WARNING: Artikel ini adalah seri terakhir trilogi "MANAKAH HUKUMAN MATI PALING BRUTAL". Jika kalian ingin membaca seri pertama sampai ketiga, kalian bisa membacanya di Karyakarsa gue dengan mengikuti link berikut:
Wah selamat jika kalian sudah bertahan hingga episode ini setelah membaca detail hukuman mati paling sadis dalam sejarah. Nah sampailah kita di bagian terakhir dimana nih, beda banget ama tiga episode sebelumnya yang ngadalin penyiksaan fisik, hukuman kali ini sama sekali tak melibatkan kekerasan, melainkan berbentuk siksaan psikologis. Bahkan metode ini bukanlah metode hukuman mati.
Metode yang gue maksud adalah “white torture”
alias “penyiksaan putih” yang melibatkan narapidana ditaruh di dalam ruangan
putih sebagai bentuk penyiksaan psikologis yang ditujukan untuk “melaparkan” panca
indranya.
Lah kalo cuman ditaruh di ruangan putih mana
bahayanya dong? Malah berasa di hotel yang seprai ama dindingnya serba putih
ala minimalis, ya nggak?
Jangan anggap remeh hukuman ini. Walaupun
nggak masuk akal (sama seperti eksekusi yang melibatkan sang narapidana dihukum mati dengan cara ditetesi air di kepalanya), hukuman ini nyatanya bisa membuat
sang napi kehilangan kewarasannya. Namun apa sih bahayanya berada di ruangan
serba putih?
Well, pertama seluruh sel mereka seluruhnya
berwarna putih, baik dinding, lantai dan langit-langitnya. Pakaian dan makanan
merekapun serba putih. Sampai-sampai, lampu neon yang menerangi ruangan
tersebut diposisikan tepat di atas sedemikian rupa sehingga tidak ada bayangan
yang muncul. Ruangan sel itu juga tanpa jendela sehingga selama dikurung di
sana, sang tahanan sama sekali tak melihat, apalagi merasakan cahaya matahari.
Secara pendengaran, sel tersebut kedap suara,
dan tidak ada interaksi sosial apa pun, bahkan suara dari sang penjaga
sekalipun. Penjaga berdiri diam, sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun,
bahkan mengenakan sepatu dengan sol empuk agar tak bersuara saat berjalan.
Singkatnya, narapidana tidak dapat mendengar apa pun kecuali diri mereka
sendiri.
Bentar, malah enak dong? Kalo sunyi gitu
biasanya jadi nyenyak bobonya hehehe. Tiduran terus dong? Well, jangan senang
dulu, sebab biasanya lampu yang menerangi ruangan tersebut takkan pernah
dimatikan, sehingga dalam kondisi terang tersebut, sang tahanan akan kesulitan
tidur. Akibat lampu yang terus menyala tanpa henti, apalagi di dalam ruangan
tanpa jendela, sang napi takkan menyadari perubahan siang malam yang membuatnya
tak mengetahui berlalunya waktu.
Indra yang lain pun biasanya ikut “dimatikan”
agar mereka makin tersiksa. Dalam hal rasa dan bau, narapidana diberi makanan
berwarna putih (biasanya nasi tanpa bumbu) supaya mereka nggak bisa mencecapi
kenikmatan apapun. Selain itu, seluruh permukaan dalam sel tersebut halus,
sehingga menghilangkan sensasi sentuhan mereka.
Sehari dua hari mungkin kalian akan tahan,
namun mereka sering kali dikurung selama berbulan-bulan, atau bahkan
bertahun-tahun. Dampak penyiksaan serba putih ini, apalagi selama periode
isolasi yang lama, narapidana akan mengalami depersonalisasi atau kehilangan
identitas pribadinya. Efek lainnya dapat berupa halusinasi atau psikosis.
Mungkin kalian menebak, hukuman ini berasal
dari Amerika Serikat. Namun uniknya, penyiksaan ini justru pertama ditemukan di
Iran, bahkan telah sering dilakukan terhadap tahanan politik. Kebanyakan yang
mengalami penyiksaan semacam ini adalah jurnalis yang ditahan di penjara Evin.
Contohnya adalah Amir Fakhravar yang ditahan, ah maaf, disiksa di ruangan putih
selama 8 bulan pada tahun 2004. Dia konon masih mengalami trauma saat berada di
ruangan yang bernuansa putih, walaupun sudah bebas.
Namun ada benarnya, siksaan macam ini emang
menjadi terkenal setelah informasi bocor bahwa pihak militer Amerika
memanfaatkannya pasca tragedi 11 Septermber. Amerika Serikat sendiri telah
dituduh oleh Amnesty International dan organisasi hak asasi manusia internasional
lainnya menggunakan teknik penyiksaan ini dengan persetujuan presiden kala itu,
George W. Bush di penjara Guantánamo. Di sana, para tahanan mengalami siksaan
lebih dimana telinga dan mata mereka ditutup, tangan dan kaki diikat, dan
jari-jari mereka ditaruh dalam sarung tangan tebal, untuk semakin melaparkan
indra mereka.
Tak hanya Amerika, pemerintah Venezuela juga
konon melakukan hal yang sama terhadap tahanan politik mereka, dimana tak hanya
seluruh ruangannya putih, namun juga mereka dipaksa tidur di tempat tidur
sekeras batu pada suhu menggigil. Menurut laporan, saking ngerinya siksaan yang
mereka alami, banyak tahanan mencoba melakukan bunuh diri.
Memang, hukuman yang sekilas simpel ini
secara efektif bisa melenyapkan kewarasan siapapun yang mendekam di dalamnya.
Namun rupanya ada efek samping “unik” dari hukuman ini. Akibat berada di
ruangan putih tanpa cahaya matahari sedikitpun, secara visual kulit tahanan
tersebut akan kehilangan semua pigmen kulitnya, sehingga secara ironis, kulit
mereka akan menjadi memucat dan bertambah putih. Jadi kesimpulannya, jika
kalian pengen kulit yang glowing tapi nggak mau beli skinker yang mahal, boleh
deh teknik ini dicoba.
Jika artikel ini menarik, kalian bisa membaca artikel serupa tentang Mesfewi, seorang pria Maroko yang dihukum mati dengan cara yang unik karena kejahatannya yang brutal. Kalian bisa membacanya di link Karyakarsa berikut:
https://karyakarsa.com/dave.cahyo/kematian-hadj-mohammed-mesfewi-hukuman-mati-paling-menakutkan
Wah, ngeri juga ya Bang Dave. Kalau nggak salah Teddy pernah dulu nonton Animasi Penyiksaan Putih ini.
ReplyDeleteTerima Kasih artikelnya Bang.