Tuesday, January 19, 2016

LEAGUE OF CREEPYPASTA: EPISODE 2

 

LEAGUE OF CREEPYPASTA: WARS OF PHOENIX

SCENE 2:

CREEPY-HOLOCAUST

  LEAGUE

Para anggota SWAT itu turun dari truk berlapis baja mereka sambil menenteng senjata menuju pintu gudang yang terbengkalai itu.

Salah satu orang memberi komando. Anak buahnya segera menempel bom C4 di gembok pintu gudang itu. Mereka segera bersembunyi dan “DUAAAAR!!!” bom itupun meledak. Para anggota SWAT itu menyelinap masuk dan menyebar membentuk formasi.

Gudang itu amat gelap. Satu-satunya cahaya di ruangan yang luas itu hanyalah cahaya rembulan yang meremang memasuki jendela kaca yang sebagian besar telah pecah.

Terdengar suara desingan baling-baling helikopter dan sorotan lampu kuat dan “PRAAAAANG!!!” anggota SWAT yang lain melompat dari atas dengan tali dan mendobrak kaca jendela. Mereka semua mengarahan senjata kepada sesuatu yang tengah bergerak di tengah gudang itu.

“Angkat tangan!”

Namun yang mereka lihat adalah seorang gadis dengan penampilan berantakan tengah menangis tersedu-sedu. Ia tampak sangat ketakutan melihat para anggota SWAT tersebut.

“Astaga! Kami menemukan korban selamat di sini!”

“Bagus.” ujar sang komandan, puas mereka akhirnya berhasil menyelamatkan seseorang, “Sekarang tangkap pembunuh itu!”

Anggota SWAT yang lain berteriak. “Komandan, coba lihat ini!”

Komandan itu segera mendekatinya. Ia tak percaya akan apa yang ia lihat.

Ia sering melihat korban kebuasan para pembunuh itu yang jarang meninggalkan tubuh korbannya utuh. Ia sudah biasa melihat semua kengerian itu, namun apa yang dilihatnya kali ini benar-benar di luar dugaan.

Tubuh itu terkoyak dan organ-organ di dalamnya seperti direnggut.

“Apa ... apakah itu ...” bisik salah satu anggota SWAT yang melihat onggokan mayat itu.

Tak salah lagi, melihat wajah tanpa ekspresi dan soket mata yang kosong tanpa bola mata itu, jasad di depannya pastilah dia

“Ya ...” jawab sang komandan, “itu Eyeless Jack.”

***

 

“Komandan Cade!” seru seorang pria, menerobos kerumunan wartawan yang mengantre di depan tali kuning. Seorang polisi muda berusaha menghalaunya, namun komandan itu mencegahnya.

“Tak apa, biarkan dia masuk.”

Pria itu mendekatinya. Wajahnya tampak lebih tua dan suram ketimbang terakhir kali komandan itu melihatnya.

“Apa benar yang kudengar? Apa benar kau menemukan mayat Eyeless Jack?”

Komandan Cade mengangguk, “Ya. Karakter creepypasta kelima yang ditemukan tewas dalam sebulan ini.”

“Si ... siapa pelakunya? Apa kalian berhasil menangkapnya?”

“Kami belum tahu siapa pelakunya, tapi kami punya saksi.” di benaknya terbayang wajah ketakutan gadis yang mereka temukan tadi. “Jadi kami yakin akan segera menangkapnya.”

“I .. izinkan aku ikut ke kantor polisi. Kumohon ... aku ingin tahu siapa pelakunya!”

Komandan itu ingin menolak, namun ketika ia melihat wajah Roger Summers, pria di depannya, ia kembali teringat kejadian beberapa tahun lalu. Kala itu mereka bersahabat, ia menjadi komandan tim SWAT dan Roger dipromosikan menjadi kepala polisi. Namun segalanya berubah ketika putri Roger, Nadia, ditemukan terbunuh. Setelah peristiwa itu, ia menjadi terobsesi untuk menangkap pelakunya, bahkan nyaris membuatnya gila.

Dan ketika semua perburuannya sia-sia, ia beralih menjadi alkoholik dan akhirnya menghancurkan kariernya sendiri. Orang bilang ia menjadi detektif swasta setelah mengundurkan diri dari kepolisian. Namun Komandan Cade tahu, diam-diam Roger masih mencoba mengejar pembunuh putrinya.

“Baiklah, kau bisa ikut. Namun hanya untuk kali ini, Roger!”

Roger tersenyum.

***

 

Semua orang menatapnya ketika ia masuk ke dalam kantor polisi. Semua orang mengenalnya sebagai “Roger yang Gila”. Selama ini ia yakni bahwa putrinya dibunuh oleh karakter Creepypasta. Ia menghalalkan segala cara untuk menangkap sang pembunuh, namun semuanya gagal. Justru perkawinan dan kariernya yang menjadi tumbal.

Roger tak mempedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya. Kini semua sudah terungkap, semua perkataannya terbukti benar. Dulu hanya ia yang percaya akan keberadaan para pembunuh “imajinatif” ini dan semua orang menertawakannya. Kini setelah semua bukti terungkap, siapa yang tertawa sekarang?

Ia menatap gambar-gambar korban pembunuhan berantai yang terpampang di dinding. Tubuh mereka telah dimutilasi dengan sadis. Namun Roger sama sekali tak merasa kasihan. Mereka semua pantas mendapatkannya. Mereka semua adalah pembunuh.

“Mayat ‘The Rake’ yang pertama ditemukan.” Komandan Cade menjelaskan, “Semula warga melaporkan jasad aneh yang terbawa arus air di pantai. Mereka semua mengira itu adalah monster dan seseorang mengenalinya sebagai ‘The Rake’. Ia menjadi karakter creepypasta pertama yang diidentifikasi dan dikonfirmasi kebenarannya untuk pertama kalinya.”

“Dimana tangan kirinya?” Roger heran melihat jasad yang tak utuh itu.

“Itulah yang aneh. Tangan kirinya seolah diptong dan diambil, seolah-olah ada yang menginginkannya sebagai tropi. Kemudian mayat kedua dan ketiga ditemukan bersamaan, yakni Masky dan Hoody.”

“Anak buah Slenderman,” bisik Roger, “Ya, aku tahu mereka. Aku menduga dari gambar jasad mereka ini, kaki kanan dan kiri mereka diambil?”

“Tepat sekali. Kami belum menghubungkan kematian mereka dengan penemuan ‘The Rake’ hingga mayat keempat ditemukan, Ben Drowned. Tangan kanannya kali ini yang diambil. Namun anehnya, pergelangan tangannya dipotong dan ditinggalkan begitu saja, seolah si pembunuh tak menginginkan jari-jarinya.”

“Tangan kiri dan kanan, kaki kiri dan kanan,” Roger menghitung, “Belum ada yang kehilangan badan dan kepala?”

“Well, mayat Eyeless Jack yang kami temukan malam ini kehilangan semua organ dalamnya kecuali jantungnya jika menurutmu itu berhubungan. Cukup ironis jika mengingat selama ini dia memakan organ dalam manusia ... Hei, darimana kau tahu kami harus mencari badan dan kepala?”

Roger menatapnya, “Ia tengah membangun sesuatu. Ia ingin menyatukan bagian-bagian tubuh mereka. Kurasa itu cukup jelas.”

Komandan itu bergidik ngeri, “Sejak dulu kau memang selalu memiliki imajinasi yang mengerikan, Roger.”

“Bagaimana dengan saksimu? Kau bilang kau memiliki saksi.”

“Ya, akan kubawa kau padanya.”

***

 

Mereka berdua memasuki ruang interogasi. Di sana seorang gadis meringkuk ketakutan di atas kursi. Ia bahkan tak berani menatap wajah mereka berdua.

“Siapa namamu?” tanya Komandan Cade dengan lembut. Roger merasa iba. Melihat gadis itu, ia kembali teringat dengan mendiang putrinya, Nadia. Ia juga seumuran dengan gadis itu ketika dia ... dia ...

Roger segera menghapus pikiran itu dari benaknya. Adegan TKP yang berlumuran darah kembali terkilas di otaknya.

“Ini bukan saatnya,” bisik Roger pada dirinya sendiri, “Aku harus berkonsentrasi memecahkan kasus ini.”

Gadis itu tak menjawab pertanyaan komandan itu.

“Hei, jangan takut,” Komandan Cade memutuskan untuk mengulangi pertanyaannya, “Siapa namamu?”

Gadis itu akhirnya berani menatapnya sambil menggigiti jarinya. Rambutnya yang acak-acakan terurai ke depan sehingga menutupi separuh wajahnya.

“Ma ... Marie Claire.”

“Marie Claire? Wah itu nama yang sangat indah ...” komandan itu masih berusaha membuatnya tenang, “Nah, Marie Claire ... bagaimana kau bisa berada di gudang itu.”

“Dia ... dia yang membawaku ...”

“Dia? Apakah dia orang yang jahat?”

“Ya, pria tak bermata itu ...” Marie Claire mulai menangis.

“Tenanglah, Marie Claire,” bujuk Komandan Cade dengan lembut, “Kau sudah aman sekarang. Orang jahat itu sudah mati. Apa kau melihat siapa yang membunuhnya? Apa kau melihat wajahnya?”

“Yang membunuhnya ... dia adalah ...” tiba-tiba gadis itu menjerit ketakutan, “AAAAAAAAA!!!! AAAAAAAAAAAA!!!” beberapa polwan langsung masuk dan berusaha menenangkannya.

“Percuma, Komandan!” ujar Roger, “Kurasa gadis itu masih trauma. Kau takkan mendapatkan informasi apapun darinya.”

Polwan-polwan itu kemudian mengeluarkan Marie Claire. Sementara itu, ketika suara teriakan gadis itu mulai mereda, Roger justru mendengar suara tawa. Asalnya dari basement kantor polisi ini yang dijadikan ruang penjara.

“Siapa yang sedang tertawa itu?”

“Oh, aku lupa belum menceritakannya kepadamu.” Komandan itu menggeleng-gelengkan kepalanya, “Kau takkan percaya siapa yang baru saja menyerahkan diri.”

***

 

“Hahaha ... lima babi kecil pergi ke pasar ... satu mati, tinggallah empat. Empat babi kecil pergi ke pasar, satu mati tinggallah tiga ... hahaha ...” pria itu tertawa di dalam ruang tahanan.

“Astaga!” Roger tak percaya siapa yang dilihatnya di dalam sel itu. Dari baju badutnya, Roger langsung mengenalinya sebagai Laughing Jack.

“Sukar dipercaya bukan? Dia dengan rela menyerahkan diri ke sini untuk mendapatkan perlindungan. Katanya teman-temannya satu-persatu sudah dibunuh.”

“Ralat, Komandan!” badut itu menoleh. Seringainya langsung membuat Roger bergidik ngeri, “Mereka bukan temanku. Walau kami semua karakter Creepypasta, bukan berarti kami ini bersahabat. Namun ... apapun yang terjadi pada mereka juga bisa terjadi padaku, maka kurasa tempat paling aman untukku adalah di sini.”

“Tempat yang pantas untukmu adalah kursi listrik!” seru Roger dengan marah, “Aku tahu apa yang kau lakukan ... kau membunuh anak-anak tak berdosa!”

Badut itu tertawa terbahak-bahak, seolah ia sedang mendengarkan lelucon, “Itu bukan salahku, Roger.”

Roger terkesiap badut pembunuh itu mengetahui namanya.

“Aku hanya menawarkan mereka permen. Jika mereka mau, maka aku akan membawa mereka pergi. Itu adalah kesalahan orang tua mereka yang tak pernah mengajari anak-anaknya untuk tidak mempercayai orang asing.”

“Kurang ajar!” darah Roger mulai mendidih, “Darimana kau tahu namaku?”

“Oh, aku tahu segalanya tentangmu, Mantan Kepala Polisi. Bagaimana rasanya datang ke TKP pembunuhan putrimu sendiri dan membaca tulisan di dinding yang dicoret dengan darah putrimu ... apa bacanya, ‘Go to sleep’?”

“Keparat!” Roger merangsek maju ke depan, namun sang komandan menahannya.

“Sudahlah, jangan hiraukan dia! Sebaiknya kita keluar saja.”

Dan tawa badut itu masih menggema ketika mereka berdua keluar dari ruang bawah tanah.

***

 

“Ada apa ini?” Komandan Cade terkesiap melihat kekacauan yang ada di kantornya. Para polisi lalu lalang dan beberapa memegang tabung pemadam. Asap juga terlihat dari luar.

“Ada kebakaran di depan, Komandan!”

Komandan Cade, diikuti Roger segera memeriksanya dan melihat polwan-polwan yang tadi diutusnya menjaga Marie Claire tergeletak tak sadarkan diri, sementara api berkobar di dekat mereka.

“Apa yang terjadi!” serunya. “Dimana gadis itu? Dimana Marie Claire? Apa pembunuh itu menangkapnya?”

Komandan itu dengan panik menatap Roger. “Gawat, kita kehilangan satu-satunya saksi.”

“Tunggu,” Roger tampak berpikir, “Pada saat kau menemukan mayat Eyeless Jack, apa gudang itu terkunci rapat?”

“Iya benar, lalu kenapa?”

“Sial!” seru Roger begitu tersadar, “Berarti selama ini pembunuhnya belum keluar.”

“Apa? Jadi gadis itu ...”

Mereka berdua baru sadar bahwa kebakaran itu hanyalah pengecoh. Komandan Cade dan Roger segera bergegas ke ruang bawah tanah, namun terlambat.

Ruang sel telah terbuka dan di dalamnya, bagian-bagian tubuh Laughing Jack yang tak utuh lagi berceceran. Darah membasahi hampir semua sudut ruang tahanan itu. Kedua kaki dan tangannya yang termutilasi berserakan. Kepalanya tergeletak dekat pintu dengan bekas darah panjang, menunjukkan bahwa tadi kepala itu menggelinding. Anehnya, di kepala itu masih tersungging sebilah senyum; senyum terakhir Laughing Jack. Organ-organ tubuhnya telah dikeluarkan dan memburai di lantai, termasuk jantungnya. Sementara itu hanya satu yang tak terlihat, torsonya.

“Astaga kau benar ...” bisik komandan itu ketakutan. “Seseorang mencuri badannya.”

“Kini kau tinggal mencari kepala dan jantung, Komandan.” kata Roger perlahan.

“Jan ... jantung? Kenapa kau berkata begitu.”

“Sebab setahuku belum ada yang kehilangan jantungnya kan?”

 

TO BE CONTINUED

11 comments:

  1. ini diupdate berapa hari sekali bang dave

    ReplyDelete
  2. hmmm.. kok gue curiga sama si Roger ya, tebakannya detail..
    tp msh bikin penasaran

    -dina-

    ReplyDelete
  3. Keren! Semangat lanjutinnya, bang Dave! Tatakaeeee~/oops :v

    ReplyDelete
  4. mantap cerita ini abang, tadinya aku menduga si marie pembunuh itu tapi gw paham, bang dep ga mungkin buat cerita se simple itu.
    pokoknya ceritanya sangat keren, update terus abang ku

    ReplyDelete
  5. kanapa gak dilanjutka lagi bang dave?

    ReplyDelete