Pada
2005 di Inggris terjadi kasus yang cukup mengguncang kala itu.
Seorang bocah berusia 2 tahun ditemukan tewas di rumahnya dengan luka
parah di kepalanya. Menurut penyelidikan, sang babysitter yang saat
itu menjaganya malah menyiksa balita itu dengan cara menghantamkan
kepalanya ke dinding berkali-kali. Sang babysitter akhirnya dihukum
seumur hidup. Apa reaksi kalian ketika mendengarnya? Apakah kalian
akan bersorak karena keadilan telah ditegakkan, ataukah kalian justru
marah dan menuntut sang pelaku dihukum mati? Apakah kalian akan
menjadi tipe netizen yang berteriak-teriak dan mengutuknya di media
sosial?
Bagaimana
jika setelah tiga tahun sang babysitter itu dipenjara, baru diketahui
bahwa sang anak sebenarnya menderita epilepsi dan kematiannya
disebabkan karena kejang-kejang?
Kasus
itu bukanlah rekaan gue atau cerita novel fiksi. Kasus itu
benar-benar terjadi pada seorang wanita bernama Suzanne Holdsworth.
Gara-gara kegagalan sistem hukum pada saat itu, Suzanne yang sama
sekali tak bersalah menjalani hukuman penjara atas kejahatan yang
sama sekali tak ia lakukan.
Yang
mengerikan, kasus salah tangkap seperti ini amat sering terjadi. Di
Amerika Serikat saja diperkirakan bahwa 5% dari seluruh narapidana
yang dikurung di sana atau sekitar 120.000 orang sebenarnya tak
bersalah. Angka yang sangat mencengangkan! Di Indonesia sendiri juga
kalian pasti pernah mendengar tentang empat anak pengamen yang
dipenjara atas kejahatan yang tidak mereka lakukan dan menuntut ganti
rugi.
Gue
sendiri sebenarnya ingin membuat top ten kasus ini, tapi karena
melihat banyaknya sumber dan banyaknya korban kesalahan sistem
peradilan ini, gue terpaksa melebarkannya menjadi 20 kasus dan
membagi postingan ini jadi dua bagian. Berikut ini kisah-kisah
ketidakadilan yang diterima oleh orang-orang yang tidak bersalah.
1.
Lindy Chamberlain-Creighton
Bayangkan
jika kalian adalah seorang ibu yang baru saja kehilangan anak kalian
untuk selama-lamanya. Dalam kondisi masih dirundung kesedihan, kalian
malah dituduh membunuh bayi kalian sendiri, bahkan dipenjara. Itulah
yang dialami wanita asal Australia. Pada 1980, ia mengaku seekor
dingo (sejenis anjing liar yang endemik di Australia) menculik
anaknya yang masih berumur 9 bulan bernama Azaria. Namun bukannya
mendapat simpati publik, ibu ini justru dituduh membunuh anaknya
sendiri oleh media.
Hoax
di media menyebar dan menuduh Lindy sebagai anggota sekte sesat dan
sengaja mengorbankan anaknya dalam ritual pemujaan setan. Apalagi
lokasi menghilangnya Azaria berada di Uluru, sebuah lokasi yang
dianggap magis baik oleh kaum Aborigin. Pengadilan rupanya setuju dan
menjatuhi ibu malang itu hukuman seumur hidup dalam penjara.
Enam
tahun berikutnya, seorang turis Inggris terjatuh dan tewas di area
dekat dimana bayi Lindy menghilang. Pada saat pencarian korban
itulah, tim SAR menemukan sisa-sisa jaket yang pernah dikenakan
Azaria ketika ia lenyap di dekat sebuah sarang dingo. Bukti tak
terbantahkan itu membenarkan klaim Lindy selama ini dan otomatis
membebaskannya dari semua tuduhan. Kasus ini membuat malu publik dan
pemerintah Australia kala itu sehingga ia diganjar dengan uang
kompensasi sebesar 1,3 juta AUD (12,5 M IDR). Kisah hidupnya juga
diabadikan dalam film “Evil Angels” yang mendapatkan nominasi
Oscar.
2.
Tomasz Komenda
Pada
1996 di Polandia, seorang gadis berusia 15 tahun secara brutal
diperkosa dan dibunuh. Seorang pemuda berusia 21 tahun bernama Tomasz
Komenda ditangkap dan disiksa supaya mengaku. Iapun dijatuhi 25 tahun
hukuman penjara. Naasnya, di dalam penjara dia disiksa oleh para
narapidana dan sipir hingga ia mencoba bunuh diri selama tiga kali.
Beruntung, keadilan masih mau sudi hinggap kepadanya. Pada 2018,
bukti baru muncul yang membuktikan ia tak bersalah dan iapun
dibebaskan, namun dengan luka batin yang tentu terus mengakar dalam
dirinya seumur hidup.
3.
Sam Sheppard
Kasus
yang menimpa pria ini merupakan bukti bahwa ketidakadilan tetap bisa
menghancurkan kehidupan seseorang, walaupun dia sudah dinyatakan
tidak bersalah dan dibebaskan. Sam adalah seorang dokter ahli bedah
dengan kehidupan sempurna. Namun semua itu berubah ketika istrinya
ditemukan tewas pada 1953. Ia langsung ditetapkan sebagai tersangka
utama dan dihukum seumur hidup. Selama di dalam penjara, ia terus
mengalami tragedi bertubi-tubi. Ibunya tewas bunuh diri, kemudian
disusul ayahnya yang meninggal karena kanker 11 hari kemudian.
Pengadilan
diulang pada 1966 karena ditemukan bukti baru muncul bahwa sang
pembunuh bertangan kidal, sementara Sam tidak. Sam akhirnya
dibebaskan, namun kehidupannya telanjur hancur. Ia mencoba kembali
menjadi dokter bedah, namun selama bertahun-tahun di balik jeruji
besi, ia kehilangan kemampuannya hingga tanpa sengaja membunuh pasien
yang dioperasinya. Ia akhirnya kecanduan minuman beralkohol dan
meninggal karena penyakit liver pada 1970. Barulah pada tahun 2000
diketahui bahwa pria bernama Richard Eberling, yang kala itu
dipenjara karena pembunuhan wanita lain, adalah pelaku sesungguhnya.
Kisah
hidup Sam yang tragis ini kemudian diabadikan menjadi inspirasi
serial televisi “The Fugitive” yang diangkat menjadi film layar
lebar pada 1993 dengan judul yang sama dan dibintangi oleh Harrison
Ford.
4.
Kristine Bunch dan Julie Rea Harper
Kasus
paling menyesakkan bagi gue adalah ketika seorang ibu dituduh
membunuh anaknya sendiri, seperti yang dialami dua wanita dalam dua
kasus yang berbeda ini. Kristine Bunch dituduh membakar anaknya
sendiri yang berusia 3 tahun di dalam mobil. Berdasarkan kesaksian
beberapa ahli, antara lain dua penyidik dan seorang ahli forensik,
disimpulkan bahwa di TKP ditemukan akseleran (bahan bakar yang dapat
mempercepat menyebarnya api) sehingga disimpulkan bahwa kebakaran
tersebut disengaja. Sang ibu kemudian dihukum seumur hidup.
Bertahun-tahun
kemudian, para pengacara menemukan bukti baru, bahwa dalam laporan
polisi awal, sama sekali tidak ditemukan cairan akseleran itu di TKP.
Ternyata, ketiga ahli tersebut sengaja berkonspirasi, karena
keberhasilan mereka mendakwa akan berujung memberikan mereka promosi
atau naik jabatan. Kristine kemudian dibebaskan.
Setelah
dia mendekam selama 17 tahun.
Kisah
sama dialami oleh Julie Rea Harper. Pada 1997, anak berumur 10 tahun
bernama Joel ditikam oleh pembunuh misterius di kamarnya. Sang ibu
yang mendengar teriakan anaknya langsung terbangun dan melawan sang
pembunuh. Sayang, sang pembunuh kabur dan justru sang ibu, yakni
Julie Rea Harper, dituduh sebagai pembunuh anaknya sendiri. Alasannya
karena Julie kala itu sedang terlibat perebutan hak asuh anaknya
dengan mantan suaminya. Iapun dijatuhi hukuman 65 tahun penjara.
Beruntung,
pada 2004, seorang pembunuh berantai bernama Tommy Lynn Sells
terangkap dan mengaku atas pembunuhan itu. Tak hanya itu, tragisnya
setelah penyelidikan kembali dibuka,terbukti bahwa dakwaan Julie kala
itu didasarkan pada kesaksian palsu dan pemalsuan barang bukti.
Bahkan pengadilan dan polisi kala itu mengindahkan laporan forensik
yang menyebutkan luka-luka di tubuh Julie didapat saat melawan sang
pelaku, bukan karena ia melukai dirinya sendiri seperti dugaan
penyelidik.
5.
Sally Clark
Sama
seperti para orang tua yang bernasib naas seperti di atas, Sally
Clark juga dituduh menghabisi dua buah hatinya yang masih kecil,
Christopher dan Harry. Sally dijatuhi hukuman seumur hidup dan
tragisnya, dakwaan itu dijatuhkan karena kesalahan diagnosis dua
orang dokter ahli yang bersaksi saat persidangan. Yang terjadi
sebenarnya, kedua anak tersebut meninggal karena sebab alami yakni
karena infeksi bakteri. Ketika terbongkar, dua dokter tersebut
kehilangan izin prakteknya dan Sally pun dibebaskan. Namun sayang,
kehidupannya sudah telanjur hancur. Selepas dari penjara, Sally
menjadi alkoholik dan akhirnya meninggal dunia karena kecanduannya.
6.
Craig Coley
Ketika
seorang wanita bernama Rhonda Wicht dan putranya yang baru berusia 4
tahun ditemukan tak bernyawa karena dibunuh, langsung saja pihak
berwajib menangkap Craig Coley. Kala itu adalah ia mantan Rhonda,
bahkan masih memegang kunci apartemen mereka. Ia kemudian dijatuhi
hukuman seumur hidup. Ayah Craig, yang juga pensiunan polisi,
berusaha keras membuktikan anaknya tak bersalah, namun tidak berhasil
hingga ajal menjemputnya.
Barulah
ketika seorang detektif bernama Michael Bender merasa curiga akan
kasus itu dan menyelidikinya kembali, akhirnya ditemukan bukti-bukti
bahwa pelaku pembunuhan itu adalah pembunuh berantai bernama Golden
State Killer. Serial killer itu terus beraksi setelah Craig
tertangkap, jadi jelas bukan pria itu pelakunya. Identitas Golden
State Killer hingga kini tak pernah terungkap. Pada 2017, Gubernur
California akhirnya membebaskan Craig dari segala tuduhan.
Namun
kala itu pria tak berdosa itu sudah telanjur mendekam di penjara
selama 39 tahun.
7.
Glen Woodall
Pada
tahun 1987, dua gadis dirampok, diperkosa, dan diculik oleh pria
misterius yang memakai topeng ski bak film-film horor. Glen, yang
kebetulan memiliki fisik yang “mirip” dengan pria bertopeng
itupun dtangkap dan dijatuhi pasal berlapis hingga dijatuhi dua kali
hukuman seumur hidup. Beruntung lima tahun kemudian, berkat
kecanggihan teknologi, tes DNA membuktikan bahwa ia sama sekali tak
bersalah, dan iapun dibebaskan.
Namun
itu bukanlah akhir cerita.
Penyelidikan
lebih jauh membuktikan bahwa penangkapan Glen ternyata berdasar pada
kesalahan yang dilakukan oleh teknis lab bernama Fred Zain.
Celakanya, Fred ternyata tidak kompeten dalam pekerjaannya dan sering
melakukan kekeliruan. Akibat perbuatannya, 134 orang yang tak
bersalah dijebloskan ke dalam penjara atas kejahatan yang tak mereka
lakukan.
8.
Timothy Evans
Salah
satu kasus paling tragis di list ini, Timothy adalah seorang bapak
asal Inggris yang dituduh membunuh putrinya sendiri pada 1949. Pada
tahun 1950, iapun dihukum gantung, walaupun sama sekali tak bersalah.
Penyelidikan yang dilakukan 15 tahun kemudian membuktikan bahwa
pelaku sesungguhnya adalah seorang pembunuh berantai bernama John
Reginald Halliday Christie. Yang tragis, John sendiri adalah saksi
kunci yang memberatkan Timothy saat itu hingga ia dihukum gantung.
Peristiwa ini kemudian mendorong Inggris untuk menghapus hukuman mati
di negaranya.
9.
Michael Lloyd Self
Pada
1971, dua orang gadis ditemukan tak bernyawa di sebuah pantai di
Texas. Seorang pria lokal bernama Michael Lloyd Self ditetapkan
sebagai pelakunya setelah ia menulis surat pengakuan (yang konon
ditulisnya dibawah todongan pistol polisi). Iapun dijatuhi hukuman
seumur hidup.
Pada
1976, dua polisi korup yang menangkap Michael ditangkap karena
perampokan bank dan dihukum penjara. Namun itu belum menjadi
peringatan merah bagi pengadilan bahwa sesuatu yang tidak beres
sedang terjadi. Seorang pembunuh berantai bernama Edward Howard Bell
akhirnya mengakui bahwa ia-lah yang membunuh kedua gadis itu. Namun
sayang, Michael sudah keburu meninggal dalam penjara akibat kanker
dan tak pernah menghirup udara bebas yang seharusnya menjadi hak-nya.
10.
Atefeh Sahaaleh
Kisah
tragis ini tak hanya didasari oleh sistem penegak keadilan yang
korup, namun juga prejudice tak adil terhadap wanita dan kungkungan
adat yang ketat. Kasus ini terjadi di Iran ada 2004 dimana seorang
gadis berusia 16 tahun bernama Atefeh Sahaaleh dituduh melakukan
perzinahan dengan lelaki yang lebih tua, yakni Ali Darabi yang kala
itu berusia 51 tahun dan sudah menikah.
Padahal
kenyataannya, Atefeh mengaku diperkosa selama 3 tahun oleh pria bejat
itu. Keadilan sepertinya menutup mata baginya, sebab di penjara
justru Atefah disiksa supaya mengaku bahwa ia berzinah, kemudian
dihukum mati. Sedangkan Ali, pria yang memperkosanya selama
bertahun-tahun hanya dihukum 95 kali cambukan.
Kezam hukum dunia
ReplyDeleteTapi Tuhan maha Adil