Taman Balekambang adalah salah satu spot asyik di kota Solo. Terletak tak jauh dari kompleks Stadion Manahan, taman ini adalah ruang terbuka hijau kebanggaan wong Solo. Nah, kini ada satu lagi alasan para warga Solo atau backpacker yang kebetulan berpetualang di Solo untuk mengunjungi taman ini, selain sejuknya pepohonan dan kolam yang menyegarkan mata tentunya. Baru-baru saja diresmikan taman reptil di dalam Taman Balekambang. Kali ini aku akan membahas spot baru di kota Solo ini.
Hari Minggu siang yang panas tak menghentikan langkahku untuk mengunjungi Taman Balekambang. Taman ini memang agak susah dicapai kendaraan umum. Buat yang pertama kali berkunjung ke Solo, ini kubuatkan peta Taman Balekambang.
Dari arah barat, kalian bisa naik Bus Trans Batik dan turun ke depan Solo Grand Mall (SGM) kemudian naik becak ke Taman Balekambang. Jika kalian dari arah timur, tinggal naik Bus Atmo dan turun di depan Hotel Agas, Manahan kemudian naik becak ke Taman Balekambang.
Begitu sampai di Taman Balekambang, ternyata suasananya sangat ramai. Maklum hari Minggu, apalagi biaya masuk taman tak ditarik biaya alias gratis (kecuali biaya parkir). Banyak ortu yang membawa anak-anaknya yang masih kecil berpiknik. Duh jadi ngiri, soalnya waktu aku kecil, tempat nyaman buat piknik di Solo belum ada. Taman ini sendiri baru direvitalisasi setelah Pak Jokowi terpilih menjadi walikota dan sebelumnya terbengkalai bertahun-tahun. Inilah suasana di dalam taman.
Akhirnya aku tiba juga di Taman Reptil. Biaya masuknya 5 ribu. Ini dia gerbang masuknya.
Well, karena namanya Taman Reptil, nggak salah dong kalo aku mengharapkan bertemu buaya apa si komo. Tapi begitu masuk, aku justru terkejut karena melihat burung dan monyet di dalam taman ini. Haaaaaaaaa…sejak kapan burung dan monyet termasuk reptil??? Wah, siapapun yang membuat nama untuk taman ini perlu pelajaran biologi SD lagi. Aku yang kuliah di jurusan Biologi selama 5 tahun (bayangin, 5 tahun!!!) tentu sangat terluka dengan hal ini. Harusnya namanya kan “Taman Reptil, Burung, dan Berbagai Jenis Mamalia” atau “Taman Reptil dan Kawan-Kawan”, “Taman Nggak Cuma Reptil”, “Taman Reptil Doank? Nggak Tuh”, atau nama-nama tak masuk akal lagi yang bisa kupikirkan (atau Noah’s Ark mungkin?). Inilah beberapa koleksi reptil dan “reptil” yang lainnya di sini.
Di sini ada monyet dan burung rangkong yang diikat di pohon (nggak dikandang), tapi ada peringatan di situ “Jangan dekat-dekat! Berbahaya!”. Kayaknya hewan ini suka mengamuk. Gimana nggak ngamuk, tempat ini lebih mirip kamp konsentrasi daripada kebun binatang mini. Apalagi terarium kaca buat ular-ularnya sempit-sempit begini (padahal ularnya anaconda apa boa gini).
Namun beberapa jenis unggas dibiarkan bebas berkeliaran di taman. Hmm….asal nggak bawa flu babi aja.
Oya, di sini ada yang unik, yaitu tandon air kuno ini didaur ulang menjadi kandang burung. Sumur di sampingnya kupikir isinya buaya, tapi ternyata nggak ada apa-apa di dalamnya.
Penghuni favoritku adalah burung elang ini. Ya ampun, elangnya jinak banget, bahkan nggak perlu dirantai. Padahal predator ganas lho.
Setelah puas berfoto-foto, melihat ayam dan burung rangkong berkelahi rebutan makanan (saking bebasnya di situ), dan memberi makan kelinci yang lutu, akupun melanjutkan perjalanan. Saat aku berjalan-jalan, aku sadar ada banyak perubahan di taman ini. Pertama ada perahu angsa yang bisa digunakan pengunjung untuk berkeliling danau. Selain itu juga ada semakin banyak hewan jinak berkeliaran di dalam taman, seperti angsa, kalkun, dan rusa.
Kasihan rusa ini, soalnya mengorek-ngorek makanan di tempat sampah. Hmm…aku disisain ya… (lho???)
Ternyata taman ini diperluas sejak terakhir kali aku ke sini. Di sini ada taman yang sengaja dibuat untuk outbond. Di dalamnya ada patung-patung modern ini.
Dan tentu yang wajib ada di semua taman: orang pacaran hehehe.
Di sini juga ada sejenis tempat pembibitan. Ada juga gerbang dari tanaman yang romantis banget, sayang nggak sempat kufoto.
Itulah kisah jalan-jalanku di Taman Balekambang dan Taman Reptil. Of course, selain namanya yang menyalahi kodrat alam, taman ini sebenarnya oke buat dikunjungi (walau dengan beberapa perbaikan dimana-mana, nothing’s perfect).
Kalo naik kereta dari jogja teknis biar bisa kesitu gmn? Hehe
ReplyDeleteGanggu aja bang orang pacarannya, bangdep nyamar gitu jadi reptil 🐉🐉
ReplyDelete