Saturday, November 19, 2011

PETUALANGANKU DI JATIM PARK

 
Bulan Oktober adalah bulan terakhir musim kemarau. Sebelum musim hujan mengobrak-abrik rencana backpacking rutinku, aku memutuskan untuk maen ke Bromo. Namun trnyta di bulan itu, adik-adik tingkatku kuliah satu fakultas mengajakku ikut ziarah ke Gua Maria Kediri sekalian piknik ke Jatim Park. Biayanya lumayan murah, 100 ribu. Akhirnya kuputuskan meng-cancel trip ke Bromo dan meluangkan waktu reunian bareng temen-temen. Ditambah lagi memang sudah kewajibanku sebagai orang Katolik untuk pergi ziarah setahun sekali. Jadi anak alim setaon sekali boleh khan hehehehe.

Kami berangkat pukul 7.30 malam dari kampus MIPA UNS Solo. Wah malam-malam suasana kampus lumayan serem. Untung ada temen yang jemput. Sebenarnya aku udah janjian sama salah seorang temenku untuk duduk bareng di bus, itung-itung dia anak Kediri jadi bisa nanya-nanya. Namun ternyata di bus aku malah duduk ama temenku yang satunya. Karena kami bertiga selalu dikecrohi sebagai boyband 3D (karena nama kami bertiga diawali huruf D), kayaknya dia jadi malu trus milih duduk di belakangku (padahal di sampingku masih ada kursi satu lagi).

Di awal perjalanan kami dibuat dibuat bingung, soalnya bapaknya sopir malah membawa kami ke arah barat (padahal kan kami mau ke Jawa Timur???). Eh ternyata cuma mau ngisi bensin (kirain diculik hehehe). Perjalanan kami terpaksa lebih jauh karena harus memutari Gunung Lawu. Lebih cepat sih kalo kami menanjak gunung, tapi malam2 begini demi keselamatan terpaksa ambil jalan memutar.

Jam 12 malam kami sampai di Kediri. Gua Maria yang kami kunjungi adalah Gua Maria Poh Sarang. Bangunannya sangat unik. Jalan-jalannya juga ditutupi bebatuan, jadi berasa di zaman batu deh. Sayangnya saat itu sudah malam, jadi aku yang hanya berbekal kamera hape VGA tanpa flash harus pasrah tidak bisa foto-foto, hiks.

Di Gua Maria kami langsung mengikuti ibadat jalan salib. Ada yang unik di Gua Maria Kediri ini. Ada 15 perhentian jalan salib di sini, padahal resminya cuma ada 14 perhentian. Perhentian ke-15 menampakkan kubur batu yang kosong karena Yesus sudah bangkit. Tapi kata temenku (yang lebih jago soal agama, soalnya bapaknya prodiakon), perhentian ke-15 tuh sebenarnya nggak pas. Alasannya karena namanya aja Via Dolorosa alias jalan sengsara. Kebangkitan Yesus kan bukan peristiwa sedih, jadi harusnya nggak masuk jalan salib. Tapi well, apapun pendapatnya yang penting minumnya teh botol sosro (lho?).

Kunjungan kami ke Gua Maria ditutup ibadat sederhana oleh Pak Dosen Agama kami (yang gaul bangeeeet) yang kebetulan ikut bareng keluarganya. Di saat ibadat aku hampir nangis lho denger anak-anak nyanyi, saolnya suaranya merdu banget dan lagunya jadi terasa indah banget. Aku jadi kangen banget ama suasana kebersamaan dulu bareng saudara-saudaraku ini selama kuliah. Sayang kini aku dah wisuda dan kerja, jadi harus stand alone by myself. Hiks.

Sebelum pulang, aku berniat berdoa dulu di Gua Maria. Temenku yang tadi kusebutin anak Kediri nyaranin aku berdoa di Gua Maria yang ada di bawah, tepatnya di sebelah kanan gereja. Karena nggak tahu dimana jalan menuju gereja, akupun mengikuti anak-anak cewek yang ada di depanku. He nggak tahunya mereka menuju ke kamar mandi. Duh malu banget. Akhirnya oleh dua adik tingkatku, aku dituntun ke gereja (halah, kayak kakek-kakek aja). Di perjalanan turun kami melewati arela pemakaman. Kami sempat berdiskusi sebentar. Kata salah satu adik tingkatku, itu kuburan para romo. Tapi menurutku, kuburan itu lebih mirip kuburan bayi soalnya ukurannya kecil-kecil. Dan kata temenku yang satunya, “Nggak usah dibahas!!!” sambil ketakutan. Hehehe. Kuburan apa itu, masih misteri buatku.

Karena gelap, tanpa sengaja kakiku masuk lumpur. Karena terkejut, langsung aku teriak, “Lumpur hisap...lumpur hisap...”. Eh adik tingkatku nyeletuk, “Mas, biasa aja. Lumpur aja nggak pake hisap.”. Hehehe, jadi malu ketauan alay-nya.

Akhirnya aku menemukan Gua Maria yang dimaksud temanku. Wah, patung Bunda Marianya lebih kecil tapi cantik sekali. Ini dia fotonya.
 
Akupun menyempatkan berdoa sebentar lalu kembali ke bus. Kami kemudian menempuh perjalanan beberapa jam untuk sampai ke Batu, Malang. Wah sialnya di tengah perjalanan bus kami mogok. Ada masalah dengan radiator katanya. Akhirnya kami pun duduk-duduk di pinggir jalan sambil makan kerang bakar yang dibawa temanku (nyaaam).

Sekitar sejaman menunggu, akhirnya bus selesai diperbaiki (dengan bantuan dorongan dari teman-temanku, literally). Sepanjang jalan aku melihat sebuah waduk yang sangat indah dg background pegunungan. Kalo mampir di sana suasananya pasti kayak winter sonata, romantis (emg winter sonata ada adegan danaunya?). Sayang aku nggak sempat memotretnya. Jam 9-an finally kami sampai di restoran, langsung sarapan dan mandi. Aku sempat membeli 1 kg apel Malang yang terkenal itu seharga 9 ribu perkilonya. Begitu kurasain di rumah, ternyata apelnya enak banget, nyesel nggak beli 2 kg. Ini dia suasana di Batu.
 
Jam 11 akhirnya kami tiba di Jatim Park 1. Karena nggak pernah ke Jatim Park sebelumnya, akhirnya kuputuskan mengikuti sesama personil 3D hehehe, yaitu temanku yg dr Kediri dan temanku satunya yg ternyata udah 3 kali ke Jatim Park.

Ini adalah tempat pembelian tiketnya.
 
Di pintu masuk kami diberi gelang tahan air sebagai bukti kami sudah membeli tiket seharga 50 ribu. Kami juga diberi voucher makan sama pemimpin rombongan seharga 15 ribu. Begitu masuk, kami disambut patung aneh ini.
 
Anjungan yang pertama kali kami masuki adalah museum adat. Ini replika perkampungan di Papua. Ada patung perempuan nggak pake baju lho, tapi mending nggak kumuat ah, hehehe.
 
Ini replika suasana dukun cari pesugihan di Jawa hahaha.
 
Gambar toliletnya lucu.
 
Terus ini beberapa replika candi dan patung di Indonesia.
 
Dan ini suasana water boom. Secara aku nggak bisa renang, jadi aku jauh2 dari tempat ini.
 
Kami juga melewati lorong dengan kanopi tumbuhan merambat. Suasananya cukup romantis lho, kayak di Winter Sonata (emang ada adegan ginian?).
 
Setelah muter2, akhirnya temen-temenku memutuskan masuk rumah hantu. Aku menolak masuk dengan alasan males (aslinya nggak berani hehehe). Akhirnya akupun bergabung dengan teman-temanku yang lain naik wahana Columbus dan Roller Coaster mini (believe me, ada alasan kenapa kata “mini” aku bold dan italic).

Kalo dua wahana ini jujur aku nggak berani naek hehehe.

 
Salah satu adik tingkatku dari jakarta mengajakku naik Tornado. Awalnya sih aku pede. Namun begitu liat dari dekat dan memperhitungkan lamanya naek wahana itu (10 menitan kurasa), nyaliku jadi ciut juga. Tapi karena antrean panjang di belakangku, aku nggak bisa mundur dan dengan terpaksa (setelah mengucapkan selamat tinggal pada teman-temanku), akhirnya aku cuma pasrah.

Awalnya ada perasaan serem, apalagi pas kami dijungkirbalikkan di ketinggian. Aaaaaa...jangan gila donk, aku kan belom nikah!!! Masa dah mau mati gini rasanya? Namun lama-lama aku bisa menikmati sisi fun-nya. Malah jadi pengen “Lagi, lagi!”. Sayangnya cuma satu. Pas dibalik, punggungku beberapa kali menghantam sandaran kursi. Hanya itu sih nggak nyamannya. Lainnya, asik banget!!! Bener-bener seru berasa kayak winter sonata (emg winter sonata ada adegan naek ginian???).

Teman-temanku pada heran kenapa aku berani naik wahana ini (selain karena terpaksa). Soalnya mereka yang udah kenal aku pasti tahu kalo aku sukanya bermain di zona aman. Namun, yah, sekali-kali melepaskan diri dari rutinitas kan nggak apa-apa. Lagian wahana ini juga pas buat melepas stress, soalnya bisa teriak-teriak sepuasnya tanpa ada yang komentar, hehehe.

Selesai naik tornado, temanku menyarankan masuk Rumah Pipa. Cuma ada peringatan kalo baju kami bakal basah dikit. Lagi-lagi ada patung aneh di sini.
 
Akhirnya aku dan beberapa adik tingkatku masuk ke Rumah Pipa. Di dalamnya ada rumah cermin yang membuat kami tersesat. Malunya, kami ternyata malah keluar di pintu tempat kami masuk tadi. Mas2 yang jaga langsung bilang, “Mas, keluarnya bukan lewat sini.”. Pengunjung lainnya yang antre di luar langsung ketawa. Kami pun dengan malu masuk lagi. Apalagi pas keluar tadi, salah satu temenku yang ada di depan dengan pede-nya nyeletuk, “Yee berhasil keluar tanpa basah!”. Akhirnya sambil cekakakan mengingat momen memalukan tadi, kami nemuin jalan keluar yang sebenarnya dan harus puas keluar dengan basah kuyub. Aku langsung marahin temenku yang tadi nyaranin kami masuk, “Katanya basah dikit, kok aku basah banyak???”

Sekitar jam 2, kami lalu menukarkan voucher kami dengan makanan. Aku memilih nasi goreng katsu yang enak banget. Pas kami makan, kami ketawa2 dengar pengumuman anak ilang. Eh, belum begitu lama , kami langsung dapat karma. Tiba-tiba terdengar pengumuman, “Bagi rombongan KMK St. Theresia Solo, ditunggu ketua rombongan di pintu keluar.”. Wah itu kan kami! Ternyata bus sudah mau berangkat. Akhirnya setelah sempat mampir sebentar membeli oleh-oleh kerupuk , kami hujan-hujanan menuju bus.

Pulangnya kami diguyur hujan. Entah karena akibat naek tornado tadi, perutku jadi terasa mual. Padahal aku jarang mabuk naik bus sebelumnya. Setelah minum obat, akhirnya aku mencoba tidur. Lagi-lagi ada cobaan datang menerpa. Di Nganjuk, bus kami kembali berhenti. Ternyata aki bus kami mati sehingga AC dan lampu bus ikut mati. Karena berbahaya naik bus malam2 dg lampu mati (ya iyalah), akhirnya kami menunggu beberapa lama sementara aki diperbaiki. Anak-anak yang lain lebih memilih duduk-duduk di luar seperti pengungsi korban banjir di Thailand, namun aku lebih memilih tidur di dalam bus.

Alhasil, rencana kami sampai di Solo pukul 9 malam molor menjadi jam 12 malam. Akupun terpaksa menginap di kost salah satu temanku (again, yg dr Kediri). Aku sih nyantai soalnya Senin aku ambil cuti, tapi aku agak kasian juga sama adik2 tingkatku yang besoknya masih harus kuliah, praktikum, bahkan ada yang kuis. Tapi, ya itulah resiko anak kuliah. Lagian pengalaman kayak gini nggak bakal bisa diganttin oleh apapun dan bakal kita kenang terus seumur hidup. Bener nggak guys?

Wednesday, November 9, 2011

BERITA TERBARU TENTANG ULTIMATE TRAVELLER

Ultimate traveller season 1 emang udah kelar. Nathan Dunlop terpilih jadi pemenang Ultimate Traveller tahun 2010. Nah sehabis reality show ini kelar, dua pesertanya, yaitu Mairi Claire dan Andrew buka kartu di sebuah forum di Inggris sana. Andrew mengaku kalo sebenarnya dia tidak berniat mendaftar mjd peserta Ultimate Traveller pada awalnya. Namun dia didekati oleh sang sutradara yg membutuhkan “peran antagonis” dalam reality show-nya. Wah, jadi Andrew cuma akting dong selama ini? Mairi Claire juga baku kartu. Katanya pada saat mendaftar, mrk tidak diberi tahu tujuan kmn mrk akan pergi. Mrk hanya diberi tahu kl mrk akan berlibur di suatu tempat di luar UK. Jadi, mereka baru tahu kl mrk akan ke Indonesia pd hari keberangkatan. Wah, itu menjelaskan knp Garreth lgs keluar pada mgg pertama.
Di Youtube juga udah keluar trailer Ultimate Traveller season 2. Tapi kita patut kecewa, soalnya season 2 tidak akan mengambil lokasi di Indonesia lg, tp di India. Wah, sayang bgt ya. Tapi kl dipikir, pasti nggak seru kl tayangan ini mengambil lokasi yg sm spt di season 1, soalnya pesertanya pasti udah tau jalur yg akan ditempuh. Well, at least reality show ini sudah mengiklankan pariwisata Indonesia scr gratis dan positif. Itu patut membuat kita bangga dan bersyukur. Setuju guys?

ULTIMATE TRAVELLER 8: DANAU KELIMUTU

Inilah episode pamungkas dr reality show favoritku, Ultimate Traveller. Reality show buatan stasiun televisi Inggris ini mengisahkan tantangan backpacking bagi 6 org backpacker pemula ke surga para backpacker, Indonesia. Sudah ada dua orang tereliminasi, yaitu Gareth yg digantikan Lewis dan Andrew yg terkena infeksi mata shg harus plg. Di antara 5 org yg tersisa, akan dipilih traveller terbaik yg akan memenangkan hadiah menggiurkan, yaitu uang sejumlah 10.000 poundsterling. Episode final ini berlokasi di Danau Kelimutu, Flores.

Anggota tim yang tersisa: Chloe, Chantel, Mairi Claire, Lewis, dan Nathan merasa excited sekaligus gugup di mgg terakhir mrk di Indonesia ini. Di episode ini, dikisahkan flashback perkembangan msg2 peserta. Yang menarik adl di sini mairi Claier menangis krn menurutnya tdk adil bagi mrk jika salah satu dipilih mjd traveller terbaik dan menerima hadiah uang, sebab msg2 dr mrk sudah mencapai keberhasilan yg berbeda2. Memang tiap2 peserta Ultimate Traveller berasal dr keluarga tajir dan umumnya manja. Perjalanan selama 2 bulan di Indonesia tentu akan mengubah kepribadian dan sudut pandang mrk. Apalagi mrk tdk hanya berlibur, tp menerima tantangan seperti tggl di perkampungan Indonesia dan bekerja di sekolah lokal. Pastinya mrk mendapatkan pengalaman tak ternilai sepanjang perjalanan.

Unik memang knp produser Ultimate Traveller memilih Indonesia dan bukan tujuan wisata terkenal lain, seperti Hawaii atau Thailand misalnya. Kurasa alasannya krn Indonesia masih “liar’ dibandingkan tempat2 lain yg lebih terorganisir dlm hal pariwisata, sehingga tiap perjalanan akan lebih dirasakan lbh menantang untuk para pesertanya. Dan pengalaman yg mereka dapatkan pun akan jauh lbh bermakna.

Nah siapakah pelancong terbaik dalam season ini? Awalnya ada suara seri antara Nathan dan Lewis. Aku agak kecewa, krn aku sejak episode pertama sll mendukung Chloe (dan kurasa perkembangannya jg plg baik, dr gadis manja mjd lbh dewasa). Akhirnya 3 gadis berunding untuk menentukan siapa pelancong terbaik menurut mrk. Dan ternyata Nathan yg terpilih. Hmm…kl itu aku juga setuju. Diam2 aku merasa senang juga Andrew yg sll mengadu domba teman2nya keluar dr kompetisi ini, shg kelima peserta ini bisa menjadi sebuah keluarga yg harmonis hehehe (and thank God he didn’t win too).

Aku merasa berat berpisah dg reality show ini, krn selain menarik, jg mendorongku untuk mjd seorang backpacker. Smg saja aku bisa mendapatkan banyak epngalaman menarik dan belajar dr pegalaman itu spt para peserta Ultimate Traveller ini. Ada season berikutnya nggak ya? Kalau ada, aku pasti sangat menantikannya dan hopefully, lokasinya di Indonesia lagi

ULTIMATE TAVELLER 7: FLORES

Mgg kemaren aku lumayan sibuk dengan kerjaan, belum lagi sempet kena flu. Jadinya aku libur dulu dr urusan nge-blog. Tapi mgg ini di tengah kesibukanku yg masih menggila, kusempatkan menuliskan review Ultimate Traveller episode 7 yg berlokasi di Flores. Kali ini para traveller kita terbagi menjadi 2 kelompok yaitu Nathan – Mairi Claire dan Chloe – Lewis – Chantel. Hmm…agak kaget jg Chantel memilih sekelompok dg Chloe. Tumben bgt, soalnya mereka biasanya tdk akur. Tapi trnyta ini siasat Chantel spy Mairi Claire bs sekelompok dg Nathan. Msh ingat kan di episode sebelumnya, Nathan sempat ngambek dg Mairi Claire gr2 cowok di Bali?

Tantangan mrk kali ini adl bekerja membantu proyek konservasi atau pelayanan masyarakat (community service). Tim Nathan akan bertugas di Pulau Rinca membantu konservasi komodo, sedangkan tim Chloe akan pergi ke jantung Pulau Flores untuk mengajar di sebuah SD. Awalnya aku kasian dg tim Chloe, soalnya sudah jauh2 ke Indonesia tp nggak berkesempatan liat komodo yg slh satu world wonders. Tp trnyta di episode ini, justru tim Chloe yg having a very good time.

Dlm perjalanan ke P. Rinca, Nathan dan Mairi Claire memutuskan untuk berbaikan, walaupun Nathan menolak Mairi Claire yg memintanya jadi pacarnya (benar2 kebalikan dr episode Bali!). Di P. Rinca mrk lgs berhadapan dg komodo2 ganas. Eit, asal tau aja, kadal raksasa ini terkenal sbg pemakan manusia, apalagi turis (bule lbh renyah dan bergizi kali ya). Di sana, mereka dipandu oleh jagawana alias park ranger-nya Taman Nasional Komodo bernama Costa. Tugas mrk hanya membuat lubang yang disemen sbg tempat minum komodo. Tugas fisik itu pastinya berat bt Mairi Claire, jd Nathan dg perkasa mengerjakan sebagian besar tgs itu. Malam itu, tim Nathan mengalami ‘mimpi buruk” krn harus tidur di gubug reyot dg seekor komodo tidur di bawah pondok mrk. Oya, di episode ini mrk tidur seranjang lho (OMG!!! Jadi pengen…lho?).

Sementara itu tim Chloe yg tidak menemukan hotel akhirnya bermalam di sebuah biara Katolik di Flores. Mrk cukup terkejut krn kamar2 di biara itu sangat bersih (tdk spt sebagian besar pondokan yg mrk tinggali selama ini) dan harga sewanya supermurah (bayangin, 25rb semalam untuk satu kamar!!!). Keesokan harinya mrk pun mulai melakukan tgs mrk, tanpa sadar bahwa ini akan menjadi pengalaman yg plg mrk kenang selama perjalanan di Indonesia. Tugas ini sgt berkesan, terutama bg para gadis. Chantel yg sebelumnya tdk menyukai anak2 justru jatuh cinta pd anak2 di SD ini dan menjalankan tugasnya sbg guru dg baik. Chloe yg kebetulan berulang tahun jg mendapat pesta kejutan dari para muridnya.

Pada haru terakhir mgg itu, mrk akhirnya berkumpul di hutan bambu di luar kota Bejawa, Flores untuk memilih siapa Traveller of the Week kali ini. Chloe scr mengejutkan memilih Chantel yg selama ini tdk menyukainya. Hasil suara ternyata seri dg Chantel dan Nathan mendapatkan msg2 dua suara. Namu n khirnya Chloe sbg Traveller of the Week mgg lalu memutuskan Nathan mjd Traveller of the Week mgg ini. Ini cukup membuatku kecewa, soalnya Chantel jelas bekerja keras pada episode ini.

Nah, mgg berikutnya akan menjadi mendebarkan, sebab mgg dpn akan menjadi mgg terakhir mrk sblm mrk plg ke Inggris. Dg kata lain, mrk harus memilih siapa Best Traveller yg akan memenangkan uang 10.000 poundsterling. Siapakah yang akan menjadi sang pemenang akhirnya?

ULTIMATE TRAVELLER 6: SUMBAWA

Wah tak terasa sudah episode ke-6. mgg kmrn kita menyaksikan kl Nathan marah dg Mairi Claire dan meninggalkannya sekelompok hanya dengan Chantel. Nah aku smpt bertanya2, bgmn kedua cew itu bs menghadapi tantangan mrk untuk tggl bersama keluarga Indonesia selama 2 hari. Well, trnyta they’re doing fine.

Untuk tantangan mgg ini, kedua kelompok harus pergi ke Pulau Sumbawa untuk tinggal di perkampungan tradisional. Kelompok Mairi Claire – Chantel ke perkampungan nelayan di Bangin, sementara kelompok Nathan – Lewis – Chloe ke perkampungan Mbawa di daerah pegunungan. Ternyata ada 3 detail tantangan yg harus mrk lalui jika tidak ingin kehilangan 25% bungdet harian mrk, yaitu:
  • Tinggal selama 2 hari bersama warga lokal.
  • Membaur dg kegiatan sehari2 warga lokal.
  • Mengorganisir sebuah pesta untuk menyatakan terima kasih mrk pd penduduk desa.
  • Kencan dg cow indo, kl bs penulis blog.
Hehehe, yg terakhir cm becanda ding. Well anyway, yg plg khawatir dg tantangan mgg ini adl Chloe, soalnya dia sudah terbiasa dg gaya hidup mewah dan ragu apakah dia bs tggl di perkampungan yg bersahaja (bhs halusnya bt miskin). Sedangkan Mairi Claire spt biasa menyambut tantangan itu dg gembira, walaupun baru saja patah hati.

Yg pertama tiba di lokasi adl Mairi Claire dan Chantel. Di sana mrk merasa senang sebab mrk lgs disambut oleh anak2 desa. Desa yg mereka kunjungi adl desa terapung, dimana rumah2 di desa tsb dibangun di atas air dan hanya dihubungkan oleh jembatan2 kecil. Di sana kedua gadis itu merasa nyaman dan terkesan dg kebersamaan yg terjalin di antara penduduk desa. Mereka juga membantu menyiapkan makanan untuk acara pemakaman seorg warga desa yg meninggal. Sebelumnya di Lombok, mrk membeli peralatan pesat untuk digunakan dalam tantangan mrk membuat pesta perpisahan (bnr2 penuh persiapan, ini nih tipe cew yg kusuka, halah). Bahkan Mairi Claire mengajari klg kepala desa tarian tradisional Skotlandia.

Sementara itu perjalanan Nathan dkk tdk begitu bgs. Pertama mrk mendapatkan bus yg bau, penginapan yg buruk, dan transport yg mogok. Alhasil mrk menuju desa dg berjalan kaki. Di sana Chloe lgs mengalami ketidaknyamanan krn tggl di sebuah gubug tanpa alas tidur. Disini ia merasa kl warga perempuan dinomorduakan, bahkan justru harus bekerja lebih keras dr para lelaki. Di sana tim Nathan merasakan mandi di sumber air alami, memerah susu kuda liar (hmmm), dan Chloe belajar menenun. Malam harinya, penduduk desa mengadakan pertunjukan tari tradisonal untuk menyambut para pelancong bule kita. Sbg ucapan terima kasih, Chloe mengajari mrk “Mexican Wave”, itu lho gerakan yg biasa dipertunjukkan penonton bola kyk di iklan Sprite. Sebagai ucapan terima kasih jg, Lewis dan Nathan mengadakan pertandingan sepak bola untuk anak2 di desa. Saat pulang, Chloe merasa belajar byk dr tempat ini dan mengatakan kl sebenarnya dia tdk ingin kembali ke “peradaban”.

Kedua kelompok akhirnya bertemu di akhir minggu di kota Bima. Di sana mrk berdua menceritakan pengalaman mereka selama seminggu terakhir. Di pertemuan ini, Chloe terpilih mjd Traveller of the Week. Diumumkan bahwa mgg dpn mrk akan melancong ke Flores dan menghabiskan waktu untuk membantu konservasi atau kegiatan sosial lainnya di sana. Pada saat pemilihan kelompok mgg dpn, Nathan dan Mairi “terpaksa” berduaan dlm satu kelompok, karena Chloe dan Chantel memilih sekelompok dg Lewis. Nah, apa yang akan terjadi dg mrk berdua. Apa mrk akan cakar2an atau mlh rujuk kembali? Atau mrk akan dimakan komodo? Well, kita liat saja mgg dpn.





Thursday, October 13, 2011

ITINERARY SOLO (2 hari, 1 malam)

Ini lanjutan postinganku yg kemaren, soal jalan2 ke Solo. Ini dia itinerary-nya (khusus kalian yg suka hunting foto).
  • Nyampe Solo sbt pagi, lalu lgs menikmati wisata alam dan candi ke Tawangmangu.
  • Sabtu sore balik ke Solo, lgs menuju pasar malam Ngarsopuro smbl kongkow2. Selain belanja dan nongkrong, kalian jg bs foto2 di koridor Ngarsopuro yg dipenuhi artwork. Tp yakinkan kamera kalian beresolusi tgg atau ada flash-nya, soalnya gelap (kn malam). Kl kalian beruntung dtg pas ada acr di sana, kalian jg bs disuguhi hiburan musik. Pilihan lain kalian bs wisata kuliner di Galabo Gladag (dpn PGS). Atau dua2nya jg blh, di Ngarsopuro ada sih yg jual makanan tp lbh manteb di Galabo. Kl nggak ada kendaraan bs naek becak.
  • Mgg pagi menikmati Car Free Day dr jam 6 mpe jam 9. Secara acaranya Car Free Day, kalian nggak bs naik kendaraan, tp keuntungannya kalian bs foto2 di tempat2 asik di sepanjang city walk Slamet Riyadi. Knp harus pas Car Free Day? Soalnya kl naek kendaraan bakalan srg berenti2 (parkirnya bok). Lagian kl jalan, byk temennya kok, jadi nggak berasa. Aku saranin mulai dr arah barat ke timur (jgn jauh2 nt capek, mulai aja dr SGM, kl laper di pinggir jln byk yg jual makanan), Finish ke keraton Kasunanan, kalo mau lanjutin dikit ke balai kota ampe Pasar Gede (cr sarapan disana). Jgn lupa mampir Pasar Klewer atau kampung batik Kauman untuk berburu batik. Kl pengen suasana yg lebih nyaman, bs belanja di Pasar Grosir Solo, letaknya deket kok.
  • Setelah mampir keraton Kasunanan, bs lanjut ke Pura Mangkunegaran (tp perhatiin jam bukanya, kl tll siang kayaknya nggak bs), lalu ke Monumen Pers, Taman Balekambang, finish kampung batik Laweyan.
  • Capek, plg deh (ke manapun rmh kalian, hehehe).

BACKPACKING KE PANTAI BARON

 
Baron adalah nama sebuah pantai di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Ada banyak sich pantai di daerah Yogyakarta, tapi yg bs dicapai pke kendaraan umum ya cuma Pantai Baron ini. Kuhabiskan waktu 12 jam backpacking ke pantai ini dengan rincian 2,5 di pantai dan sisanya habis bt perjalanan. Jalur yg kulewati adalah stasiun Solobalapan – stasiun Maguwo (bandara) – terminal Giwangan – terminal Wonosari – Pantai Baron. Jujur, aku agak kecewa karena airnya tak sebiru dugaanku, tp banyak pengalaman yg kudapatkan selama perjalanan ini. Begini ceritanya (lho kok jd kyk cerita horor?)

Jam 05.35 kereta Pramex berangkat dr stasiun Balapan dg seorang backpacker pemula di dalamnya sbg tokoh utama (which is me, of course). Jam 6.30 kereta akhirnya nyampe di stasiun Maguwo di bandara Adi Sucipto, Yogya. Kenapa aku memilih turun di situ? Well, pertama supaya kedengaran keren kl bokapku telpon, “Pah, lg di airport nih.” (padahal naek pesawat aja blm pernah). Hehehe, itu alasan nggak pentingnya. Alasan pentingnya, halte bus trans di sini sangat mudah dijangkau karena ada di parkiran bandara (parkiran mobil tentunya, bkn parkiran pesawat). Kl turun di stasiun Tugu atau Lempuyangan harus jalan lumayan jauh ke halte bus trans.

Halte bus trans di bandara terletak di samping Circle-K. Karena mengejar waktu spy tdk kesiangan sampai ke pantai, tdk ada waktu untuk lari bugil di sana dan aku lgs membeli tiket bus 3rb. Bus yg kunaiki ke terminal Giwangan adl terminal 3B. Di sepanjang jalan mataku dimanjakan oleh bangunan tua khas Jawa krn bus ini melewati kawasan Kotagede.

Sesampainya di terminal Giwangan, aku cukup terperangah karena terminal ini tampak gres dan megah. Sayang aku tak sempat memfotonya. Setelah membayar retribusi 200 perak, aku lg naik bus jurusan Wonosari. Saat aku naik busnya masih lengang dan banyak penjual makanan menjajakan dagangannya sampai ke dlm bus. Jam 07.20 bus akhirnya berangkat.

Jujur, bus adalah sarana transportasi yg plg tdk kusuka. Kenapa? Bkn krn mabok sih alasannya, tp krn bus adl angkutan yg plg nggak aman, apalagi urusan copet. Karena itu selama perjalanan, aku hanya mengantongi uang secukupnya dan menyembunyikan dompetku di dalam tas. Saking tersembunyinya, jangankan copet, aku aja nggak bs nemuin dompetku, payah. Tarif bus hanya 6rb sampai terminal Wonosari plus bonus yang tak terduga, yaitu pemandangan indah krn rupanya bus ini melewati daerah pegunungan. Saranku kl kalian berangkat, duduklah di barisan sebelah kanan krn pemandangannya lbh menakjubkan. Aku smpt bbrp kali mencoba memfotonya, tp gagal krn bus terus bergerak dan kdg2 pemandangannya tertutup pepohonan. Dah kayak turis aja nih aku di dalam bus. Batin para penumpang bus lainnya: “Ngapain nih turis naek bus reyot gini?”.

Tempat duduknya lmyn spesial, soalnya kaca jendela sampingku rupanya berfungsi sbg rem, soalnya tiap kali diketuk2 pake uang receh, busnya lgs berhenti. Hebat benar teknologi di Indonesia, aku yakin org Jepang aja kalah.

Btw buat informasi aja, krn aku berasal dr kota Solo maka aku selalu travelling sendirian sbg solo backpacker (maksa bgt alasannya). Aku yakin dg backpacking sendirian bs melatih mental yg bakal berguna kl kita udah nikah nanti (lah, apa hubungannya?).

Sepanjang perjalanan aku merasa sangat mengantuk krn tidurku kemaleman. Namun kuusahakan agar aku tidak tertidur, coz I don’t wanna miss a thing (bibir vokalisnya Aerosmith mode on). Kl kebablasan gr2 ketiduran bs kacau nt. Yah, itulah resikonya backpacking sendirian.

Jam 9.15 akhirnya bus reyot ini sampai di terminal Wonosari. Karena kelaparan, akhirnya aku mencari warung makan. Aku menemukan satu warung di depan terminal yang menawarkan nasi goreng seharga 6rb. Daripada mati, akhirnya aku pesan satu. Awalnya aku pikir harganya agak kemahalan, namun setelah mengetahui porsi nasgor-nya segede bagong gini, ya pantes lah.
Setelah membayar nasgor yg tak sempat kuhabiskan, akhirnya aku menemukan sebuah minibus menuju Baron. Kl ingin mencari minibus ini, keluarlah dari terminal dan berjalan ke sebelah kiri. Minibus jurusan Baron biasanya ngetem di depan pos polisi sebelum gang. Begitu masuk, aku hanya bisa pasrah menerima nasib kepanasan di minibus terkutuk ini. Belum jalan aja udah sepanas ini, gimana kl mesinnya dah dinyalain?

Sepanjang perjalanan hatiku cukup berdebar-debar karena jalanannya yang naik turun. Aku juga mengamati kl para penumpang minibus ini sepertinya sudah kenal satu sama lain (bahkan ada yg slg bayarin). Ini persis yg kubaca di salah satu blog yang mengupas backpacking ke Pantai Baron. Dugaanku mereka semua mencari nafkah berjualan di pantai Kukup. Untuk menumpang minibus ini, aku harus membayar lbh mahal drpd penumpang lainnya yaitu 10 ribu (padahal di blog aku baca cuma 7rb, tp ya nggak apa-apa lah, itung2 rezeki org).

Aku sampai di pantai sekitar 10.30. Karena naik kendaraan umum, aku tak perlu membayar retribusi lg untuk masuk ke pantai ini. Begitu sampai aku lgs shock, “Buseeeet rame bgt?”
 
Karena aku nggak begitu suka suasana ramai, akupun memutuskan untuk melewati pantai ini dan menuju ke Pantai Kukup. Untuk menuju ke Pantai Kukup, kita bisa melewati jalan setapak di tebing sebelah kiri pantai. Jalan masuknya ini nih:

 
Untuk melewatinya kita harus membayar retribusi seribu rupiah. Tangganya terbuat dari kayu dan bambu yang sudah reyot. Wah, benar-benar menguji nyali nih. Aku lgs berasa kyk berada di petualangan Indiana Jones mencari tengkorak kristal. 

Seperti ini pemandangan di Pantai Baron dilihat dari atas. Banyak kapal nelayan warna-warni. Tapi hati-hati di sini, soalnya di sisi kalian ada jurang yang sangat curam tanpa pagar pembatas. Di sini juga banyak tower pemancar. Pasti pemandangannya jauh lebih bgs dari atas sana hehehe, tapi taruhan nyawa.



 Ada yang unik di sini, yaitu penjual makanan di sisi tebing yang menawarkan pemandangan bagus.
 
Oya, laut Selatan terkenal sekali dengan mitos Nyi Roro Kidul. Yang suka bgt sama sinetron dubbingan pasti dah nggak asing dg nama itu. Nyi Roro Kidul dikenal sbg penunggu laut Selatan dan gemar menculik orang yang memakai baju hijau. Waduh, untung aku pakai baju hitam, kl nggak “Jangan, Nyi. Tolong jangan culik saya!” (suara didubbing).

Lebay ya, tapi bukan Nyi Roro Kidul saja lho yg harus kalian khawatirkan disini. Laut Selatan juga terkenal dengan ombaknya yg ganas. Karena itu tidak dianjurkan untuk berenang disini. Kalo kalian tenggelam atau hanyut, yakin aja deh nggak bakal ada Bondi Rescue yg nyelamatin kalian.

Kok mlh ngelantur kmn2 blognya, hehehe. Jalan setapak menuju Pantai Kukup semakin curam dan curam. Namun suara deburan ombak di kejauhan tetap membuatku bersemangat 45 untuk menjelajahi tempat ini.

Akhirnya perjalananku tak sia-sia. Baru beberapa menit jalan, aku menemukan sebuah private beach dr kejauhan. Tak tampak satu pengunjung pun di sana. Aku langsung tahu sebabnya, ternyata jalan untuk menuju ke pantai itu tidak terlihat. Akhirnya dengan mencari jalan sendiri dengan menyelinap di antara semak-semak pandan laut (nama latin: Pandanus tectorius, sebagai catatan: DAUNNYA BERDURI). Akhirnya dengan bekas goresan di sana-sini aku berhasil sampai di pantai itu. Horeee! Ini fotonya!
 
Ada buah pandan yang terjatuh di pasir. Belum pernah liat kan kalian?
 
Pasir-pasir ini rupanya tak tersentuh ombak laut, karena terhalang karang. Heran, banyak banget karang ya, apa ini pas air laut lagi surut? What the hell, akupun langsung menjelajahi pantai dan menemukan biota laut yang beberapa tampak menjijikkan shg tak tega jika kupasang di blog-ku. Mereka sejenis hewan laut yang menempel di karang sepertinya. Aku juga menemukan ikan-ikan kecil, kepiting, sejenis siput tanpa cangkang, dan kelabang laut ini.


 
Aku harus berhati-hati berjalan di atas batu karang ini karena licinnya. Aku sih nggak masalah kl jatuh, tp bs berabe kl hapeku yg harganya sebulan gaji kecebur ke laut.

Foto ini menunjukkan keganasan ombak pantai Selatan.

 
Setelah puas menjelajahi pantai kecil ini, akupun berniat melanjutkan perjalanan. Di sini aku malah menemukan jalan setapak menuju ke atas yang aman dari duri-duri pandan laut. Sial, kenapa nggak dari tadi sih? Padahal tadi sudah mempertaruhkan nyawa dan kegores sana-sini.

 
Akupun mengikuti jalan setapak menuju pantai berikutnya. Di pantai ini ada batu-batu karang gede seperti ini
 
Pasirnya sangat halus, seperti merica. Nah, dari pantai ini bisa dilanjut sebenarnya ke pantai Kukup. Pantai Kukup aja dah bisa keliatan dari sini. Namun rutenya lumayan beresiko, soalnya melewati batu-batu karang ini.
 
Awalnya aku pengen motong jalan lewat sini, daripada naek ke jalan setapak yang tadi. Tapi belum jauh sudah kurasakan ombak menerpaku sampai ke paha. Karena nggak berani (secara nggak bs renang), akhirnya kuputuskan lewat jalur yang jauh tapi lebih aman.

Di perjalanan, aku mampir sebentar ke puncak sebuah bukit untuk melihat pantai dari ketinggian. Ini nih pantai yang tadi kukunjungi dilihat dari bukit tersebut.
 
Dan ini foto Pantai Kukup dari atas. Ada semacam gazebo yg dibangun di atas karang, biar mirip2 Tana Lot kali ya?

 
Aku kembali turun dan menapaki jalan setapak hingga akhirnya berada di Pantai Kukup. Pantainya gede dan banyak batu karang. Saking gedenya, aku sampai bingung mau menjelajah kemana. Akhirnya kuputuskan ke tempat yang banyak ceweknya saja hehehe.



 Kayak gini nih kondisi karang di pantai ini.
 
Di sini juga ada tempat pelestarian rumput laut lho. Ombaknya disini lumayan besar. Setelah puas menikmati ombak, akupun kembali ke mainland (berlebihan bgt istilahnya) melewati hamparan rumput laut yang hijau. Rasanya agak aneh sih, anget-anget geli gimana gitu, beda bgt ama air laut yang dingin.

 
Di pantai aku sempat iri melihat para pengunjung yg brgk rame2, ada yg maen sepak bola jg.

 
Dari pantai, ada tangga menuju ke atas dimana banyak penjual makanan dan suvenir berceceran. Akupun memutuskan untuk membeli kepiting sbg oleh2, tp sialnya kepitingnya pas habis semua. Selain kepiting, di sana juga dijual rumput laut dan udang yang ukurannya lmyn besar digoreng garing.

Setelah puas menikmati keeksotisan pantai Gunung Kidul (cailaaah), akupun memutuskan kembali lewat ruteku tadi. tapi aku belum berniat pulang sblm memakan bekalku di private beach (awas, yg blkg jgn ampe slh sebut) yg td kutemui, br ada kenangan dikit makan di tepi pantai. Sialnya aku lupa beli tisu shg terpaksa makan dg tangan yg entah hanya Tuhan yg tahu aku habis megang apa seharian (smg aku nggak sengaja megang keong racun tadi hehehe). Jalan pulang rupanya lbh sulit ditempuh drpd waktu brgk. Krn kakiku licin kena air laut, aku harus ekstra hati2 berjalan di tebing-tebing sepanjang rute kembali.

Salah satu kekagumanku waktu berjalan-jalan di daerah ini adalah ketika kita menengok di antara semak2, sll terhampar pemandangan pantai yang mengagumkan. Ini beberapa buktinya.



 
Jam 1 siang aku akhirnya nyampe di Baron dari. Sebelum plg, aku sempat memfoto tebing (syg fotonya ilang hiks). Pokoknya ngeri deh tebingnya, pastinya nggak bakal tertolong kl aku apa hapeku jatuh dr sini, hiy.
 
Di parkiran, aku mencari minibus jurusan Wonosari di antara bus2 sewaan. Aku akhirnya menemukannya di ujung parkiran (jalaaaaan terus ampe nabrak tembok, pasti ketemu). Atau kl pulang naek bus gede jg nggak apa-apa, asal nggak digebukin penumpangnya.

Setelah setengah jam menunggu, akhirnya busnya berangkat jg dg aku dan seorang penduduk lokal yang berjualan di pantai sbg penumpangnya. Wah, kayaknya hanya aku backpacker di antara ratusan pengunjung di situ (tapi nggak tau jg ya yg pake motor). Waktu perjalanan plg aku berpikir, berangkat td keren, tp plg2 wujudku dah kyk gembel. Semua gara2 celanaku yg basah kena air laut beberapa kali dan kaki penuh pasir.

Seakan-akan perjalananku belum cukup sengsara, oven berjalan ini berhenti ngetem lama sekali. Ditambah lagi, sopirnya ketiduran! Huh, kagak sopir angkot kagak anggota DPR, semuanya sama, kerjaannya molor pas bertugas. Tapi ambil aja sisi baiknya. Kan bagus pak sopir ketiduran pas ngetem, coba kalo ketidurannya pas lg nyetir, bs berabe hehehe.

Jam 14.50 akhirnya aku diturunin di perempatan Karangrejek. Kata sopirnya sama aja naek bus Yogya dari sini atau dr terminal, soalnya dari terminal, bus jurusan Yogya jg bakal lewat sini lg. Akhirnya aku turun dan memberikan uang 10rb untuk membayar. Tapi sialnya, ternyata aku membuat keputusan yg salah. Aku lp kl aku berniat membeli air minum di terminal. Selain itu, di Karangrejek bus sudah terlanjur penuh, shg aku tak leluasa memilih tpt duduk. Aku bahkan tak tega memanggil “benda” yg kutumpangi ini sbg bus. Dalam hati aku berdoa semoga aku bnr2 nyampe Yogya dg selamat, soalnya aku saja ragu rongsokan ini bakalan bisa nyampe ke perempatan berikutnya.

Jam 4 akhirnya bus-ku sampai ke terminal Giwangan (amazingly, in one piece). Agar praktis, aku memutuskan plg ke Solo naik bus saja. Dengan pertimbangan aku memang sudah berada di terminal shg tdk harus mengeluarkan biaya ekstra untuk transport dr terminal ke stasiun. Selain itu, belum jelas jg apakah aku nanti dapat tiket plg ke Solo, soalnya kereta sore biasanya byk peminatnya. Ditambah lg skrg ada pembatasan jmlh karcis kereta yg bs dijual. Mending yg pasti2 aja deh, naek bus dg tiket 10rb ke Solo. Tapi ada resikonya lho, soalnya perjalanan bakal tambah lama. Kl naek kereta, cuma makan waktu sejam, tapi kl naek bus bs ampe dua jam. Ini karena bus muter2 dl di kota Klaten. Tapi asyiknya, bus akan melewati candi Prambanan shg bs terlihat sekilas dr jalan. Ini dia fotonya.

Liat nggak tuh stupa di tengah? Itu tuh yang kecil.

Udah, biasa aja kali kl emg nggak jelas, lagian kan aku bukan fotografer profesional, cm backpacker dg kamera VGA :-(

Untung aku naek dr terminal shg mendapat tpt duduk yg nyaman. Blm keluar dr Yogya aja bus ini lgs penuh ampe berjejal-jejal (untung ngggak ada yg kentut spt tragedi yg kualami waktu naik kereta untuk mudik lebaran kmrn).

Perjalanan dua jam terasa amat sangat melelahkan. Selain krn bus penuh shg aku kehabisan stok oksigen, aku juga kelaparan, capek, pegal, dan hanya ditemani lagu Sabrina dr MP3-ku sbg hiburan. Jam 6 sore akhirnya aku turun di depan UMS dan naik angkot jurusan 01 ke rumahku. Aku beruntung pny rumah di pusat kota yg mudah dijangkau dg kendaraan umum, jd walaupun tak pny kendaraan pribadi, aku jrg mengalami kesulitan untuk pergi kmn2. Akupun sampai ke rumah tanpa membawa oleh2 apa2, kecuali lecet-lecet di beberapa bagian tubuhku (untung nggak kena bagian yg vital).

Banyak pengalaman yang kupetik dr perjalananku ini. Salah satunya adalah kita tidak bisa mengharapkan semua berjalan sesuai rencana kita. Jujur aja, aku awalnya berniat hanya menganggarkan 50ribu saja untuk backpacking ke Baron. Namun kenyataannya aku menghabiskan hingga 70rb (itu sudah di luar keperluan yg nggak penting bt dicatat, kyk beli arem2 pas kelaparan dan ke WC umum).

Well, ini memang bukan dunia yg ideal kawanku, dmn kita bs mendapatkan sgl yg kita inginkan, spt pengeluaran yg sesuai dg budget atau pny pacar kyk Lindsay Lohan. Selidik punya selidik, ternyata kegagalanku menjaga bugdet 50rb karena dua faktor, yaitu perut yg nggak bs diajak kompromi dan tarif bus yg kemahalan. Btw, ini dia rincian pengeluaranku selama travelling ke Baron.

Kereta Prameks Solo-Yogya 10.000
Bus trans ke terminal Giwangan 3.000
Bus ke terminal Wonosari 6.000
Nasi goreng dan teh 8.000
Minibus ke Baron 10.000
Tiket naik ke Kukup 1.000
Minibus plg dari Baron 10.000
Bus ke Yogya 5.000
Ngasih ke pengamen (kenapa aku mencatat ini?) 1.000
Bus ke Solo 10.000
Angkot 01 ke rumah 3.000
Total 67.000