Sunday, July 14, 2024

THE AMERICAN MYSTERY (3): KASUS LENYAPNYA JARYD ATADERO

PEMBERITAHUAN: ARTIKEL INI ADALAH BAGIAN DARI TRILOGI "THE AMERICAN MISTERY", UNTUK MEMBACA PART 1 DAN 2, SILAKAN BERKUNJUNG KE KARYAKARSA GUE

Kisah terakhir dalam trilogi ini menimpa Jaryd Atadero, seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun yang hilang pada 1999 saat mendaki bersama keluarganya di hutan di Colorado. Kisah ini, gue spoiler dulu, berakhir tragis ketika sisa-sisa jenazahnya ditemukan empat tahun kemudian. Namun yang lebih mencurigakan adalah kondisi dimana barang-barang milik almarhum ditemukan.

Sebab seolah-olah, ada yang sengaja meletakkannya di sana.


Jaryd Atadero adalah putra Allyn Atadero yang berusia tiga tahun dan memiliki seorang kakak perempuan berusia enam tahun bernama Josallyn. Allyn adalah seorang duda yang membesarkan kedua anaknya dan merupakan anggota grup keagamaan setempat bernama Christian Singles Network. Grup tersebut diketahui telah membantu Allyn dalam kehidupan sehari-hari sebagai ayah tunggal. Allyn sendiri adalah seorang guru pendidikan jasmani di sebuah sekolah, jadi iapun ingin anak-anaknya sehat dan aktif mengikuti kegiatan outdoor bersama kelompok itu.

Pada bulan Oktober 1999, Allyn menginap bersama kedua anaknya di Poudre River Resort. Jaryd dan Josallyn sangat ingin pergi bertamasya ke tempat pembenihan ikan di dekat resort bersama anggota kelompok keagamaan tersebut. Awalnya Allyn enggan mengizinkan kedua anaknya yang masih sangat kecil itu berpetualang. Namun ketika para anggota kelompok tersebut meyakinkannya bahwa mereka akan menjaga kedua anak itu, diapun menyetujuinya.

Kala itu 11 anggota kelompok, ditambah Josallyn dan Jaryd, memutuskan untuk menikmati musim gugur yang indah di sore hari di Big South Trail di Hutan Nasional Arapaho & Roosevelt, sekitar 24 km sebelah barat resor. Kala itu, mereka di pegunungan Colorado. Jaryd kala itu berlari di depan kelompok yang bersamanya, lalu berhenti untuk mengobrol dengan dua orang nelayan di tempat penetasan ikan. Mereka kala itu tak khawatir melihat Jaryd sendirian karena mereka melihat banyak orang berjalan bersamanya. Penampakan terakhir Jaryd, dia berjalan cepat menyusuri jalan setapak di dekat lokasi perkemahan.

Tak lama kemudian, anggota grup keagamaan itu serta Josallyn, kakaknya, mendengar teriakan keras Jaryd. Namun teriakan itu bukanlah teriakan ketakutan, apalagi kesakitan. Menurut Josallyn, teriakan itu karena terdengar seperti suara yang riang, seolah adiknya menemukan sesuatu yang imut dan lucu.

Barulah kemudian mereka sadar, bahwa Jaryd tak lagi bersama mereka. Ia telah lenyap.

Anggota kelompok itu berusaha mencari Jaryd selama satu jam, hingga akhirnya menyerah dan kembali ke resor untuk memberi tahu Allyn tentang hilangnya anaknya. Bisa ditebak, hati sang ayah langsung hancur mendengarnya. Kakaknya sendiri, Josallyn  juga amat trauma hingga anggota tim pencarian dan penyelamatan yang dikerahkan untuk mencari adiknya kemudian berusaha menghiburnya dengan salah satu anjing pencari mereka.

Pencarian Jaryd dilakukan secara ekstensif, namun terhambat oleh berbagai kesulitan. Contohnya, helikopter pencarian mereka Jaryd tiba-tiba jatuh karena tak mampu menghadapi medan berupa pegunungan. Para anggota tim pencari yang ada di dalam helikopter itupun terluka parah. Sang Sheriff yang memimpin pencarian kala itu juga kewalahan menghadapi media yang meliput kasus itu secara sensasional. Kasus hilangnya Jaryd menjadi bulan-bulanan media sebab terjadi tak lama setelah kasus menggemparkan lain terjadi di Colorado. Kasus yang dimaksud adalah kematian seorang anak bernama JonBenét Ramsey.  

JonBenét Ramsey adalah seorang ratu kecantikan cilik berusia enam tahun yang tiba-tiba lenyap dari rumah keluarganya di Boulder, Colorado pada 25 Desember 1996. Sebuah surat tebusan ditemukan di rumah mereka, seolah menandakan bahwa sang anak diculik. Ayahnya, John, kemudian menemukan mayat gadis itu di rubanah rumah mereka sekitar tujuh jam setelah dia dilaporkan hilang. Laporan otopsi menyatakan dia tewas setelah dipukul di kepalanya dan dicekik. Kematiannya, yang berawal sebagai kasus anak hilang seperti Jaryd, kemudian dinyatakan sebagai pembunuhan.

Hingga kini, misteri siapa pembunuh JonBenet yang sesungguhnya belumlah terpecahkan. Salah satu teori menyebutkan bahwa kedua orang tuanya sendiri yang membunuhnya (mungkin tanpa sengaja) dan kemudian berusaha menutupinya. Namun ada pula teori lain yang lebih menggemparkan bahwa  kakak laki-laki JonBenét yang bernama Burke Ramsey, yang kala itu berusia 9 tahun, adalah pelakunya.  Kemudian orang tuanya pun, demi menutupi kejahatan anaknya, berusaha menutupi penyebab kematian JonBenet. Teori terakhir, kematian JonBenét didalangi seorang pedofil yang tertarik kepadanya setelah melihatnya di sebuah pentas ratu kecantikan cilik.

Lalu apakah benar kasus ini ada kaitannya dengan menghilangnya Jaryd? Apakah orang yang sama yang membunuh JonBenét juga adalah dalang dibaliknya, mengingat kedua kejadian itu berlangsung di lokasi yang berdekatan?

Petunjuk lain akan kasus menghilangnya Jaryd muncul empat tahun kemudian. Namun bukannya menjawab semua pertanyaan itu, malah pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul.

Pada tahun 2003, pengusaha Rob Osbourne & Gareth Watts sedang mendaki di Poudre Canyon, dekat Big South Trail, tempat dimana Jaryd lenyap tanpa jejak. Di sana, mereka menemukan sisa-sisa jenazah manusia, termasuk benda-benda seperti sweater coklat, celana panjang biru, dan sepatu kets Tarzan Disney yang dipakai Jaryd ketika dia menghilang. Sisa-sisa jenazah yang dimaksud hanya tertinggal geraham dan tengkorak yang retak. Tes DNA mengungkapkan bahwa sisa jenazah tersebut memang milik Jaryd.

Sekilas, jawaban yang memuaskan telah diberikan. Kemungkinan besar Jaryd Atadero dibunuh dan dimakan oleh seekor hewan buas, mungkin seekor singa gunung. Namun hal ini justru ditampik para ahli. Pasalnya, singa gunung memiliki pola serangan tertentu dimana mereka menyerang bagian tubuh manusia yang paling lunak, yakni perut. Jika benar Jaryd diserang macan gunung, maka macan itu akan terlebih dahulu mengoyak sweater yang dikenakan Jaryd. Akan tetapi sweater itu tidak menunjukkan tanda-tanda serangan seperti itu.

Selain itu, celana Jaryd itu ditemukan dalam kondisi dibalik (bagian dalam ada di luar), sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh seekor singa gunung (kecuali Pink Panther kali). Herannya lagi, sepatu kets Tarzan yang ditemukan juga dalam kondisi yang masih prima. Jejak singa gunung memang ditemukan di TKP kala itu, tapi itu kan hutan? Sudah biasa kan ada hewan liar berkeliaran di sana?

Ada teori lain yang menyatakan bahwa Jaryd mungkin terpeleset dan jatuh. Namun inilah yang aneh, lokasi dimana jenazah Jaryd ditemukan sudah diperiksa oleh tim pencari ketika mereka pertama kali mencari Jaryd pada hari ia menghilang. Nggak mungkin dong jika memang mayat Jaryd tiba-tiba bisa berpindah ke situ? Lagian sekedar jatuh juga nggak akan membuat celana Jaryd tiba-tiba terbalik seperti itu.

Teori yang paling masuk akal, walaupun tentu amat sulit diterima keluarga korban, adalah ada seseorang yang menculiknya kemudian membunuhnya. Namun coba kita telaah kasus ini dari awal. Kala menghilang, Jaryd tengah bersama dengan puluhan orang. Lalu bagaimana ia bisa lenyap begitu saja di hadapan banyak saksi mata?

Well, untuk menjawabnya kita perlu menilik psikologi manusia. Kala itu Jaryd dan kakaknya memang bersama dengan sebuah grup yang jumlah anggotanya tak sedikit. Namun yang perlu kita pertanyakan, apakah ayahnya memang meminta secara resmi salah satu dari mereka untuk mengawasinya? Ataukah ia berharap bahwa karena anaknya pergi bersama banyak orang, maka mereka semua akan menjaganya?

Yang namanya manusia tentu ada lalainya, salah satunya berupa fenomena yang disebut “bystander effect”. Contohnya jika ada seorang yang mengalami kecelakaan, kemungkinan besar para saksinya akan mengerubunginya tanpa melakukan apapun. Bukannya mereka tak mau menolong, namun karena banyak orang di sana, mereka akan mengira bahwa orang lain sudah atau akan melakukannya. Padahal bisa jadi, gara-gara semua orang berpikiran seperti itu (mengandalkan orang lain di kerumunan itu), ujung-ujungnya tak ada satupun yang berbuat sesuatu.

Sama halnya dengan kasus ini. Ada banyak orang yang menemani Jaryd. Namun semuanya mungkin sibuk dengan urusan mereka sendiri dan mengira, sudah ada orang lain yang mengawasi bocah kecil itu. Akibatnya, ketika ia menghilang, tak ada yang menyadarinya. Satu-satunya yang peduli sungguh-sungguh pada Jaryd adalah kakaknya yang berusia 6 tahun. Namun ia masih sekecil itu, mana bisa diharapkan untuk menjaga adiknya?

Bisa jadi, sang “penculik”, jika benar ia ada, melakukan kejahatannya tepat di depan mata mereka, tanpa seorangpun menyadari. Yang lebih pintar lagi, ia kemudian berusaha memberikan “closure” dengan meninggalkan benda-benda milik Jaryd beserta sisa jenazahnya kembali ke TKP dimana ia menculiknya. Namun ia tak berpikir bahwa tindakannya itu justru malah memancing kecurigaan.

Hingga kini siapa yang menculik Jaryd dan membunuhnya tak pernah terpecahkan. Namun gue harap saja dia mendapatkan balasan yang setimpal.

 

No comments:

Post a Comment