Kota Solo emg mengalami banyak perubahan selama pemerintahan Walikota Jokowi yg mrpk walikota pertama yg dipilih oleh rakyat. Seingatku sewaktu aku msh kecil Solo adl kota yg biasa2 aja, nggak beda lah ama kota kecil lainnya. Emg sih nama Kota Solo srg keluar di buku pelajaran sejarah, tapi bagiku kota ini nggak ada istimewanya. Namun sekarang perbedaannya sgt mencolok. Solo adl kota yg sgt maju, terutama di bidang budaya dan pariwisata. Alhasil aku jd bangga bgt dilahirin mjd Wong Solo. Salah satu bukti kemajuan Solo adl munculnya kawasan wisata Ngarsopuro.
Dulu sewaktu aku masih ABG (cailah) kawasan ini dikenal dg nama Triwindu. Hampir setiap pagi aku sll melewati daerah ini untuk brgk ke sekolahku SMP Bintang Laut. Seingatku, kawasan Triwindu sangat tdk tertata dan acak2an (like the rest of the city at that time). Kawasan itu terkenal dg toko2 peralatan listrik yg berjejer di pinggir jalan. Aku msh ingat ayahku dl srg sering menyuruhku ke sana sore2 untuk membeli lampu, stop kontak, dll. Namun kawasan itu lbh tersohor dg pasar brg antiknya. Pasar Triwindu didirikan tahun 1939 oleh KGPAA Mangkunegaran VII untuk memperingati 24 tahun beliau berkuasa (Triwindu artinya 3 windu atau 3x8 tahun = 24 tahun). Pasar ini terletak tepat di dpn Keraton Mangkunegaran Solo, jd bs disimpulkan kawasan ini memiliki nilai historis tgg. Namun ingatanku ttg Pasar Triwindu saat itu adl suasananya yg lbh mrip pasar brg loak. Tanahnya pun srg becek kl hujan. Alhasil, para turis manca pun malas berkunjung ke sana.
Namun semuanya berubah ketika tahun 2009 kawasan itu disulap mjd kawasan Ngarsopuro yg artistik. Bangunan2 toko yg ada di sana dirubuhkan dan dibangunlah pasar yg baru yg dinamakan Pasar Windu Jenar. Tak lupa, disediakan trotoar yg lebar dg tambahan fasilitas hotspot, membuat kawasan ini terkenal di kalangan anak muda sbg tpt nongkrong. Selain itu, tiap malam mgg sll diadakan pasar malam yg membuat kawasan ini tmbh ramai. Tak jarang pula srg diadakan event2 spt pagelaran musik dan bahkan fashion show tepat di dpn pasar barang antik yg baru, membuat kawasan ini makin terkenal.
Pemkot Solo nggak cm asal ngrombak lho. Mengingat kawasan ini sgt bersejarah dan letaknya sgt strategis, pasar baru yg didirikan pun mengikuti arsitektur tradisional Jawa untuk meingkatkan kunjungan wisatawan. Inilah wajah Pasar Windu Jenar yg baru.
Inilah suasana pasar barang antik di kawasan ini. Sayangnya msh cukup byk toko yg tutup.
Oya, di sepanjang koridor Ngarsopuro jg terdapat lukisan2 bertema budaya Jawa yg ditempel di dinding2 reruntuhan bekas toko2 yg prnh berjajar sesak di kawasan ini. Jadilah kawasan ini galeri artwork terbuka.
Msh byk karya seni berceceran di sini, misalnya patung2 pemain alat2 musik khas Jawa ini.
Lampu jalannya pun unik, berbentuk sangkar burung.
Bagi yg ingin duduk2 menikmati sore hari atau ingin ber-hotspot ria, disediakan kursi2 di sepanjang koridor dg suasana yg sejuk dan rindang. Oya, di setiap sore jg dimainkan alunan musik2 tradisional di sini.
Msh di kawasan Ngarsopuro, terdapat Omah Sinten, yaitu restoran bertema Jawa. Bangunan ini jg baru didirikan pada saat penataan kembali kawasan Ngarsopuro.
Nah, mgkn ada di antara kalian yg bertanya2, terus para pedagang alat2 listrik yg td kuceritain digusur kmn dong? Nah, Pemkot Solo udah mikirin semuanya dan mendirikan sebuah pasar baru untuk mrk, yg disebut Pasar Ngarsopuro. Di Solo emg nggak ada istilah menindas wong cilik kyk di tpt2 laen,
Jika terus berjalan, kita akan menemukan Keraton Mangkunegaran. Ini dia gambar gerbangnya.
Dulu kalo pas ada sodara yg berkunjung ke Solo, aku srg bingung mau ajak jalan2 kemana, Tapi skrg, dg adanya kawasan Ngarsopuro ini, aku nggak perlu bingung lg. Justru jika suatu saat kalian berkunjung ke Solo maka wajib hukumnya bagi kalian mampir ke kawasan yg sudah jd jati diri dan identitas Solo ini.
Dulu emang pernah dengar kalo pak Joko emang benar2 keren, tp itu sebelum si merah menyerang xixixj
ReplyDelete