Sunday, December 4, 2016

SCP PARK: BEAST PROTOCOL – CHAPTER 3

 

SECURE CONTAIN PROTECT VS LEAGUE OF CREEPYPASTA

WHICH SIDE YOU’RE ON?

 

“It’s so strange that autumn is so beautiful. Yet everything is dying.”

– Anonymous

 

LOKASI: FASILITAS RAHASIA SCP PARK

“Apa yang kau beli, Holden?” tanya Quinn penasaran. Semenjak tadi anak itu tampaknya lebih akrab bersama Toby.

Ia menunjukkannya dengan riang, “Lihat ini! Telur siput naga Dr. Wondertainment™!” serunya girang.

Quinn hanya mengerutkan dahi melihat benda warna-warni yang terlihat seperti telur paskah itu. Ia tak yakin dari dalamnya akan menetas seekor siput yang bisa menyemburkan api.

“Kau yakin membelikan benda itu untuk anak kecil?” tanya Rigel, “Satu hal yang jelas kudapatkan dari forum Deep Web adalah ‘JANGAN PERNAH MEMBAWA PULANG APAPUN DARI SCP PARK!’.”

“Produk Dr. Wondertainment memang aneh, namun yang ini takkan berbahaya untuknya.” kata Toby sambil tersenyum, “Walaupun memang ada beberapa produknya yang seharusnya tak boleh dijual.”

“Kau juga pernah bermain dengan mainannya sewaktu kecil?”

Toby mengangguk.

“Pemuda ini amat pemalu,”, pikir Quinn. “Tapi paling tidak kami bisa berkomunikasi dengan baik. Jarang sekali ini terjadi padaku. Sejauh ini, hanya Alice yang benar-benar mengerti diriku.”

“Dr. Wondertainment™ pernah meluncurkan produk bernama ‘Blood Sculpting Kit’ yang berisi sebuah silet dan cetakan yang ajaib.” pemuda itu mulai bercerita.

“Ajaib?” Quinn mulai tertarik, “Ajaib bagaimana?”

“Jika kita mengiris tubuh kita dengan silet itu, kemudian darah yang keluar dari luka tersebut dibentuk dengan cetakan berbentuk manusia dan dibiarkan mengering. Setelah mengeras maka darah itu akan membentuk sebuah boneka yang hidup.”

“Hidup?”

“Ya, ia akan menjadi teman kita, bermain dengan kita, namun hanya selama 3 jam. Setelah itu, ia akan kembali menjadi darah beku biasa.”

“Itu terdengar menyenangkan ...”

“Sekaligus menyakitkan. Aku tak bisa membayangkan betapa kesepiannya seorang anak hingga tega melukai dirinya dan mengucurkan darahnya, kadang terus-menerus, hanya agar memiliki seorang teman untuk diajak bermain.”

Nada sedih Toby saat mengatakannya membuat Quinn menyadari beberapa bekas luka sayatan di kedua tangannya.

“Hei, lihat!” seru Rufus,”Itu salah satu koleksi SCP favoritku!”

Quinn, Holden, Toby, dan Rigel segera menyusulnya.

“Inilah SCP 999 ... “ Rufus tampak bermain-main dengan massa jelly transparan berwarna orange yang bergerak-gerak sesuai dengan elusan tangannya seperti seekor anjing, “Aku suka bermain dengannya.”

999

“AAARGH!” keluh Rigel, “Bukan ini alasanku membayar mahal untuk masuk ke SCP Park. Aku mau melihat Doctor Plague! Aku mau melihat Headlights! Aku ingin melihat The Reptile, The Sculpture, semua koleksi Keter!”

“Membayar mahal?” Quinn hanya terkekeh, “Kau kan masuk ke sini dengan gratis,”

“Kurasa itu mustahil, bro!” ujar Rufus, “Yang boleh diperlihatkan pada pengunjung di sini hanya koleksi berkategori Safe.”

“Ah, itu tidak seru!” sergah Rigel, “Tak bisakah kau melakukan sesuatu?”

“Ya, aku ingin masuk ke dalam fasilitas rahasia SCP.” tambah Quinn. Namun tujuannya tentulah untuk mencari keberadaan Alice. “Bagaimana denganmu, Toby?” tanyanya sembari menoleh ke pemuda itu. “Kau juga kan?”

“Oh, iya ...” balas Toby terkejut, “Aku ingin melihat koleksi terbaru kalian jika boleh.”

Rufus menghela napasnya, “Aku sendiri sebenarnya juga ingin, namun itu melanggar peraturan.”

Ia lalu menoleh ke pintu besi berwarna merah di belakangnya. Ada tulisan “NO ENTRANCE!!!” terpampang di sana. Hasratnya untuk melihat apa yang ada di balik pintu itu terlalu kuat.

“Ah, persetan! Ayo kita masuk ke sana!”

 

***

CONTAINMENT BREACH! CONTAINMENT BREACH!!!” sirine segera berbunyi dengan nyaring di ruang makan. Semua personil segera bersiap, termasuk Letnan Dragan, Sersan Cross, dan Sersan Favreux.

“Sial! Kuharap bukan Thaumiel yang lepas!” Daniel segera buru-buru menghabiskan makanan, sementara Emile dengan tenang menyiapkan senjatanya.

“Izinkan aku membantu kalian!” Cain berdiri, namun Zlatan menahannya.

“Kuhargai niat baikmu, namun kami bisa mengatasinya. Kembalilah ke kamarmu sekarang, Cain!”

Cain dengan lesu menurutinya, sementara ketiga tentara itu segera berlari ke arah darimana sirine itu berasal.

Dr. Lethe menatap kepergian ketiga tentara itu dari balik jendela kaca kantornya, lalu bergegas menemui Dr. Wondertainment yang sedang asyik bermain kartu di mejanya.

“BAGAIMANA INI? JEFF KABUR!” sergah wanita itu dengan panik.

Dr. Wondertainment hanya tersenyum sembari masih mengocok kartu reminya.

“Kalau begitu, lepaskan Phoenix!”

***

 

Suasana kepanikan yang menelan ruang staff SCP menyebabkan tak seorangpun menyadari seorang wanita menyusup dan berjalan di antara mereka dengan santainya.

“JEFF THE KILLER LOLOS! DAN PHOENIX DILEPASKAN!!!”

Semua orang langsung menjerit dan berlarian mendengar berita buruk itu.

“Menarik sekali.” gadis itu tersenyum, “Jadi Jeff lolos?”

Ia mengangkat pedang yang dibawanya.

“Ia akan menjadi mangsaku yang pertama.”

***

 

Suara sirine itu sama sekali tak terdengar oleh Quinn dkk yang tengah menyusup di ruang karantina level Euclid dan Keter. Mereka berlima mengendap-endap dan menemukan sebuah sangkar di langit-langit.

THE HIVE 406

“Ew, apa itu? Menjijikkan sekali? Seperti sarang lebah?” tunjuk Rigel pada sesuatu yang berlendir dan menggantung di langit-langit. Iapun membaca label yang menempel pada benda itu, “Tulisannya SCP 906. Apa ini Keter?”

“Kurasa tak sebaiknya kita di sini,” Toby tiba-tiba berkata, “Perasaanku tidak enak.”

“Ah, kau ini penakut sekali.” ejek Rufus, “Bukankah kau tadi yang ingin masuk ke sini.”

“Aku hanya ingin mencari keterangan tentang koleksi baru SCP. Aku ingin tahu apakah ada sesuatu yang dimasukkan ke sini ... semacam tentakel?”

“Tentakel? Apa yang kau maksud?” Quinn keheranan.

“Kurasa ada sesuatu yang tinggal di dalamnya.” Rufus sama sekali tak memperhatikan perkataan Toby dan mulai menyodok-nyodok sarang di atasnya dengan ujung sapu yang ia temukan di lantai.

“Hei! Apa yang kau lakukan?!” cegah Toby, “Itu bisa berbahaya!”

“Tenanglah, ini hanya ... AAAAAARGH!!!!” jeritnya ketika sarang itu tiba-tiba jatuh dan mengenai kepalanya.

“Rufus!” jerit Quinn.

“Tidak! Jangan dekati dia!” Toby tiba-tiba langsung menarik Quinn menjauhi tubuh pemuda itu. Mata mereka membelalak ketika mereka melihat makhluk-makhluk kecil keluar dari dalam sangkar itu dan menjalari tubuh pemandu wisata itu.

“A ... apa itu?” jerit Quinn.

“I ... itu semacam cacing yang amat kecil ...” pekik Holden, “”Dari phylum Platyhelminthes.”

Quinn terkejut mendengar kecerdasan bocah itu. Selama ini ia hanya menganggapnya sebagai anak kecil biasa.

“A ... apa itu parasit?” tanya Rigel ketakutan.

“Lebih buruk lagi,” jawab Holden sambil memeluk erat-erat telur siput naganya, “Makhluk itu predator.”

Mereka mengernyit ketakutan tanpa bisa berbuat apa-apa ketika kerumunan cacing itu mulai menghabiskan tubuh Rufus, memangsanya dari luar hingga dagingnya terlihat. Dalam waktu singkat, daging itupun habis dicernanya dan menyisakan tulang belulang yang masih terikat bak kerangka yang ada di laboratorium sekolah.

Yang mengejutkan, cacing-cacing itu membentuk massa yang kemudian mengambil alih tulang belulang yang mereka sisakan dari tubuh Rufus.

Kemudian sosok itu bergerak bak manusia sesungguhnya, walaupun tersusun atas ribuan cacing yang menempel.

Ia mulai mengejar mereka yang tersisa.

906

“LARI!” seru Toby.

 

***

Tiba-tiba tanah yang mereka pijak bergetar.

“Sial! Gempa lagi! Semua berlindung!” seru Zlatan pada anak buahnya yang kini tengah menembaki Jeff The Killer. Langit-langit di atas mereka tiba-tiba runtuh, begitu pula dinding di samping mereka, meninggalkan lubang yang besar. Beruntung lantai di bawah mereka tak ikut ambrol. Namun kesempatan itu digunakan sosok Creepypasta itu untuk melarikan diri melalui reruntuhan gedung.

“Dia lolos, Letnan! Aku takkan membiarkannya!” Daniel berniat mengejarnya begitu gempa beberapa detik itu usai, namun Zlatan segera berusaha menghentikannya.

“Tak perlu! Lihat itu!”

Ia menunjuk ke sosok mengerikan yang tengah berjalan di antara reruntuhan, ke arah Jeff tadi melarikan diri. Tubuhnya terdiri atas bagian-bagian berbeda yang disambung. Zlatan mengenalinya dengan baik. Dia dibentuk dari potongan-potongan tubuh karakter Creepypasta yang dijahit menjadi satu.

Kepalanya tak berwajah, tanpa ekspresi, sebab berasal dari kepala Slenderman. Tubuhnya tampak mengenakan kostum badut milik Laughing Jack. Tangan kirinya berwarna pucat dengan cakar di tiap jemarinya. Itu adalah tangan milik The Rake. Sementara tangan kanannya yang dipotong dari tubuh Ben Drowned menyatu dengan kepala Smilling Dog yang tengah menyeringai di ujungnya. Dan kedua kakinya ... kedua kakinya dijahit terbalik sehingga lutut dan telapak kakinya mengarah ke belakang. Keduanya berasal dari Masky dan Hoody, proxy dari Slenderman.

“Aku tak tahu mana yang lebih buruk, Jeff atau Phoenix,” bisik Zlatan, “Kuharap mereka saling membunuh dan tak ada yang tersisa.”

Sementara itu Emile yang terjatuh segera bangun dan menemukan sesuatu dari reruntuhan tembok di sampingnya.

Benda itu seolah berbicara padanya untuk menggapainya ...

Dan memungutnya ....

***

 

“AAAAAAAAAA!!!” Quinn berusaha melindungi Holden dari atap yang runtuh tiba-tiba. Lantai dimana mereka berpijak tiba-tiba bergetar amat keras. Sukar mempercayainya, namun sepertinya pulau dimana mereka berada baru saja diguncang gempa. Gadis itu membuka matanya dan baru menyadari bahwa Toby menggunakan tubuhnya untuk melindungi mereka berdua.

“Kalian baik-baik saja?” tanya pemuda itu.

Quinn mengangguk.

“Hei, kalian!” terdengar suara Rigel. Mereka berdua mendongak dan melihat pemuda itu bersorak kegirangan.

“Gempa itu baru saja menyelamatkan kita!” ia menunjuk pada sosok yang mengejar mereka tadi kini telah tertimpa reruntuhan. Namun mereka segera sadar bahaya belumlah berhenti mengintai sebab tubuh itu pecah menjadi cacing-cacing kecil yang kemudian membubarkan diri dan merambat di sela-sela reruntuhan.

“Gawat! Cepat kabur dari sini!” seru Toby.

”Ta ... tapi ... kita tak bisa meninggalkan Rufus begitu saja!” tolak Quinn.

“Dia sudah mati, Quinn!” sergah Toby.

“A ... aku tak bisa meninggalkan tempat ini ... aku punya misi! Aku harus mencari Alice!”

“Apa misimu itu jauh lebih penting ketimbang nyawa Holden?”

Quinn tersentak. Ia menatap wajah Holden yang ketakutan. Toby benar. Ia seharusnya menjaga anak itu.

“Ayo cepat! Lewat sini!” seru Rigel sambil menunjuk ke arah lorong keluar bertuliskan “EXIT”. Mereka bertiga segera mengikutinya. Namun begitu mereka sampai di ambang lorong, tiba-tiba muncul sosok dengan seringai di wajahnya menusukkan sebilah pisau ke perut Rigel.

“AAAAAARGH!!!” pemuda itu memuntahkan darah dan ambruk begitu pisau dicabut dari perutnya.

“GO TO SLEEP, BOY!” ujarnya sambil menikmati darah di yang terciprat mulutnya, “GO TO SLEEP ...”

 

TO BE CONTINUED

6 comments:

  1. wah keren ceritanya ngomong ngomong update niasanya hari apa ?

    ReplyDelete
  2. sampai hari ini sih masih konsisten di hari senin, tapi eisode2 sebelumnya belum tau. kemungkinan pas dapat wifi aja hahaha

    ReplyDelete
  3. uggggh keren banget gabisa komentar apa-apa lagi hehehe

    ReplyDelete
  4. anjay, keren bang. si phoenix ada juga, ya

    ReplyDelete
  5. Yg ke 4 kapan bang penasaran nih wkwkwkw

    ReplyDelete