“DOSA
TERAKHIR”
WARNING:
cerbung ini akan memuat konten dewasa
Kereta itu
mulai berjalan meninggalkan stasiun. Gerbong itu amat sepi. Bahkan
hanya ada tiga orang sahaja yang duduk di sana. Susanti, anaknya
Udin, dan seorang pemuda dengan kepala plontos.
Pemuda itu
sedang menatap sawah-sawah yang membentang di luar jendela ketika
kereta mereka bergerak meninggalkan Kampung Durian Runtuh.
Seorang
masinis datang dan memeriksa karcis mereka.
“Cik
Susanti?” tanyanya sambil membaca nama dalam tiket wanita itu dan
melubanginya. Susanti mengangguk.
Perhatian
masinis itu beralih ke pemuda yang duduk di hadapannya. Ia
menyerahkan karcisnya.
“Upin?”
Pemuda itu
mengangguk dan tersenyum, lalu menerima kembali karcisnya yang telah
dibolongi. Masinis itupun berjalan menuju gerbong berikutnya.