Kawasan Gladag adl pusat kota Solo. Kawasan ini amat mencolok dengan patung Slamet Riyadi dan bundaran air mancurnya. Belum lagi di kawasan itu terdapat Galabo, yaitu pusat kuliner Solo.
Nah, di depan gerbang keraton, kita akan disambut oleh sepasang reco gladag, yaitu patung raksasa yang bertugas menjaga keraton.
Nah beginilah suasana begitu masuk keraton, rindang karena ada dua pohon beringin raksasa berusia ratusan tahun.
Setelah memasuki gerbang keraton, di sebelah kanan jalan kalian akan menemui batu ini. Aku curiga, jgn2 ini yg dimaksud sbg selo pamecat, alias batu yang digunakan saat memenggal kepala Trunojoyo.
Di depan keraton, terdapat alun-alun yang luas. Kl kesini siang2 lumayan panasnya, jd sebaiknya bawa topi atau payung. Nah di tengah alun-alun terdapat dua buah pohon beringin yang diberi pagar. Kedua beringin ini ada namanya lho, Dewadaru (sebelah kanan) dan Joyodaru (sebelah kiri). Ini dia fotonya.
Di kompleks keraton, tepatnya di sebelah kanan alun-alun, kita juga akan menemukan Masjid Ageng.
Di sebelah selatan Masjid Ageng, terdapat Pasar Klewer yang cocok bgt bt kalian para batik-lova krn harga batik khas Solo-nya yg murah2.
Lalu kita akan menemukan Sasana Sumewa yang biasa dipakai rakyat jelata (seperti aku) untuk menemui sultan.
Tempat ini rupanya dijaga oleh 2 patung sapi. Well, sebagai perbandingan, kl di Pura Mangkunegaran (keraton satunya), ada dua patung singa yang bertugas sebagai penjaga.Bentuk akulturasi budaya Hindu dan Islam kurasa sebab di Hindu, lembu dianggap hewan suci kendaraan Dewa Siwa.
Di sini, kita juga akan menemukan meriam dimana-mana (jadi wisata meriam deh). Kubaca di wikipedia, meriam ini namanya Kyai Pancawura dan Kyai Sapu Jagad yang dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung.
Di dalam Sasana Sumewa, terdapat bangsal Pangrawit, yaitu panggung tempat singgasana raja saat memimpin rapat dengan para punggawa kerajaan.
Nah, di sebelah selatan Sasana Sumewa, terdapat kompleks Sithinggil yang dibuat lebih tinggi dari kompleks di sekitarnya.
Di depan Sithinggil terdapat banyak meriam. Ini salah satunya. Meriam buatan Belanda ini sangat tua (masih ada merk-nya) dan dihiasi dengan ukiran-ukiran. Hmm…walaupun meriam adalah sebuah senjata, namun diperlakukan bak sebuah work of art.
Bangunan utama di kompleks Sitihinggil adalah Sasana Sewayana yang digunakan para pembesar dalam menghadiri upacara kerajaan.
Nah, di Sithinggil terdapat sebuah aula besar yang dinamakan Bangsal Manguntur Tangkil yang merupakan tempat tahta sultan. Di belakangnya, terdapat Bangsal Witono, yaitu tempat bersemayamnya pusaka keraton. Nah di bangsal ini terdapat sebuah bangunan kecil yang disebut Krobongan Bale Manguneng, yaitu tempat disimpannya pusaka yang bernama Kanjeng Nyai Setomi. Tapi pusakanya bukan keris lho, melainkan meriam yang konon dirampas dari VOC saat tentara Mataram menyerang Batavia . Nggak bisa diliat sih isinya apa, tapi percaya aja soalnya info ini aku comot dari wikipedia hehehe.
Jangan lupa tengok kanan kiri karena kalian akan menemukan sebuah lukisan yang mengilustrasikan suasana saat sang sultan memerintah.
Nah, dari gerbang selatan Sithinggil, kita akan menemukan jalan umum yang lumayan rame (disebut Supit Urang) yang biasa dilalui penduduk Solo. Duh, ramenya bo. Motor dan mobil lalu lalang, jadi harus hati-hati saat menyeberang. Disini kita akan melihat tembok yang sangat tinggi. Tembok ini dulunya digunakan sebagai tembok pertahanan. Nah, dibalik benteng ini adalah keraton yang sesungguhnya. Wah, berasa kayak Forbidden City di China!
Nah disini kita akan menemukan kompleks Kamandungan yang merupakan gerbang masuk ke dalam keraton. Dari sini terlihat Panggung Sangga Buwana, yaitu sebuah menara 5 lantai yang digunakan sultan untuk bermeditasi dan bertemu Nyi Roro Kidul. Dulu, menara ini juga dipakai untuk mengawasi benteng VOC yang berada di kompleks Gladag. Nah, aku seneng banget ama foto ini, soalnya timing-nya pas banget, pas ada dokar lewat.
Hiy jadi serem, kayak cerminnya Sadako. Btw kalian akan melihat warna biru di keraton Kasunanan, sebab itu adalah warna resmi kerajaan.
Nah, buat kalian para turis, bukan disini nih pintu masuknya (saolnya ini khusus buat kerabat raja, week), melainkan gerbang yang ada di sebelah timur.
Disini terdapat patung Sultan Paku Buwono VI yang diangkat menjadi pahlawan nasional.
Kl mau masuk keraton, ada beberapa aturan yg harus dipatuhin nih, seperti nggak boleh memakai baju yg terlalu minim, apalagi yg sexy (termasuk cowok, nggak boleh pake celana pendek). Tapi don’t worry, disediakan sarung untuk menutup “aurat” hehehe. Terus nggak boleh pake sandal juga, krn akan dianggap nggak menghormati sultan. Tapi nyeker pun nggak apa-apa kok, tetap nyaman karena kita akan berjalan di atas pasir selama di dalam areal keraton (seperti di pantai).
Sayangnya kali ini aku tidak masuk ke dalam keraton. Maybe next time. Nah, kalo foto-foto ini kuambil di gerbang barat areal Kamandungan.
Jgn lupa untuk belanja cinderamata di pasar cinderamata ini. Letaknya ada di sebelah barat alun2.
biaya masuknya berapa? di mangkunegaran kemaren 10ribu belum guide, batal masuk, kemahalen klo buat orang yg ngaku backpacker seperti saya, haha
ReplyDeletekl mau liat spt yg di isi postingan sy di atas tuh gratis soalnya baru bagian dpn aja,,,kl mau msk kratonnya kyknya sm 10 rb+guie
Deletewah syg bgt nggak mampir mangkunegaran,,,setimpal bgt kok biaya masuk+guide-nya sama keindahan istananya,,,,
biaya guide-nya seikhlasnya koQ,,,bandingin aja ama lawang sewu yang matok harga 30 rb (blm termasuk tiket masuk)
Kalo dr namanya, Selo pamecat, (pamecar, pisah, putus) dan Selo (sela2, JD leher adl sela2 antara kepala dan badan hyyy
ReplyDeleteSedangkan meriam, penasaran Dede, apakah g dikasih naungan gitu xixix lupa namanya apa, kanopi?