celakanya, suami Anna Maria sendiri mengalami sifilis, sehingga tak bisa menghasilkan keturunan. Akhirnya, kematian Anna Marie pada 1743 menutup sejarah panjang dinasti Medici yang dipenuhi pergolakan dan darah.


HOUSE OF BORGIA

Di Vatikan, Roma inilah intrik keluarga Borgia berlangsung, sehingga menginspirasi "Assassins Creed"

SUMBER GAMBAR: Max Groenhart, Google Maps

Pada masa Renaissance (masa kebangkitan bangsa Eropa setelah berabad-abad terpuruk dalam Masa Kegelapan atau “Dark Age”), banyak keluarga-keluarga berpengaruh yang saling berebut kekuasaan, salah satunya telah gue bahas yakni House of Medici. Namun tak ada nama yang bisa membangkitkan rasa ngeri dan membuat bergidik penduduk Eropa kala itu selain keluarga ini, yakni House of Borgia.

Berbeda dengan keluarga Medici yang memulai segalanya dari nol, keluarga Borgia justru memulai sejarah mereka dari puncak tampuk kekuasaan Eropa. Sejarah keluarga Borgia dimulai oleh Alfons de Borja, seorang pastur yang tinggal di Spanyol. Alfons lahir pada 1378 dan dikenal amat cerdas. Dia sendiri adalah profesor ahli hukum dan diplomat Spanyol. Tak heran, karena intelektualitasannya yang tinggi, iapun diangkat menjadi Paus bergelar Callixtus III pada 1455. Iapun membawa serta keluarganya ke Roma dan mengganti nama marganya dari Borja menjadi Borgia sesuai ejaan Italia.

Alfons hanya menjabat sebagai paus selama tiga tahun. Beruntung, saat masih bertahta, ia sempat mentahbiskan keponakannya, Rodrigo Borgia menjadi seorang kardinal. Pada tahun 1492, Rodrigo akhirnya terpilih menjadi paus dengan gelar Alexander VI. Namun celakanya, gelarnya sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik ini ternyata tak ada artinya baginya, sebab ia menjalani hidupnya bergelimang dosa.

Bahkan ia kelak disebut sebagai paus terbejat dalam sejarah Eropa.

Lukisan yang menggambarkan (dari kiri ke kanan) Cesrae Borgia, Lucrezia Borgia, dan ayah mereka, Paus Alexander VI. Pria di paling kanan terlihat tak yakin dan curiga, apakah keluarga Borgia meracuni anggur (yang akan dituangkan Cesare kepadanya) atau tidak. Lukisan ini menggambarkan kelicikan dan intrik yang terjadi di Dinasti Borgia

Paus Alexander VI dikenal memiliki hubungan asmara dengan wanita bernama Vannozza, dimana dari cinta terlarang tersebut lahirlah empat anak, yakni Giovanni, Cesare, Lucrezia, dan Gioffre. Ia juga dikenal bercinta dengan kekasih gelapnya yang bernama Giulia Farnese, yang kala itu disebut-sebut sebagai wanita tercantik di Eropa. Dari hubungan gelapnya tersebut, Giulia berhasil meyakinkan Paus Alexander VI untuk menjadikan adiknya, Alesandro sebagai kardinal. Kelak Alesandro, adik Giulia ini akan menjadi Paus Paul III.

Tak hanya itu kebejatan yang ditunjukkannya Rodrigo Borgia sebagai paus yang seharusnya menjadi teladan penuh kesalehan, justru kerap mengadakan pesta seks alias orgy melibatkan paling tidak 50 courtesan (PSK kelas atas), kerap kali dengan mengundang anak-anaknya, terutama Cesare Borgia.

Tentu tujuan keluarga Borgia untuk duduk di tahta Paus bukanlah untuk memandu umat Katolik dalam perjalanan religius mereka, melainkan untuk memperkaya diri mereka sendiri. Rodrigo menunjuk anak tertua sekaligus kesayangannya, yakni Giovanni, untuk memimpin bala tentara kepausan. Sementara itu, Cesare, anak keduanya, dipilihnya menjadi kardinal. Namun Cesare sama sekali tak tertarik mendalami agama. Selain itu jika ia menjadi kardinal, ia takkan bisa menikah seumur hidupnya. Padahal, sebagai lelaki tentulah ia memiliki gairah seks yang menggelora. Tak hanya itu, ia lebih menginginkan posisi jenderal perang yang kini dipegang kakaknya karena lebih bergengsi. Konon karena rasa cemburu itulah, Cesare kemudian tega membunuh kakaknya sendiri.

Cesare sendiri dikenal sebagai pria yang amat gemilang. Tak hanya tampan. Ia juga amat cerdas berkecimpung di bidang politik dan militer. Namun sayang, seperti ayahnya, Cesare dikenal memiliki kepribadian yang amat bejad. Kala itu Cesare sudah dinikahkah ayahnya, sang Paus, dengan Charlotte d'Albret, seorang putri asal Prancis (sama seperti Gioffre, adiknya yang dinikahkan dengan putri Spanyol demi mempertahankan koneksi dan kekuasaan). Namun sayang, kecantikan sang putri Prancis sama sekali tak menarik hati Cesare. Ia justru lebih bernafsu memiliki adik kandungnya sendiri, yakni Lucrezia.

Lukisan yang menggambarkan Cesare Borgia

Paus Alexander VI kala itu telah menikahkan putri semata wayangnya, Lucrezia Borgia pada keluarga Sforza, salah satu keluarga berpengaruh di Italia. Namun begitu keluarga Sforza dianggapnya tak berguna lagi, ia segera menyingkirkan mereka dan membatalkan pernikahan tersebut. Menjanda, kini Lucrezia kini jatuh cinta pada seorang pemuda dari kalangan jelata bernama Pedro Calderón. Namun mayat Pedro kemudian ditemukan mengapung di sungai, diduga dibunuh oleh Cesare yang cemburu atas hubungan mereka. Tak hanya itu, di dalam keluarga Borgia yang penuh rahasia itu tiba-tiba muncul bayi misterius yang diberi nama Giovanni Borgia. Asal-usulnya tak jelas sehingga banyak yang menduga bahwa sang bayi merupakan hasil hubungan incest antara Lucrezia dengan kakak kandungnya sendiri, Cesare.

Lucrezia kemudian menikah untuk kedua kalinya dengan Pangeran Alfonso dari Spanyol, tentu bukan karena cinta melainkan demi memperluas kekuasaan keluarganya. Namun suami Lucrezia ini meninggal secara misterius. Lagi-lagi, Cesare menjadi tersangka utama. Padahal, Cesare sendiri adalah playboy yang memiliki hingga 11 anak haram yang diperoleh dari berbagai hubungan gelapnya dengan banyak wanita.

Seperti ayahnya dan kakaknya, Lucrezia juga memiliki reputasi kelam. Banyak yang menyebut Lucrezia ahli dalam meracik racun yang kemudian ditugaskan keluarganya untuk menyingkirkan musuh-musuh mereka. Ia juga disebut-sebut sebagai wanita licik yang tak hanya terlibat hubungan incest dengan kakaknya, namun juga menggunakan keindahan tubuh dan kesempurnaan fisiknya untuk menggoda kaum lelaki demi memperkukuh kekuasaan politik keluarganya. Lucrezia kala itu memang dikenal memiliki paras cantik jelita yang teramat rupawan dan rambut pirang bergelombang yang membuatnya terlihat makin menawan, sehingga bisa menaklukkan hati setiap lelaki yang melihatnya.

Lukisan yang dipercaya menggambarkan kecantikan Lucrezia Borgia. Namun apakah benar Lucrezia selicik kakak kandung dan ayahnya, ataukah dia gadis tak berdosa yang ikut menjadi korban perbuatan bejat keluarganya, masihlah menjadi perdebatan di kalangan sejarawan

Namun para sejarawan masa kini rupanya tak setuju dengan reputasi binal Lucrezia Borgia ini. Banyak yang menganggap ia justru adalah korban percaturan politik keluarganya. Entah dosa apa yang diperbuat Lucrezia di kehidupan sebelumnya, namun ia dikutuk memiliki kecantikan luar biasa dan dilahirkan di tengah keluarga terkaya dan paling berkuasa di Eropa saat itu. Buktinya. Lucrezia tak pernah bisa menikah dengan lelaki yang diinginkannya, melainkan selalu dengan pria pilihan ayahnya. Bahkan di keluarganya sendiri yang seharusnya mengayomi dan menyayanginya, ia dianggap hanya sebuah “pion” belaka yang bisa dimainkan untuk memperoleh kekuasaan.

Bagaimana dengan Cesare Borgia sendiri? Setelah kematian sang ayah pada 1503, nasib keluarga Borgia menjadi merana dan terlunta-lunta. Paus baru yang terpilih, yakni Paus Julius II, amatlah jyjy pada reputasi amoral keluarga Borgia dan mengasingkan mereka ke Spanyol. Ketampanan Cesare sendiri sudah luntur karena penyakit sifilis sudah merusak wajahnya sehingga ia terpaksa mengenakan topeng. Cesare kemudian terbunuh pada 1507 dalam salah satu pertempurannya, dimana ia ditusuk dengan sebilah tombak. Kemudian, prajurit yang membunuhnya melucuti semua kekayaan yang menempel di tubuhnya, bahkan tak meninggalkan sehelai pakaianpun. Meninggal dalam kondisi telanjang, kematian Cesare membuktikan, semua kemewahan duniawi yang kita banggakan, apalagi yang diraih dengan cara yang tak jujur, pada akhirnya takkan kita bawa mati.

Kala itu, Cesare baru berumur 32 tahun.

Namun nasib House of Borgia masihlah lebih beruntung ketimbang House of Medici. Jika garis keturunan keluarga Medici lenyap, ternyata keluarga Borgia berhasil bertahan hingga saat ini, bahkan masih berkecimpung di bidang politik. Tercatat, mantan presiden Ekuador yang bernama Rodrigo Borja Cevallos, masih berasal dari garis silsilah keluarga yang termahsyur dengan kejahatannya tersebut. Mungkinkah suatu saat mereka akan bangkit lagi menjadi keluarga paling berkuasa di dunia?

Menilik sejarah keluarga Borgia yang penuh intrik, tak heran kisah merekapun menginspirasi “Assasins Creed” hingga “Game of Thrones”. Namun lebih dari itu, tokoh sejarah bernama Niccolo Machiavelli yang kala itu terkesan akan kecerdikan (atau lebih tepatnya kelicikan) dari Cesare Borgia, kemudian menuliskan mahakarya-nya “The Prince” yang kemudian melandasi dunia politik modern; bahwa demi meraup kekuasaan, maka cara-cara yang tak agamis dan tak bermoral pun diperbolehkan, seperti yang bisa kita lihat di dunia perpolitikan dunia saat ini.

SUMBER: WIKIPEDIA (MEDICI), WIKIPEDIA (BORGIA)



5 comments:

  1. Cesare Borgia, Grand Master Templar!

    ReplyDelete
  2. House of corleone kok ga masuk bang ??

    ReplyDelete
  3. Baru tau kalo adegan pembunuhan inspektur Pazzi di film Hannibal direcreate dari sejarah keluarga Pazzi 🤔

    ReplyDelete
  4. baru aja nonton house of medici di streaming trus Nemu artikel ini 😄

    ReplyDelete