Pengertian kubah adalah separuh bola berongga yang menghiasi atap atau bagian atas sebuah bangunan. Begitu mendengar kata bangunan kubah, mungkin yang terlintas di pikiran kita adalah bangunan masjid. Namun sejak ratusan tahun sebelum agama Islam muncul pun, sebenarnya umat Kristen sudah lama mengenal bahkan menggunakan kubah sebagai bagian dari arsitektur gereja. Seperti yang bisa kita lihat di gambar yang saya pilih di atas, dimana masjid berkubah terkenal Dome of The Rock (menurutku pribadi adalah masjid terindah di dunia) yang berdampingan dengan damai dengan sebuah gereja berkubah di Yerusalem.
Nah, apa saja perbedaan antara kubah pada gereja yang berarsitektur Barat dengan kubah dalam arsitektur Islam? Nah di postingan ini aku akan mencoba membahasnya.
Penggunaan kubah sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu sudah dikenal oleh bangsa2 yang tersebar di muka bumi ini. Manusia purba membangun rumah berbentuk kubah yang konon disangga dengan tanduk2 mammoth (gajah purba yang gadingnya melengkung) dan ditutupi dengan anyaman daun2. Suku Eskimo yang tinggal di kutub pun sudah mengenal bangunan berbentuk kubah yang disebut igloo.
Bahkan bangsa India juga mengenal kubah, contohnya pada stupa Sanchi.
Namun penggunaan kubah secara ekstensif sebagai bangunan berukuran masif baru dikembangkan oleh bangsa Romawi. Bangunan berkubah peninggalan Romawi yang hingga kini masih bisa dilihat secara utuh adalah Pantheon. Kubah Pantheon ini masih sangat sederhana dan uniknya dilengkapi dengan mata atau “oculus” pada bagian atas sebagai tempat masuknya cahaya dan udara.
Setelah Kekaisaran Romawi yang semula menganut pagan (menyembah para dewa) mengakui agama Kristen sebagai agama negara, gaya arsitektur kuil2 berkubah kemudian diadopsi menjadi bagian arsitektur gereja2 Kristen. Sejarah berlanjut ketika pada masa pemerintahan Kaisar Konstantin, kekaisaran Romawi terpecah menjadi dua, yaitu Romawi Barat dan Romawi Timur. Pada tahun 330, kota Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki) didirikan sebagai ibu kota Romawi Timur. Sedangkan ibu kota yang lama, Roma, menjadi ibu kota Romawi Barat. Gereja2 yang berada di Romawi Barat kemudian disebut sebagai Katolik, sedangkan gereja2 di Romawi Timur disebut sebagai Kristen Ortodoks.
Kedua aliran agama Kristen tersebut kemudian mengembangkan gaya arsitektur yang berbeda untuk membangun gereja2nya. Gereja Katolik pada awalnya lebih suka membangun gereja dalam bentuk basilika (berbentuk salib memanjang) tanpa menggunakan kubah, sedangkan gereja Ortodoks lebih menyukai gereja berbentuk sentris yang menggunakan kubah. Gereja Ortodoks berkubah paling terkenal adalah Katedral Hagia Sophia (Holy Wisdom).
Pada 1453, Konstantinopel jatuh ke tangan Islam. Umat Muslim kemudian mengadopsi gaya arsitektur gereja berkubah yang disebut Byzantine untuk membangun masjid2nya. Maka dikenallah masjid2 bergaya Ottoman (gaya arsitektur campuran Islam-Byzantine), yang paling terkenal adalah Gereja Biru atau Blue Mosque di Istanbul, Turki.
Namun jauh sebelum itu, umat Muslim juga sudah tidak asing lagi dengan kubah. Pada 691, umat Muslim membangun Dome of Rock di Yerusalem, tepat di atas lokasi dimana peristiwa Isra Mi’raj terjadi. Masjid berkubah ini konon terinspirasi dengan Gereja Makam Suci atau Church of Holy Sepulchre, yaitu gereja tersuci umat Kristen yang dibangun tepat di atas lokasi disalibkannya dan dimakamkannya Yesus Kristus.
Di dalam gereja Katolik sendiri, kubah terkenal di daratan Eropa pada masa Renaissance di abad ke-13, dimana para arsitek Eropa kembali tertarik dengan konsep2 bangunan klasik ala Romawi. Kubah paling terkenal saat itu adalah kubah Katedral Santa Maria del Fiore di Florence (Firenze), Italia. Disusul dengan pembangunan gereja terbesar di dunia, yaitu Basilika St. Peter di Vatikan, Roma. Jenis arsitektur Barat yang menggunakan kubah adalah arsitektur neo-klasik, Baroque (barok), bahkan gotik.
Nah, dari paparan di atas, kita tahu bahwa kubah digunakan oleh tiga agama berbeda, yaitu Islam, Kristen Ortodoks, dan Katolik secara berdampingan. Namun tentu saja ketiga agama tersebut memiliki ciri khas dalam membangun kubahnya.
1. Kubah gereja2 Katolik memiliki lantern (hiasan pada pucuk kubah) yang tidak dimiliki kubah dalam arsitektur Islam maupun Ortodoks. Lantern selain berguna untuk menambah estetika kubah, juga berfungsi untuk menambah pencahayaan. Di atas lantern, umumnya diberikan kubah tambahan yang berukuran kecil yang disebut cupola.
2. Kubah gereja Katolik dan Ortodoks umumnya memiliki bagian penyangga yang berbentuk silinder yang disebut drum atau tholobate yang sangat jelas kentara, sedangkan drum pada kubah berarsitektur Islam sangat pendek atau tampak menyatu dengan kubahnya sendiri.
Pada gambar di atas, 1 adalah cupola, 2 adalah lantern, 3 adalah kubah, dan 4 adalah drum (tholobate). Contohnya pada kubah Katedral St. Paul di London. Perhatikan adanya lantern pada puncak serta tholobate berpilar yang menyangga kubah. Keduanya merupakan ciri khas kubah Barat yang tidak ditemukan pada kubah Islam.
3. Kubah gereja Katolik umumnya memiliki lubang2 yang disebut oculus (bulls-eye) pada tepi2nya untuk menambah pencahayaan. Sedangkan semua bagian kubah pada kubah Islam dan Kristen Ortodoks padat dan rapat tanpa satupun bagian berlubang.
4. Kubah gereja Katolik umumnya berbentuk bulat, sedangkan kubah pada arsitektur Islam dan Ortodoks umumnya memiliki kubah berbentuk umbi bawang (onion dome). Konon, gereja Ortodoks menggunakan bentuk kubah umbi bawang karena mirip dengan nyala api pada lilin. Dalam agama Kristen, lilin adalah salah satu sarana peribadatan yang penting. Yesus yang menjadi junjungan umat Kristen pun sering digambarkan sebagai lilin yang mengorbankan dirinya untuk menerangi dunia. Kubah onion dome keduanya pun tak sama. Umumnya masjid hanya memiliki satu kubah utama, sedangkan gereja Ortodoks memiliki banyak kubah.
Bentuk kubah juga bermacam-macam tergantung gaya arsitektur dan daerahnya.
1. Kubah belahan (hemispherical dome), kubah inilah yang umumnya dijumpai dalam gereja atau bangunan berarsitektur Barat. Kubah ini berbentuk setengah lingkaran sempurna dengan tholobate berbentuk silinder (melingkar), misalnya kubah Basilika St. Peter.
2. Kubah oktagonal, yaitu kubah yang jika dilihat masih mempertahankan bentuk rusuknya yang bersegi. Bagian tholobatenya juga memiliki sisi, tidak seperti drum pada kubah hemispherical yang berbentuk silinder sempurna. Contohnya adalah kubah Katedral Florence.
3. Kubah piring (saucer dome), yaitu kubah yang berbentuk seperti piring terbalik (menelungkup). Kubah jenis ini sangat sering digunakan pada gereja bergaya Byzantine (contohnya Hagia Sophia) dan masjid bergaya Ottoman.
4. Kubah layar (sail dome/pendetive dome), yaitu kubah yang sangat khas pada gaya arsitektur Byzantine (Kristen Orotodoks), dimana pada bagian atas tholobatenya terdapat bagian setengah lingkaran yang menyangga kubah. Akibatnya, jika dilihat dari bawah, bagian dalam kubah tampak seperti layar yang dikembangkan di keempat sisinya.
5. Kubah payung (umbrella dome), kubah jenis ini masih menampakkan rusuk2 vertikalnya. Contohnya sangat banyak, seperti kubah Basilika St. Peter, kubah Katedral Florence, serta kubah Hagia Sophia. Kubah2 Islam umumnya jarang menerapkan kubah bergaya seperti ini. Biasanya kubah masjid lebih polos dan permukaannya lebih halus tanpa menunjukkan rusuk2nya. Terkecuali tentu saja Dome of the Rock dan masjid2 bergaya Ottoman sebab gaya kubahnya masih sangat dipengaruhi kubah bergaya Kristen.
6. Kubah umbi bawang (onion dome), kubah ini merupakan ciri khas arsitektur Islam dan Kristen Ortodoks. Contohnya seperti Masjid Shah di Iran dan Taj Mahal di India.
Katedral St Petersburg memiliki banyak kubah berbentuk umbi bawang yang berwarna-warni.
7. Kubah bentuk buah pir (pear shaped dome), kubah jenis ini sangat khas ditemukan pada gereja2 Kristen Ortodoks di Ukraina dan wilayah Eropa Timur lainnya. Sesuai namanya, bentuknya menyerupai buah pir. Namun berbeda dengan jenis kubah yang lain, kubah ini jarang diterapkan dalam ukuran besar dan umumnya digunakan sebagai kubah pada puncak menara. Contohnya pada St. Michael Golden Dome Monastery di Kiev, Ukraina.
8. Kubah tunas (bud dome), kubah ini hanya ditemukan pada gaya arsitektur Baroque, berupa kubah yang memiliki “tunas” berupa kubah berbentuk umbi bawang yang lebih kecil pada bagian atasnya. Misalnya pada Katedral St. Andrew di Kiev, Ukraina.
9. Kubah berbentuk lonceng (bell shaped dome), kubah ini tampak seperti lonceng yang ditelungkupkan. Kubah berbentuk lonceng ini sangat jarang dijumpai, misalnya kubah Katedral Dresden, Jerman.
10. Kubah bentuk melon (melon dome), kubah ini sangat unik sebab berbentuk seperti buah semangka/melon. Kubah ini sangat khas terdapat pada kubah2 masjid di Asia Tengah. Contohnya yang terkenal adalah kubah Masjid Agung St. Petersburg di Rusia yang merupakan masjid terbesar di Eropa.
Namun secara keseluruhan, kubah bergaya Islam lebih memiliki nilai plus, yaitu pada dekorasi interiornya yang umumnya sangat menakjubkan dengan detail2 geometrisnya. Berikut ini adalah interior beberapa kubah paling terkenal di dunia.
Kubah Basilika St. Peter
Kubah Dome of Rock
Kubah Taj Mahal
Kubah Masjid Shah (Iran)
Kubah Istana Alhambra (Granada, Spanyol)
Kubah Madrasah Tilla Kari Uzbekistan)
Nah, demikianlah ulasanku tentang penggunaan kubah dalam arsitektur Islam dan Kristen. Silakan menambahi di comment apabila ada tambahan. Toh saya sebenarnya tak punya gelar di bidang arsitektur atau seni, namun hanya penggemar amatiran saja.
Tulisannya keren. Mohon maaf, ini dari rferensi buku apa ya?
ReplyDeleteThanks
izin share boz...
ReplyDeletedome of the rock bukan masjid tapi isibya batu as sakhra / batu nabi yakub / jacob / ishrael
ReplyDeleteummat islam ga pernah sholat disitu.
justru itu dibangun kubbah pada era kekhalifahan bukan sebelum Islam...
saya pernah ke sana
"F"
yup ... aku prnh baca, istilahnya "shrine" kan atau tempat menyimpan relik?
DeleteARSITEKTUR YANG MENARIK DARI SEBUAH KUBAH MASJID...UNTUK INFO PEMESANAN KUBAH MASJID SILAHKAN KUNJUNGI WEBSITE KAMI DI kubahmasjid123.com
ReplyDeleteItu bukannya katedral st basil ya?
ReplyDelete