Setelah gue punya Netflix (bukan paid promote nih), gue mulai mengincar film-film dan serial berbahasa asing (selain Indonesia dan Inggris tentunya). Alasannya? Karena gue udah bosen ama film horor Hollywood dan ingin mencoba film-film dengan sentuhan budaya lain. Udah ada sih beberapa film asing yang udah gue incar, beberapa akan gue post di sini reviewnya dan sisanya akan menyusul. Kalo selama ini gue beberapa kali membahas film-film berbahasa Spanyol, maka kali ini gue akan mencoba bahasa-bahasa lain, mulai dari Prancis, Turki, Korea, India, dan tentunya, Jepang. Film-film dan serial apa yang akan gue bahas kali ini? Ini dia review-nya!
THE DECLINE (2020)
Nggak kayak biasanya, kali ini I will start with the best. Baru kali ini gue pertama kalinya menyaksikan sebuah film horor berbahasa Prancis. Emang ada banyak sih rilisan film-film horor berbahasa Prancis yang cukup ngetop semisal “Haute Tension”, “Frontier(s), “Martyrs”, “Inside”, dan “Raw”. Tapi semuanya adalah film gore yang membuat gue kurang nyaman menyaksikan. Sebenarnya film berbahasa Prancis (buatan Kanada) ini juga disertai adegan gore, tapi karena pengemasannya dengan plot yang menarik dan isu politik dan sosial yang disinggungnya, gue pun tertarik menyaksikannya.
Film berjudul asli “Jusqu'au Declin” ini mengisahkan para “prepper”, yakni istilah bagi penganut teori konspirasi yang percaya kiamat akan segera datang dan mempersiapkan diri mereka baik-baik dengan menimbun makanan dan melatih diri mereka hidup di alam liar. Di film ini diceritakan para “prepper” mengikuti pelatihan yang diberikan seorang YouTuber di sebuah tempat terpencil di tengah hutan bersalju yang jauh dari mana-mana. Berkumpul bersama rekan-rekan se-”ideologi” sepertinya terdengar menyenangkan, hingga sebuah kecelakaan maut terjadi dan berakibat pada perpecahan dalam kelompok tersebut, berujung pada kematian-kematian menggenaskan.
Orang-orang dengan kemampuan membunuh, tapi tanpa mental tentara, itulah gambaran yang gue dapatkan tentang “prepper” di film ini. Bayangkan sebuah grup yang semua anggotanya punya kemampuan membunuh (bisa menembak, bikin bom, bikin jebakan), tapi mereka malah berselisih satu sama lain karena perbedaan pendapat dan akhirnya saling membunuh. Nah, itulah ringkasan cerita (sedikit spoiler) tentang film ini.
Terakhir kali gue melihat “prepper” ini disinggung di film horor adalah di film “You're Next” yang bergenre home invasion, dimana protagonisnya, Erin ternyata memiliki background memiliki ayah seorang “prepper”, sehingga ia memiliki kemampuan membela diri, hingga membuat jebakan, untuk menghadapi para tokoh antagonisnya. Which makes her the best final girl in my opinion. Gue sih merasa memang ada sisi positif yang bisa dicontoh dari seorang “prepper” sih, semisal kita emang sebaiknya mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum bencana datang. Kan ada pepatahnya tuh, “sedia payung sebelum hujan”. Selain itu, para “prepper” biasanya mampu berburu dan hidup mandiri mengandalkan alam, which is good karena kita semakin mendekatkan diri pada alam. Tapi kalo sampe menimbun makanan berton-ton, terus lebih memilih hidup terisolasi di tempat terpencil agar nggak perlu bersosialisasi dengan manusia lain, belum lagi di sekitar rumahnya dikasi jebakan betmen, duh kok sepertinya itu terlalu ekstrim ya?
Salah satu tokoh dari film ini, yakni seorang YouTuber dengan konten ala “prepper” emang aslinya ada di dunia nyata, bahkan gue pernah melihat postingannya. Ironisnya, orang-orang seperti ini nih biasanya mendukung hak memegang senjata api, bahkan saat heboh awal-awal Coronavirus, mereka malah mendukung aksi panic buying. Gue kadang menganggap para “prepper” sebagai sosok yang dikagumi, karena kemampuan survival mereka dan kemandirian mereka. Tapi sayang, sifat anti-sosial mereka, juga kadang-kadang egois (mereka menimbun makanan hanya untuk diri mereka sendiri), bisa menjadi cerminan buruk sifat manusia yang seungguhnya.
Tema “prepper” emang senantiasa menarik, karena mereka emang benar-benar ada dan kita nggak bisa salahin mereka pula, karena mereka adalah produk dari kesimpangsiuran berita (channel berita masa kini nggak bisa dipercaya btw, karena biasanya berhaluan politik tertentu dan hanya mengabarkan berita yang menguntungkan mereka atau menjelekkan lawan aja), kondisi politik dan ekonomi yang tidak menentu, bahkan ketakutan bahwa manusia lain (bisa teroris, bahkan bisa pemerintah mereka sendiri) suatu saat bisa menjadi lawan mereka. Adanya film yang mengangkat isu yang benar-benar ada, tapi kerap dikesampingkan masyarakat seperti ini, amat gue hargai keberadaannya.
OK, enough about “prepper”, sekarang kita bahas teknis filmnya. Film ini bisa dibilang meruapakn campuran film “action” dan “horror” dengan kadar yang amat memuaskan. Adegan-adegannya bisa dibilang sangat nggak bisa ditebak. Dalam satu scene bisa-bisa awalnya begitu damai dan tenang, tapi scene berikutnya benar-benar porak-poranda dengan darah dimana-mana. Bisa gue bilang, film ini penuh dengan “jumpscare”, melainkan bukan jumpscare murahan dengan bentuk wajah setan yang tiba-tiba nongol (ini film yang realistis btw), melainkan adegan-adegan “shocking” yang sama sekali tak kita sangka kedatangannya. Gue hitung-hitung ada 3 atau 4 adegan seperti ini yang bener-bener bikin gue kaget setengah mati.
Secara penokohan juga gue amat paham pada pilihan-pilihan yang diambil para tokohnya, termasuk mungkin keputusan “jahat” yang diambil sang tokoh antagonis. Ada juga semacam “plot twist” yang ketika terjadi benar-benar bikin gue, “Heh, beneran ini terjadi? Kok bisa? Kok bisa?”. Plot twist ini bisa jadi malah bikin kalian kesel, tapi menurut gue cukup brilian sih dan juga unik. Well, saksikan aja filmnya jika kalian penasaran.
Namun jika gue disuruh menilik kekurangannya, hmmm ... gue kurang puas aja ama final showdown-nya saat pertempuran terakhir. Kurang sadis sih (gue ngarepin gore yang wow kayak klimaksnya “You're Next”). Tapi yah, film ini seperti tadi gue bilang amat realistis dan nggak akan nurutin fantasi kita. Dan endingnya ... bisa bikin lu sebel, terutama jika lu penggemar film horor yang hardcore.
But despite all of that, gue tetep akan ngasi film ini skor tertinggi, yakni 5 CD berdarah karena jelas, film ini adalah salah satu film terbaik yang pernah gue tonton.
BASKIN (2015)
Nggak pernah gue sangka bahwa gue akhirnya akan nonton film horor Turki. Pas bahas film horor Turki, pasti kalian akan mengira filmnya bakalan sejenis “Munafik” dari Malaysia, soalnya kan Turki dikenal sebagai negara mayoritas Muslim yang cukup konservatif. Tapi adegan-adegan pertama film ini aja, gue udah dibuat kaget setengah mati dengan penggunaan bahasa-bahasa kasar dan perbincangan yang mengarah ke hal-hal yang amat tabu dan nggak pantas. Film ini menceritakan lima polisi yang dipanggil ke sebuah TKP untuk menangani kasus, tapi di tengah perjalanan (spoiler alert) mereka mengalami kecelakaan dan sadar, bahwa mereka mungkin terjebak di neraka.
Gue bisa bilang film ini adalah “The Night Comes for Us”-nya Turki. Kalo disuruh menebak vibe film ini, maka gue hanya bisa mengatakan film ini kayak “A Serbian Film”meets “Silent Hill”. Kaget kan kenapa Turki bisa juga buat film beginian wkwkwk. Seperti bisa kalian tebak, film ini bakalan penuh dengan gore (tapi nggak separah film-film Barat sih) dan berbagai scene-nya juga teramat aneh, sureal, dan bikin kita mengernyit jijik. Duh, padahal kalo menilik judulnya, “Baskin” mungkin yang kebayang malah es krim yang manis dan warna-warni kayak pelangi ya wkwkwk.
Well, it's a surprise kenapa Turki bisa juga (atau malah dibolehin) bikin film semacam ini, tapi gue cukup menikmati jalan ceritanya, terutama twist di endingnya. Filmnya emang agak membingungkan karena emang sureal banget, gue sarankan setelah menontonnya kalian liat pembedahannya di Channel YouTube ini. Gue kasi film ini skor 4 CD berdarah.
LA INFLUENCIA (2019)
Ini mah artinya bukan lagi pilek ya guys (alias influenza) tapi judul film berbahasa Spanyol yang lebih dikenal dengan bahasa Inggris-nya “The Influence”. Film ini emang sering banget masuk rekomendasi di netflix, makanya gue tertarik. Apalagi Spanyol dikenal menghasilkan film-film horor dan misteri berkualitas tinggi, makanya gue sama sekali nggak merasa ragu mantengin film ini.
Film ini bercerita tentang dua saudari, salah satunya sudah memiliki suami dan anak, yang kembali ke rumah masa kecil mereka untuk merawat ibu mereka yang kini sudah koma. Celakanya, dua saudari itu sudah telanjur trauma karena perlakuan buruk ibu mereka semasa mereka kecil dan juga kecurigaan keduanya bahwa ibu mereka adalah seorang penyihir. Menonton film ini (terutama karena atmosfer rumah tua yang begitu kelam ditambah ada nenek-nenek yang terbaring koma), jelas banget terasa vibe “Pengabdi Setan” di film ini.
Sejak awal, gue udah merasa dicekam oleh jalan ceritanya yang misterius, apalagi satu demi satu revelasi yang menakutkan terjadi. Gue agak nggak suka sih ketika film yang udah slow burning banget, tiba-tiba berubah jadi semacam slasher. Tapi gue hype lagi begitu masa lalu sang nenek dijelaskan kenapa dia bisa jadi kejam banget (dan alasannya understandable banget). Tapi lagi-lagi film ini melemah ketika klimaksnya, apalagi endingnya yang gue rasa agak memusingkan. Gue sendiri nggak begitu paham sih dengan ending film ini (termasuk siapa hantu anak perempuan di film ini, gue awalnya pikir itu versi anak-anaknya si nenek) tapi dari segi scare, film ini cukup memuaskan.
Film ini lagi-lagi membuktikan bahwa bereksperimen dengan menonton film-film berbahasa Spanyol (tentu saja yang dilengkapi subtitle) selalu menjadi pengalaman yang tak mengecewakan. Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.
KINGDOM (2019-2020)
Gue sebenarnya udah kepengen bikin review “Kingdom” sejak tahun lalu, tapi akhirnya gue tahan ampe gue menyaksikan season keduanya baru-baru ini. Banyak sih kritikus film yang menyebut film ini seperti versi zombie-nya “Game of Thrones”. Tapi gue sendiri lebih suka menyebut film ini sebagai “Jang Geum” meets “The Walking Dead” wkwkwk. Serial ini, buat kalian yang nggak tahu, merupakan film zombie Korea dengan twist, dimana alih-alih menyerang Korea modern seperti “Train to Busan”, malah menyerang Korea Kuno pada zaman kerajaan Joseon pada abad ke-16.
“Kingdom” yang diangkat dari webtoon “Kingdom of the Gods” (yang gue rasa judul aslinya lebih keren) menceritakan tentang seorang pangeran yang harus memecahkan misteri tentang ayahnya yang terkena penyakit misterius. Tanpa diduga, sang kaisar ternyata sudah berubah menjadi zombie dan penyakit itupun menyebar ke seluruh negeri. Namun tak hanya harus menghadapi serangan zombie, sang pangeran juga harus menghadapi intrik politik istana dari pihak-pihak yang ingin merebut kekuasaan.
Netflix kali ini gue akui emang jago sih narik serial dari luar negeri buat masuk ke streaming service mereka. Film ini emang bener-bener luar biasa di semua aspeknya. Cerita yang unik, check! Gore dan make up zombie yang seremnya minta ampun, check! Zombie yang bisa gerak cepat dan super berbahaya, check! Cerita yang gripping dengan tokoh-tokoh yang lovable (or hate-able), check! Plot twist yang dijamin bikin menganga, check!
Season pertama dari “Kingdom” ini aja udah sangat seru (gue sempat nggak bisa napas pas liat adegan kejar-kejaran sama zombie soalnya menegangkan banget). Tapi season keduanya (terutama 2 episode terakhir) bener-bener merupakan peak dari serial ini. Pertempuran terakhir versus para zombie menurut gue merupakan bagian terbaik dari film ini. Gue awalnya nggak begitu suka dengan aspek politik di serial ini. Pertamanya gue pikir, ya udah kalo soal zombie ya zombie aja, nggak usah ditambahin intrik perebutan kekuasaan gini. Tapi malah terbukti, sisi politik di film ini justru membawa kita ke plot twist-plot twist mencengangkan yang membuat gue mengamini kenapa banyak yang menyandingkan serial ini dengan “Game of Thrones”.
Clearly one of the best Netflix series I've ever seen. Gue kasi serial ini skor sempurna, 5 CD berdarah.
BETAAL (2020)
Gue cukup terkesan dengan perkembangan film horor Bollywood akhir-akhir ini (well, at least setannya sekarang nggak lagi joget-joget). Film seperti “Tumbbad” dan miniseri “Ghoul” merupakan salah satu karya horor terbaik (nggak hanya dari India, tapi dari seluruh dunia) yang pernah gue lihat. Kali ini gue tertarik dengan serial horor Netflix terbaru asal tanah Hindustan ini yang awalnya sih agak membuat gue ragu karena skornya yang teramat rendah di Rotten Tomatoes (cuma 14% men!). Setelah menyaksikannya, gue paham kenapa para kritikus ngasi skor serendah ini, tapi jelas bukan karena scariness-nya!
Secara singkat, serial ini adalah serial zombie India pertama (walau kalau gue liat-liat, lebih mirip vampir sih sebenarnya). Serial ini menyinggung banyak sekali isu sosial di India, mulai dari korupsi, militerisme, diskriminasi pada perempuan, hingga sejarah kelam kolonialisme Inggris di India. Film ini menceritakan tentang sebuah kontraktor jalan tol yang ingin membuka sebuah terowongan yang sudah lama ditutup oleh para warga sekitar. Karena terus mendapat penolakan dari para warga pribumi di hutan tersebut, tentara akhirnya diutus untuk “membasmi” mereka. Namun ketika para tentara itu nekad membuka terowongan itu, tanpa sadar mereka melepaskan kutukan yang telah dipendam sejak ratusan tahun lalu, which is, spoiler alert, zombie!
Aduh, kalo semisal zombie di film ini diperlakukan seperti zombie biasa di film-film lain, mungkin film ini akan lebih menarik ya? Tapi sayangnya, film ini juga harus diisi dengan sisi supranatural yang menurut gue malah membuat zombienya jadi kurang berbahaya. Dua episode pertama dari total 4 episode serial ini gue pikir cukup brilian. Pertama , make up zombienya dan adegan jumpscare-nya gue pikir benar-benar cetar membahana. There's no complain for that! Gue biasanya nggak suka dengan film horor yang dishoot saat malam dan gelap sampai gue nggak bisa liat apa-apa. Tapi di sini, atmosfer malam yang kelam benar-benar banyak membantu tiap adegan scare di serial ini.
Kedua, isu-isu yang diangkat juga cukup faktual, dimana para penduduk asli (suku-suku pribumi) tanahnya direbut dan diperlakukan tak adil dan semena-mena hanya karena mereka dipandang primitif, padahal mereka mungkin anteng-anteng aja menjalani hidup sederhana mereka. Dalam serial ini, digunakan dalih “modernisasi” demi mempersekusi suku-suku tersebut, hal yang mungkin bisa kita amini sendiri sebab banyak dari suku-suku asli yang ada di Indonesia mulai kehilangan identitas serta budayanya demi “modernisasi” tersebut.
Tapi yang lain? Uhm, dari segi cerita sendiri, serial ini cukup lemah, bahkan ada trope yang terpaksa diulang-ulang demi memperpanjang durasi. Tokoh utamanya memiliki moral yang ambigu yang membuat sejak awal gue nggak memiliki simpati apapun padanya. Juga, film ini juga sepertinya mencerminkan kebencian rasial penduduk India terhadap Inggris. Perilaku zombie-nya juga menurut gue bego-bego gimana gitu. Yaaaa, gue tahu sih mereka zombie. Tapi kadang perilaku zombie yang awalnya super-ganas tiba-tiba diganti menjadi jinak, cuma agar tokoh utamanya bisa selamat (soalnya apabila keganasan para zombie ini dijaga terus intensitasnya sejak awal, jelas mereka nggak akan selamat). A bit plot hole for me.
Intinya, serial ini emang punya banyak kelemahan, tapi jelas itu nggak akan menutupi ataupun mengurangi kenikmatan para pecinta horor untuk mengikuti serial ini hingga akhir (at least for me). Untuk kekreativitasannya, gue kasi serial ini skor 4 CD berdarah (walaupun gue peringatin, pasti ada beberapa scene dari episode-episodenya yang bakal bikin kalian kesel setengah mati).
JU ON: ORIGINS (2020)
Ugh, berasa kayak manga-nya Junji Ito |
Hah? Ju On lagi? Boseeeeen! Tapi tenang guys, ini nggak akan seabsurd “Sadako vs Kayako” kok wkwkwkwk. Bahkan, serial Netflix ini menurut gue adalah entry terbaik kedua dalam franchise “Ju On” setelah “Black Ghost and White Ghost” (2009). Sesuai judulnya, “Ju On: Origin” akan mengulik asal mula rumah terkutuk yang muncul di franchise “Ju On”. Tapi jangan harap kalian akan melihat Kayako dengan suara khasnya ataupun anaknya yang mirip tuyul, Toshio. Sebab kejadian di serial bersetting pada masa sebelum mereka ada.
Seperti tradisi dalam “Ju On” franchise, akan ada banyak tokoh dengan timeline berbeda-beda di serial ini. Serial ini diawali oleh Haruka, seorang artis yang merasa rumahnya dihantui oleh langkah kaki misterius. Seorang “paranormal investigator” bernama Yasuo tertarik membantunya, namun karena memiliki motif tersembunyi yang amat berkaitan dengan masa lalunya. Sementara itu di masa yang sama, seorang gadis SMA bernama Kiyomi, akan mengalami tragedi memilukan di rumah terkutuk tersebut yang akan mengubah hidupnya. Sementara itu, sesuai tradisi pula, satu demi satu orang yang terlibat dengan rumah terkutuk itu menemui nasib menggenaskan. Namun siapa sangka, Haruka, Yasuo, dan Kiyomi akan menjadi kunci awal mula kutukan rumah itu.
Gue cukup sedih dengan banyaknya review yang nge-judge film ini jelek hanya karena mereka nggak paham dengan jalan ceritanya. Elunya yang bego kali, kok malah nyalahin filmnya? Padahal jika paham, film ini sebenarnya amat jenius. Film ini emang nggak mudah dipahami, jadi jangan khawatir jika kalian kebingungan, bahkan setelah kalian selesai menyaksikannya. Buat membantu kalian, gue akan membuat postingan yang menjelaskan tentang maksud dan arti serial ini. Tapi peringatan dulu, penjelasan itu bakalan full spoiler, jadi jangan membacanya sebelum kalian selesai menyaksikannya.
Dari segi scare, film ini juga nggak kehabisan ide gila, mulai dari ciri khas J-horror yang minimalis hingga gore dan body horror yang bikin mengernyit. Ada satu adegan sih yang bener-bener bikin gue nggak nyaman dan gue agak nyesel liatnya, tapi apa boleh buat, penting buat jalan cerita jadi harus kalian saksikan. Yang jelas adegan ini membuktikan, ada lho yang lebih ngeri ketimbang setan, yakni manusia.
Gue hanya akan menyinggung sedikit sih soal serial ini soalnya versi panjang lebarnya bakal gue beberin di edisi spoilernya. Namun untuk saat ini, gue berani memberi serial ini 4,5 CD berdarah.
SUMBER GAMBAR: IMDB
"Film ini bercerita tentang dua saudari, salah satunya sudah memiliki suami dan istri"
ReplyDeleteBang, ini saudari tpi punya istri bagaimana critanya?
wwkwkwk typo parah
DeleteEmang dah Ju On tuh film horor Jepang paling favorit dan paling gak ngerti jalan ceritanya 😭😭😭 tokohnya banyak banget 😝 tapi gak bosen nonton berkali-kali, dan suara khasnya Kayako sumpah bikin merinding, masih terngiang-ngiang pokoknya 😭😭😭😭
ReplyDeleteBang Dave, plis bikin review serial Voice (2017) season 1 dong...🙏🏻 Pengen tau pendapatnya dave ttg serial itu
ReplyDelete