Thursday, January 28, 2016

LEAGUE OF CREEPYPASTA: EPILOGUE

 

LEAGUE OF CREEPYPASTA: WARS OF PHOENIX

EPILOGUE

DEUS EX MACHINA

 

LEAGUE

 

Jeff hanya tertawa miris ketika ia akhirnya sampai di tempat yang aman, cukup jauh bagi dari pondok terkutuk itu. Ia mencabut trisula yang menancap di bahunya sambil berpikir bagaimana ia baru saja diselamatkan oleh musuh besarnya, benar-benar ironi.

Namun lihat sisi baiknya. Kini ia tak memiliki pesaing. Semua karakter creepypasta yang semenjak dulu berebut gelar dengannya kini telah mati; bahkan Slenderman, arch-nemesisnya. Kini ia adalah karakter Creepypasta paling mengerikan, takkan ada yang meragukannya lagi. Dan sebagai bonusnya, ia kini bebas dari gangguan Jane, gadis psikopat yang selalu mengejar cintanya itu.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat.

“Siapa itu?” Jeff menoleh. Apa orang-orang yang mengejarnya itu masih tersisa?

“Hai Jeff ...” sosok itu makin mendekat.

Mata Jeff yang tak memiliki kelopak itu membelalak terkejut ketika melihat sosok di depannya.

“Ka ... kau ...”

Monster mengerikan itu terlihat dijahit dari bagian-bagian tubuh saingannya. Kepalanya tak berwajah, ciri khas Slenderman. Sementara itu tubuhnya tampak mengenakan kostum badut dengan bekas jahitan dimana-mana. Tangan kirinya berwarna pucat dengan cakar di tiap jemarinya, sementara tangan kanannya menyatu dengan kepala anjing yang tengah menyeringai di ujungnya. Dan kedua kakinya ... kedua kakinya dijahit terbalik sehingga lutut dan telapak kakinya mengarah ke belakang.

“Apa kau mencintaiku sekarang?”

“Pegi dariku!!! Ti ... TIDAAAAAAK!!!!”

Teriakan Jeff akhirnya hilang ditelan hutan itu.

***

 

Roger melajukan mobilnya memasuki kota. Apa yang akan ia lakukan selanjutnya? Melaporkan semua yang terjadi malam ini pada Komandan Cade? Lalu apa? Apa yang bisa mereka lakukan?

Roger menoleh sebentar ke mesin yang kini berada di kursi belakang mobilnya, lalu kembali menatap ke jalanan di depannya.

Cauldron, begitu tadi mereka menyebutnya.” bisiknya dalam hati. Ia telah melihat dengan kepalanya sendiri bagaimana mesin itu bekerja. Bagaimana ia menyatukan potongan-potongan monster itu dan menghidupkannya. “Apa yang akan kulakukan dengan benda itu?”

Roger menghentikan mobilnya di depan McD. Ia lapar, ia harus berhenti sebentar untuk makan. Tiba-tiba matanya membelalak ketika melihat seorang gadis muda berambut pirang lewat di depannya.

Gadis itu ... gadis itu seumuran dengan Nadia ketika ia meninggal. Dalam benak Roger kembali terbayang wajah putri yang amat dicintainya itu. Dulu ia akan melakukan apa saja untuk mengejar pembunuhnya dan membuatnya merasakan balasan yang setimpal atas kejahatannya. Namun kini tujuan hidupnya telah berubah.

Ia akan melakukan apapun untuk mengembalikan Nadia.

Yang ia perlukan hanyalah bahan-bahan yang tepat.

Ia menatap gadis itu. Wajahnya ... ya wajahnya amat mirip dengan milik Nadia, walau bagian-bagian tubuhnya yang lain tak begitu mirip. Tak masalah, ia tinggal mencari bagian-bagian yang lain. Ia tahu pasti ada yang lebih mirip dengan milik putrinya di luar sana.

Roger keluar dan menghampiri gadis itu, “Hei, Nona ... bisa bantu aku sebentar?”

***

 

–– Aku hanya bisa menatap jasad putriku. Mantan kepala polisi itu telah mencuri alatku. Namun itu tak masalah. Untukku, membuat cauldron kembali semudah membalik telapak tangan. Aku kemudian menurunkan salah satu koleksiku, seekor kucing hitam yang mampu membangkitkan semua mayat yang dilompatinya.

–– Aku tersenyum. Malam ini telah terbukti bahwa semuanya berjalan sesuai teoriku. Memang tak seperti rencana awalku, namun Phoenix telah bangkit. Itu sudah cukup.

–– “Bagaimana, Profesor?” tanya salah satu pegawaiku. “Phoenix telah diutus untuk menemukan Jeff. Tinggal menunggu waktu hingga ia ditemukan dan ia akan menjadi salah satu koleksi kita.”

–– “Koleksi?” aku terheran-heran, “Makhluk seindah itu jelas lebih dari sekedar koleksi. Inilah masalah kalian. Sejak dahulu kalian menganggap spesimen yang kita tangkap dan jaga hanyalah sekedar objek. Namun aku menganggap mereka lebih daripada itu.”

–– Sembari mendorong kursi rodaku, aku keluar dari kabin itu menuju ke helikopter yang menantiku. Karena umurku, denyut jantungku memang sangat lemah sehingga tak heran mereka tadi mengira diriku sudah meninggal. Padahal selama ini aku mengawasi pertarungan mereka dari dekat. Kakek pemilik kabin tua, ia terkikik, begitu mereka mengiranya.

–– Aku kembali teringat visi misi organisasi yang kupimpin dan meninggalkan pesan terakhirku bagi para bawahanku yang masih berada di sana, “Jika kalian berhasil mendapatkan Jeff, ingat motto kita: Secure, Contain, Protect. Jangan lupakan itu!”

 

NEVER ENDS

17 comments:

  1. Wanjirr jadi si kakek itu pemimpin organisasi SCP, nice sekaleh... Bang.

    ReplyDelete
  2. Btw who's phoenix? Dan bagaimana ceritanya dia bisa bangkit?

    ReplyDelete
  3. Yey, selesai!
    And never ends? Uh, itu juga sangat mengerikan, Kak Dave.

    ReplyDelete
  4. Ternyata kakek yang di kursi roda -_____-

    ReplyDelete
  5. salam kenal bang dave, baru bisa komen nih setelah sekian lama silent reader :)

    ReplyDelete
  6. Salam kenal bang dave, btw bang dave alumni smansa kan?? Saya temen sekelasnya lukman

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga. iyak gw alumni smansa hahaha tapi produk gagal hiks

      Delete
  7. Sekarang gantian Roger yang mau mengembalikan Nadia! Tinggal cari bahan-bahannya terus disatukan! Jadi ceritanya si Roger sekarang terobsesi membangkitkan putrinya(?)
    Keren seperti biasa, bang Dave! Ceritain tentang bagaimana Roger mendapatkan 'bahan-bahan' untuk putrinya ya! :D
    Ngomong-ngomong itu si kakek udah di kursi roda bukannya inget umur malah bikin percobaan gila kayak gitu *salah fokus* :v

    -Nzesk-

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini franzeska bukan siiiiih???

      Delete
    2. Iya, bang Dave. Akhirmya masih ada juga yang ingat aku *hiks

      Delete
  8. Menurut saya, ceritanya menarik bagaimana membayangkan 'membunuh pembunuh'... eksekusi dari awal sampe chapter 2 berhasil membangkitkan suasana tegang, karena jalinan narasi dan adegan demi adegan yang disusun sedemikian rupa. Namun chapter 3 dan juga epilog ini seperti antiklimaks untuk jalan ceritanya sendiri.
    Menurut saya, bangkitnya Phoenix adalah sesuatu yang sejak awal ditunggu2 dan memang adalah hal poin utama tetapi di sini phoenix bangkit dengan cara yang 'terlalu biasa' sehingga saya pribadi sedikit kecewa walaupun twist di endingnya sedikit mengobati.
    Saya berharap ada lanjutan mengenai kehidupan si Phoenix menjadi teror yang mengerikan nantinya

    Keep writing ^^

    ReplyDelete
  9. Scp sialan
    Aku cuma nebak pelakunya Marie

    ReplyDelete
  10. ANJIIIRREEE KAKEK TUA ITU ASTAGFURULLAH... -_-
    KAKEK< AKU MAU BERGABUNG DENGAN SCPMU KAKEK

    ReplyDelete
  11. akhir dari awal
    dan
    awal dari akhir

    ReplyDelete