Setelah berkunjung ke tiga gereja bersejarah di Jakarta, yaitu Katedral, gereja St. Theresia, dan gereja Maria de Fatima, target berikutnya adalah gereja St. Yoseph Matraman. Gereja ini terletak di kawasan Matraman, yang konon diberi nama seperti itu karena daerah ini dulu merupakan benteng pertahanan yang dijaga prajurit Mataram. Nah, di sini aku sempat mengikuti misa hari Minggu dan kalo boleh jujur, aku agak kecewa sebab bagian dalam gereja bersejarah ini sudah dipugar sehingga mungkin sudah jauh berbeda dengan kondisi aslinya.
Gereja Matraman ini cukup jauh dari lokasiku berada. Dari Harmoni, aku harus naik busway jurusan PGC yang juga biasa kunaiki saat aku hendak ke Katedral. Namun jika biasanya aku turun di Juanda yang cuma sela 2 halte dari Harmoni, kali ini perjalanan yang kutempuh lebih jauh. Begitu melewati halte Pasar Baru, aku langsung shock, “Buseeeet banyak banget bangunan kunonya...bagus2 lagi!!!” Langsung deh jadi incaran acara jalan2ku yang berikutnya hehehe. Nah, di jalan Matraman, aku turun di halte Slamet Riyadi, tepat di depan gereja St. Yoseph.
Dari luar arsitektur gereja ini sangat unik. Aku sih nggak tahu nama gayanya, mungkin aja art deco ya. Namun begitu masuk ke dalam, langsung terasa perbedaannya. Terasa banget kalo gereja ini sudah direnovasi. Soalnya bagian lantainya aja udah dikeramik, mewah lagi keramiknya. Padahal mungkina ja dulu gereja ini memiliki ubin buatan Belanda yang biasanya motifnya menarik. Bagian langit2 juga udah direnov dengan kayu2 nggak jelas. Bagus sih sebenarnya, tapi aku lebih merasa masuk ke gereja modern daripada ke gereja bersejarah (which is not what I’m looking for actually).
Nah, aku pernah baca keunikan gereja ini adalah letak altar gereja yang miring (agak serong ke kiri). Sekilas aku lihat sepertinya ada bangunan tambahan dengan balkon di sebelah kiri bangunan. Sepertinya sih itu hasil renovasi juga untuk mengakomodasi jumlah umat yang makin bertambah. Gereja ini seperti gereja pada umumnya dihiasi dengan kaca2 patri berwarna-warni yang indah. Oya selain itu di sini juga terdapat rose window di atas pintu masuk sebelah samping gereja yang menurutku juga sangat bagus. Inilah bagian dalam gereja yang kufoto seusai misa.
Dekor langit2 bagian altar sangat magnificent ya? Oya kalo boleh curhat nih, tempat duduknya juga nggak ergonomis banget. Udah dudukannya keras, bagian sandarannya juga malah bikin punggung sakit, hu’uh *heran nih anak ngeluh terus dari tadi* Tapi yang kusuka dari gereja ini adalah suasananya yang adem (padahal nggak ada AC-nya, mungkin karena arsitektur gereja ini yang luas) dan umatnya yang sangat “diverse” alias beraneka ragam. Oya yang unik lagi di pintu samping gereja ini ada pintu cowboy lho, tuh pintu yang kayak di film2 cowboy. Hahaha ada2 saja.
Ini dia eksterior gerea. Menaranya gagah banget ya?
Seperti biasa, yang namanya gereja pasti di sampingnya ada sekolah Katolik. Seperti yang satu ini, di samping gereja terdapat sekolah Marsudirini.
Setelah puas menikmati gereja St. Yoseph, rasanya nggak pas kalo aku langsung puas. Aku lalu beranjak ke halte Slamet Riyadi untuk membeli tiket busway ke halte Salemba-Carolus. Di sepanjang perjalanan berangkat tadi aku melirik dua bangunan kuno yang sempat menarik perhatianku, yaitu Museum Nasional dan Fakultas Kedokteran UI. Nah, begitu turun di halte Salemba-Carolus, aku seperti biasa naek jembatan penyeberangan lalu bertemu dengan satpam berpakaian rapi dan kemudian aku turun naik eskalator ke bawah. Begitu sampai di bawah, aku lalu menengok dan bergumam.
“Kok sepertinya halte ini agak berlebihan.”
Hiaaaaa...kok ada tangga berjalan di sini?????? Baru nyadar. Pantesan tadi nggak pake ngelangkah aja tiba2 dah langsung nyampe bawah hahaha. Ternyata kuliat2 ada plakat yang menyebutkan kalo ini kerjaan pak Jokowi. Duh pak, di setiap halte kali pak, capek tau jembatannya pada panjang2 banget hiks.
Di samping halte ada gedung aneh banget namanya The Capitol Park. Kirain taman gitu tapi ternyata kantor pemasaran apartemen. Jadi heran, banyak banget salah kaprah akhir2 ini. Kayak nama Plaza dan Square dijadiin nama mall. Padahal artinya yang sebenarnya dalam bahasa Inggris kan lapangan. Emang di negara Barat sana lapangan itu biasa dijadikan tempat jual beli alias pasar. Tapi aneh juga kan kalo ada gedung namanya titik2 Mall atau Square, padahal nggak ada lapangan terbukanya. Ini namanya Park nggak ada tamannya, malah apartemen. Duh, ada nggak ngerti bahasa Inggris kali ya yang buat? Tapi bangunannya emang unik dan eye-catching banget sih.
Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya aku menemukan Gedung Perpustakaan Nasional.
Sayang hari Minggu tutup (lagian juga nggak ada niat masuk ke sana), jadi aku balik lagi untuk menuju gedung fakultas kedokteran UI di Salemba. Nah setelah menyeberang jalan, akhirnya bertemu juga dengan pagar yang bersimbol UI ini. Wah, kedokteran UI ya, dahsyat. Orang kayak aku sih kayaknya mau reinkarnasi ampe 63 kali juga nggak bakal bisa lolos SMPB keterima di sini hahaha.
Oya denger2 fakultas kedokteran mau dipindah ke Depok terus bangunan ini jadi pascasarjana. Wah sayang juga ya kalo kejadian, nuansa sejarahnya jadi luntur dong. Padahal tentu anak2 FKUI berbangga selain pinter juga bisa eksklusif kuliah di gedung peninggalan Belanda (tapi tau juga ding angker apa nggak hahaha).
Di sampingnya juga terdapat masjid FKUI ini. Masjidnya dahsyat juga.
Nah, dalam perjalanan pulangpun aku masih menemukan hal yang menarik. Di halte Kramat Sentiong aku menemukan kantor sebuah ormas Islam yang sangat kuhormati, yaitu NU. Tak jauh dari kantor NU terdapat pula kantor GP Anshor yang berdampingan dengan sebuah sekolah Katolik, Santo Fransiskus. Dalam hati sih aku nggak merasa heran, soalnya GP Anshor memang adalah ormas Islam yang dikenal sangat toleran terhadap pemeluk agama lain. Bahkan mereka juga sering kudengar membantu menjaga keamanan ibadah umat Kristiani saat perayaan Paskah maupun Natal. Oya, aku juga melewati rumah tua yang ternyata adalah gedung Sumpah Pemuda. Sayang jaraknya lumayan jauh dari halte Busway. Kapan2 pengen ke sana sambil belajar sejarah juga hahaha.
Rencana berikutnya adalah mengunjungi Gereja Regina Caeli Pantai Indah Kapuk. Bukan gereja tua sih tapi arsitekturnya nggak nguatin hehehe. Wish me luck guys.
Saya misa disitu, itu paroki saya, dan saya tinggal di belakang gereja. Hehehe..
ReplyDeleteNgomong" sekarang udh di renov lagi hehe jd tambah modern dan dingin.. hehe
Apa sih ?
Delete