Candi Plaosan? Apaan tuh? Kebanyakan org pasti taunya Candi Prambanan dan Borobudur. Candi Plaosan adl kompleks candi yg terletak tak jauh dr Candi Prambanan. Nah, jgn salah kaprah ya. Kawasan Prambanan itu termasuk ke dalam Klaten, Jawa Tengah dan belum masuk Yogyakarta. Jadi salah tuh kl nyebut Candi Prambanan tuh terletak di Yogyakarta (tp emg siy di daerah perbatasan2 gt). Apalagi kl nyebut Borobudur ada di Yogya, tambah sakit jiwa tuh.
Dari Solo, hari Minggu pagi aku brgk dg menumpang bus jurusan Yogya. Bus yg kunaikin non-AC dan tarifnya cucok bgt untuk kasta sudra sepertiku, yaitu 5 ribu rupiah aja. Kl kalian dr Yogya, kalian tggl naik Bus Trans Yogya yg menuju ke Candi Prambanan. Di perjalanan memasuki Klaten, aku menemui tugu ini.
Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan, aku turun di dpn candi Prambanan dan lgs disambut oleh gapura ini.
Di dpn gapura ini, kau lgs disambut (atau dikejar2 lbh tepatnya) sm tukang ojek. Aslinya sih aku rencana jalan kaki ke Candi Plaosan. Tp krn nggak tau rutenya, akhirnya aku pasrah jg dibawa bapaknya. Apalagi tarifnya cukup murah, 5 ribu rupiah aja. Dari gerbang depan candi Prambanan terus aja ampe pertigaan lalu belok ke kanan. Lalu lurus sampai terlihat candi besar di sebelah kiri jalan, itulah candi Plaosan.
Begitu melihat Plaosan dg mata telanjang, eh, dg mata kepalaku sendiri, aku lgs terpana. Aku sempat sih liat foto2nya di bbrp blog, tp aku nggak mengira kl candinya trnyta sebesar ini. Setelah membayar pak ojek, aku lalu menuju loket untuk mengisi buku tamu dan membayar biaya masuk. “Berapa Pak?” tanyaku pd bapak penjaga candi. “Seikhlasnya.” kata bapaknya. Kl nggak ikhlas, Pak? Blh nggak byr nggak? Hehehe…pengennya siy nanya gitu tp secara aku bln dpn rencana dapet bonus, aku sengaja bermurah hati. Akhirnya kubuka dompetku dan kukeluarin kocek 5 ribu (haiah, tetep aja pelit!).
Ternyata candi yg kukunjungi adl Candi Plaosan Lor. Lor dlm bahasa Jawa artinya utara. Sementara Candi Plaosan Kidul (artinya selatan) letaknya tak jauh dr kompleks Candi Plaosan Lor, tp isinya cm bbrp candi yg kecil2. Mula2 aku mengeksplorasi Candi Plaosan Lor. Kompleks candinya ternyata cukup luas, terdiri atas dua candi utama yg besar dan bbrp candi perwara dan stupa mengelilinginya. Kemegahan dan keindahan candi2 ini lgs membuatku terpukau, terpana, terperanjat, terkesima, terperangah, bahkan terperosok (yg blkg kayaknya nggak bersinonim sm kata2 di dpnnya, tp nasehatku hati2 kl berjalan di tumpukan batu). Sayang sekali, kebanyakan candi perwara hanya berupa tumpukan batu2.
Sayangnya begitu masuk, di dalamnya sudah nggak ada apa2. Begitu memutari candi ini, terlihat bahwa di samping kanan kiri dan belakangnya terdapat relief manusia (atau dewa, nggak tau).
Kl kebanyakan turis masuk dulu ke candi utama, tp rasa penasaranku pd reruntuhan yg ada di sekitar candi membuatku melewati blkg candi utama terlebih dahulu. Ini dia foto kemegahan candi utama dr sisi blkg.
Akupun melihat bagian2 candi yg berserakan dan bertumpuk ngga karuan di tanah. Aku baru nyadar kl relief mirip motif floral ini sebenarnya adl kepala gajah.
Aku jg menyadari dr bagian2 candi yg saling lepas ini, kl trnyta org2 zaman dulu membuat candi dg teknik plug n play (hehehe, istilahku sndri). Coba aja liat dua batu ini sbg buktinya.
Kayaknya kl dua bagian itu disambungin, akan membentuk ujung bagian atas sebuah stupa. Wah, trnyta ada gunanya jg ya candi2 ini nggak direkonstruksi dan dibiarin dlm bentuk reruntuhan. Kita jd bs bljr byk ttg teknik pembuatannya.
Di belakang candi utamna, masih terdapat deretan delapan candi perwara yg berdiri gagah.
Uniknya, slh satu reruntuhan candi udah ditumbuhi pohon beringin gede. Wah, jd ingat candi Angkor Wat yg ada di Kamboja nih.
Kl kita berjalan terus, kita akan sampai di bagian dmn ada bbrp candi yg coba direkonstruksi kembali. Begini nih contohnya.
Aku prnh ngeliat salah satu tayangan tivi (buatan luar negeri ironisnya) ttg cara merekonstruksi candi. Trnyta nggak segampang yg kita duga. Mirip menyusun kembali potongan2 puzzle dan harus ekstra hati2 agar batu2 bersejarah itu nggak rusak. Wah, jd harus pikir dua kali nih kl kita mau ngritik pemerintah krn membiarkan candi2 ini cm jd tumpukan2 batu doank, soalnya nyusunnya kembali nggak kebayang susahnya.
Nah, di ujung kompleks candi, aku melihat sebuah pendopo yg di pinggirnya berjejer patung2. Aku menyebutnya aula para dewa (istilahku sndri, tp keren kan hehehe). Aku iseng-iseng naik dan memotretnya.
Nah, patung terakhir tuh jelas patung Buddha, diliat dr rambut yg bergelung. Kl nggak salah baca, Candi Plaosan ini emg hadiah dr Rakai Pikatan yg beragama Hindu pd istrinya, Pramodyawardhani yg beragama Buddha.
Setelah puas melihat2 candi perwara, aku pun melangkahkan kakiku ke candi utama. Ada dua candi utama yg berukuran besar di sini. Ini adalah pemandangan dari sisi candi utama.
Di depan candi utama aku jg menemukan candi perwara lainnya. Kau iseng2 masuk dan inilah potret dari dalam candi perwara tersebut.
Setelah kupikir2, trnyta semua candi perwara menghadap ke luar candi utama. Masih di sisi luar candi utama, aku menemukan sepasang patung raksasa mengapit jalan masuk menuju candi utama. Ini dia salah satunya.
Kali ini bukannya diapit patung raksasa, tp diapit dua tong sampah hehehe. Inilah gambaran fasad depan candi utama dilihat dr gerbang masuk yg td.
Ini adl relief pd sisi tangga candi utama. Kl dr smpg terlihat kepala gajah, tp di dalamnya ada singa.
Aku masuk dan menemukan relung2 kosong di dinding kanan dan kiriku. Kayaknya dulunya ini diisi patung.
Di dalam candi utama yg ada di sebelah kiri, aku menemukan dua patung tak berkepala. Dr model2nya sih kayaknya patung Buddha. Aku jg menemukan sisa2 dupa di dlm candi. Hmm… candi ini msh digunakan untuk beribadah oleh warga sekitar rupanya. Jujur aja masuk ke candi ini agak membuatku merinding, soalnya hawanya dingin dan gelap. Aku pun lgs buru2 keluar.
Nah, inilah enaknya mengunjungi candi yg masih terisolir dan belum terkenal. Pengunjungnya sepi, penjaganya nggak ada, jd aku bebas manjat2 candi hehehe. Coba nglakuin ini di Prambanan atau Borobudur, pasti lgs ditangkap satpam! Akupun berkeliling dan memotret hiasan di tepi candi. Yang motif pertama agak ngingetin aku sm motif suku Inca dan Maya.
Di sisi kanan kiri maupun belakang candi dihias dengan relief2 manusia (atau dewa mungkin). Ada motif perempuan dan laki-laki ini.
Hmm…dari gaya2nya kok mirip dewa2 Hindu ya? Pdhl kn harusnya ini candi Buddha.
Akupun turun dan memotret hiasan pada bagian bawah candi yg bermotif floral.
Nah, coba liat bagian yang kulingkarin. Ada hiasan berupa kepala org. agak serem siy menurutku, kepala org muncul entah drmn.
Aku pun menyatroni candi utama satunya. Ini foto fasad depannya. Terlihat ada jeruji di jendela dan pintu gerbangnya, beda dg candi satunya.
Ini dia fotonya dr samping. Terlihat kl hiasan pada pinggiran undak-undakan pada candi ini telah hilang dan diganti dg gaya minimalis. Ih, pdhl kan aslinya bermotif hiasan kepala gajah yg rumit td.
Di dlm candi aku menemukan sepasang patung yg kondisinya jauh lbh baik drpd patung yg ada di candi sebelah utara. Patung ini msh utuh, tp anehnya patung ini bergaya Hindu dg slh satu kakinya menjulur ke tanah. Hmm…ini candi Hindu apa Buddha sih? Tlg dunk aku dikasi pencerahan.
Setelah puas berkeliling di kawasan Candi Plaosan Lor, akupun berjalan bbrp meter ke arah Candi Plaosan Kidul. Dari pintu masuk tinggal berjalan lurus sampai ke rumah penduduk, di sana ada 6 candi perwara yg sudah direkonstruksi, sementara candi utamanya tak terlihat.
Aku pun memutuskan berjalan kaki untuk menuju destinasiku berikutnya, yaitu Candi Sewu. Lumayan jauh sih, sekitar 1-2 kilo, tp perjalanan tak terasa berat. Selain krn aku ditemani koleksi lagu K-Pop terbaru, aku jg disuguhi pemandangan indah, yaitu hamparan sawah yang menyejukkan mata dengan latar belakang barisan pegunungan yang berlapis-lapis. Aku juga melihat beberapa petani sedang memanen padi. Benar2 penutup perjalanan yg sgt berkesan.
info menarik
ReplyDeleteCuma sedikit selentingan, kalo di Eropa/Mesir, timteng, kebanyakan penuh misteri, kayak Gobleki Tepe atau Stonehenge, yg katanya buat jd okompas langit atau apalah namanya lupa hamba
ReplyDelete