Friday, March 14, 2025

GUNDALA: PATRIOT – PROLOG (2)

 


NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.

 

JAKARTA 2045

 

People be starving ... and people be killing for food ...

Aku pernah mengingat lirik lagu itu. Aku pernah mendengarnya. Dulu ... dulu sekali. Saat dunia ini masih damai.

Damai? Ah, tidak, itu bukan kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi sebelum Pemunahan. Semenjak dulu, tak pernah ada kedamaian. Kami memang hidup tenang, namun bukan berarti tak ada kebencian dan perselisihan di tanah air kami. Sementara di penjuru Bumi yang lain, berbagai perang terus berkecamuk, dikendarai oleh ego masing-masing pihak yang tak mau mengalah.

Ya, kami tak pernah benar-benar mencicipi setitikpun kedamaian.

Dan ketika Sang Pemunah itu tiba, semua sudah terlambat.

Aku bahkan tak ingat apa yang terjadi saat Hari Pemunahan itu tiba. Mungkin aku menyaksikannya, namun otakku yang trauma mungkin menghapus ingatannya sendiri.

Yang jelas, aku adalah sedikit dari manusia yang tersisa.

Satu-satunya aku ingat setelah itu hanyalah kehancuran ... bau busuk mayat yang menyeruak setiap kali kami mengambil napas. Aku ingat matahari tak pernah terbit lagi semenjak saat itu, karena langit tertutup oleh debu tebal. Apa istilahnya, aku hampir lupa. Ah iya, “awan radioaktif”, kata mereka. Sementara itu langit dipenuhi burung-burung gagak yang berkeliaran mengais bangkai-bangkai yang didermakan kepada mereka. Lautan pun telah mati, tak banyak yang masih bisa hidup dan berkeriapan di dalamnya.

Aku tak tahu darimana kehancuran ini berasal. Yang jelas, pada Hari Pemunahan tiba, seorang sosok muncul dari langit, menadirkan segalanya.

Kami menyebutnya “Sang Pemunah” sebab ia-lah perpanjangan tangan takdir yang bertugas membawa umat manusia yang lalim ini menuju kepunahan.

Ia menghancurkan segalanya ... segala yang pernah aku lihat ... segala yang aku ketahui pernah ada.

Namun, kami memang pantas mendapatkannya.

Aku tak pernah melihat sosok aslinya, namun segala jejak yang ia tinggalkan cukup jelas untuk menggambarkan siapa dirinya. Dia-lah Sang Pemunah. Tak perlu ada penjelasan lain. Dua kata itu cukup untuk menyirnakan semua harapan hidupmu. Yakinlah, jika kau bertemu dengannya, esok takkan pernah datang. Esok memang takkan pernah ada bagi kami.

Bagi kami, hari-haripun lenyap bersama Matahari.

Aku tak tahu pasti bagaimana aku mendapatkan kekuatan itu. Aku jatuh ... jatuh ke kawah beracun itu. Aku adalah seorang pendaki biasa. Pada zamanku, kami mendaki bukan hanya untuk bersenang-senang. Kami bertahan hidup dengan cara itu, mencari bahan yang bisa kami ais-ais, walaupun itu dapat mencelakakan hidup kami.

Sebelum Hari Pemunahan tiba, tempat dimana aku terjatuh disebut Dieng. Mereka bilang ada banyak candi-candi indah di sini. Namun sejauh mata memandang, yang kulihat hanya tanah tandus beraroma kematian.

Aku paham kenapa teman-temanku tak menyelamatkanku ketika aku jatuh ke kawah itu. Mereka tentu tak mau mati konyol. Toh, udara di sana amatlah beracun. Kami harus memakai masker hanya untuk mengumpulkan belerang yang begitu berharga (belerang saat itu adalah satu-satunya desinfektan yang kami miliki, meskipun baunya memuakkan).

Ketika aku tergelincir dan jatuh tergulung-gulung berselimutkan abu, aku tahu tak ada harapan tersisa lagi bagiku.

Di sinilah aku akan mati.

Namun tidak.

Tidak, di sana aku tak mati. Aku justru menemukan sesuatu. Sebuah mesin.

UFO, begitulah manusia pada zamanmu menyebutnya.

Benda ini pasti sudah terkubur selama ribuan tahun. Tak ada satupun yang menyadarinya sebab pasti tak ada seorangpun yang cukup nekad untuk menyelam masuk ke kawah terkutuk ini.

Aku sadar akupun diberikan kesempatan kedua. Kesempatan untuk memperbaiki semuanya.

Aku tak peduli, segala cara akan kuhalalkan. Untuk menyelamatkan masa depan. Untuk menyelamatkan diriku.

Untuk menyelamatkan segala yang pernah aku cintai.


BERSAMBUNG

 

 

 

 

 


3 comments:

  1. Bisa tebak siapa nama superhero yang muncul di sini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum baca Bang, Insya Allah nanti pas udah selesai baca tulisan-tulisan Abang.

      Delete
    2. Gatot kaca kah? Karena di kawah candradimuka

      Delete