Monday, July 28, 2025

GUNDALA: PATRIOT – CHAPTER 11



LAGA

 

NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

Kapten Nusantara salah perhitungan. Ia mengira Gundala dan Godam yang akan menyebabkan kekacauan di tempat ini. Namun ternyata di luar dugaan, justru Gerombolan Kucing Merah yang datang mengancam. Belum lagi ia tak tahu apa rencana si gila Pengkor begitu ia memperoleh senjatanya.

Namun dengan penuh percaya diri. ia justru tersenyum.

“Serius kau mau menyerang kami dengan tank?” Kapten Nusantara menaikkan tangannya, “Apa kau tak tahu apa yang bisa kulakukan?”

“Awas!” Sancaka segera menyeret Çakti pergi agar ia tidak terluka begitu menyadari Kapten Nusantara akan memamerkan kemampuannya.

Kapten Nusantara mengarahkan kekuatan magnetnya dan menjungkirbalikkan tank-tank yang menghadangnya. Ia tertawa penuh kemenangan, namun di luar dugaan, gadis berkostum kucing di depannya melesat menembus tubuhnya, lalu menghantam tengkuknya dengan sikunya.

Kapten Nusantara hampir roboh, namun ia dengan cepat memperoleh kembali keseimbangannya dan berbalik.

“Kurang ajar kau!”

Ia mencoba mengarahkan kekuatan magnetnya kembali, namun ternyata tak berhasil.

“Sayang sekali!” Kitara menyayatkan cakarnya ke wajah pria itu, “Segala peralatan dalam kostumku, termasuk cakarku, terbuat dari titanium dan takkan tertarik oleh magnetmu!”

Dengan kesal Kapten Nusantara menyeka darah di wajahnya, “Karena kau perempuan, akan kuampuni kau asalkan kau menyingkir dari hadapanku!”

Kitara hanya tertawa mendengarnya, “Apa kau bercanda?”

***

 

Para prajurit Cakrabirawa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia segera mengeluarkan senjata daerah mereka masing-masing. Dengan gagah berani mereka menghadapi Macan Kumbang untuk pertempuran jarak dekat. Namun Macan Kumbang dengan refleks supernya berhasil merobohkan mereka satu demi satu.

Hingga akhirnya tertinggallah Presiden sendirian.

Ia berjalan dengan langkah santai begitu menyadari membunuh presiden akan sama mudahnya dengan  mengambil permen dari seorang bayi.

Namun tiba-tiba seutas tangan mencengkeram pergelangan kaki Macan Kumbang dengan kuat. Iapun menunduk dan melihat salah satu anggota Cakrabirawa ternyata masih siuman dan menolak untuk menyerah.

“Akan kubunuh kau di sini!” Macan Kumbang mengeluarkan cakar-cakarnya yang tajam bak belati. Namun kemudian instingnya membuat perhatiannya teralihkan. Ada sesuatu yang akan datang.

Sesosok manusia adidaya lainnya muncul, memelarkan tangannya hingga melingkari Tugu Monas, kemudian menggunakan momentum gayanya untuk menendang tubuh Macan Kumbang. Iapun langsung terdorong mundur, namun berhasil mengendalikan keseimbangannya kembali agar tak tersungkur jatuh.

Iapun dengan geram mendongak dan berhadapan dengan sosok yang baru saja menghalangi langkahnya.

“Kau lagi! Ulet sekali kau mengejarku sampai ke sini?”

Mlaar pun mendarat di depan Presiden, menamenginya. Tak hanya itu, ia memelarkan tangannya, membentuknya seperti per, dan dengan gaya pegas yang ia ciptakan, menghantamkan kepalan tangannya ke arah Macan Kumbang.

Bahkan daya refleksnya yang hebat tak mampu membuatnya mampu menghindari serangan itu. Tubuhnya-pun terlempar hingga ke rerumputan.

“Presiden, apa Anda tidak apa-apa?” tanya Mlaar dari balik topengnya.

“Si ... siapa kau?” tanya Sang Presiden gugup.

“Jangan khawatir. Kami datang ke sini untuk melndungi Anda!”

“Ka ... kami?”

“DUAAAAAAR!!!”

Lagi-lagi tembok di atas Presiden runtuh. Mlaar-pun memanjangkan tangannya utnuk melindungi Presiden dari bongkahan marmer yang berjatuhan.

Sebuah tank yang tadi menembakkan meriamnya muncul. Tank itu terus bergerak maju, berusaha melindas Mlaar dan Presiden yang ada di depannya.

Tiba-tiba suara gemuruh muncul dari bawah tanah. Tank itupun terhempas dari gelombang air yang muncul dari saluran drainase yang tepat berada di bawah tank tersebut.

Anggota-anggota Gerombolan Kucing Merah yang lain bermunculan. Namun merekapun roboh oleh hantaman air bertekanan tinggi yang menerpa mereka satu demi satu.

“Jangan coba macam-macam dengan Dhana, sang penguasa lautan!” Dhana muncul dengan kostum superheronya.

“Pak Presiden!” panggil Çakti dengan nada khawatir.

“Mlaar! Dhana!” seru Sancaka yang mengikuti Çakti, “Kalian ada di sini!”

“Sancaka!” seru Mlaar dan Dhana berbarengan.

Namun seakan tak ada habisnya, anggota Gerombolan Kucing Merah kembali muncul dengan suara geraman dan desisan bak kucing.

“Cepat bawa Presiden ke tempat aman!” seru Mlaar, “Kami akan menghadapi mereka!”

“Baik!” Sancaka segera membawa Presiden dan Çakti pergi.

Pemuda itu sebenarnya ingin ikut beraksi, namun apa daya.

Selama ada serum anti petir di sini, ia takkan mampu berubah.

***

 

Energi HLC purba itu sungguh luar biasa. Mesin itu telah mampu menciptakan quantum tunneling yang langsung membawa Kalong dan Maza dalam sekerjapan mata ke tempat tujuan mereka: Jakarta.

Maza tiba-tiba muncul di tengah jalan. Sebuah mobil van yang melaju dengan kecepatan tinggi langsung menghantamnya. Tentu saja mobil itu yang penyok dan nyaris terbelah menjadi dua. Sementara itu dari balik kepulan asap, Esthy mencoba melarikan diri dari van yang terguling itu.

“Jangan coba-coba kabur!” seru Minerva dengan mengerahkan sinar lasernya ke arah Esthy. Serangan laser itu meleset, namun membuat Esthy terjatuh ke aspal kala menghindarinya.

“Kau?” Maza langsung mengenali Esthy sebagai wartawati yang ditemuinya bersama Sancaka.

Minerva tertawa bengis begitu mengetahui ia berhasil melumpuhkan Esthy. Ia berniat menggunakan serangan pamungkas dengan burung hantu mekanis yang ada di tangannya. Namun sebelum ia sempat bertindak, Maza meraih senjatanya itu lalu meremas-remasnya menjadi gumpalan kaleng penyok.

Minerva hanya melongo menyaksikannya.

“Kau tidak apa-apa?” Maza berusaha membantu Esthy berdiri.

“Kucing hitam itu! Ia ada di sini!” Kalong merasakan keberadaan Macan Kumbang dan berniat kembali melancarkan aksi balas dendamnya. Iapun segera meluncur ke Monas dengan sepasang sayap kelelawarnya, ke tengah ajang pertempuran yang tengah berkecamuk antara para manusia adidaya.

“Tunggu!” Kanigara berniat mengejarnya, namun suara Esthy menghentikannya.

“Siapa kau? Manusia adidaya lagi?” sorot mata Esthy yang tajam mengarah padanya, “Dirimu berada di pihak mana? Kebajikan atau kebatilan?”

“Semudah itukah kau mengotak-ngotakkan segala sesuatu?” balas Maza, “Aku di sini untuk melindungi Bumi, sang Ibu Pertiwi. Jika manusia merusaknya, akupun takkan tinggal diam.”

Esthy tersenyum, “Berarti kita di pihak yang sama.”

***

 

“AAAAARGH!!!” Goliath yang siuman bangkit dari dalam mobil dan menghempaskan atapnya. Sementara itu Minerva masih melongo akibat kesaktian Maza yang barusan menguntel-untel senjatanya yang terbuat dari titanium seolah itu hanyalah kertas.

“Dimana perempuan itu!!!” seru Goliath murka. Rorschach juga bangkit dari antara rongsokan mobil.

“Jangan khawatir.” bisik Minerva ketika melihat sebuah mobil van mendekat, “Tuan Pengkor sudah tiba. Ia akan menyingkirkan mereka semua!”

***

 

Kapten Nusantara dapat menghindari cakaran-cakaran Kitara dengan mudah. Namun tiap kali ia berusaha menyerangnya, tiap pukulan atau tendangannya hanya menembus tubuh gadis itu. Hampir tak ada cara untuk mengalahkannya.

Namun tiba-tiba seberkas serangan laser menghantam punggung gadis itu dan langsung melumpuhkannya.

Gadis itu terjatuh tepat di dekapan Kapten Nusantara.

Ia shock ketika topeng yang dikenakan gadis itu terlepas dan identitas asli Kitara Leo terkuak.

“Mariam?!”

 

BERSAMBUNG

 

 

 

No comments:

Post a Comment