Sunday, January 26, 2020

APAKAH BENAR REYNHARD SINAGA ADALAH PEMERKOSA DENGAN KORBAN TERBANYAK SEPANJANG SEJARAH? TEORI KONSPIRASI DI BALIK KLAIM “THE MOST PROFILIC RAPIST IN BRITAIN'S HISTORY”

No, he's not!
(Sumber Gambar)

Nama Reynhard Sinaga beberapa bulan terakhir ini memang sukses “mengharumkan” nama bangsa di kancah dunia internasional. Nama Indonesia yang jarang didengungkan akhir-akhir ini (kecuali pas kecelakaan pesawat, kebakaran hutan, dan banjir) kini tiba-tiba menjadi “viral” sejak mahasiswa asal Depok yang berkuliah di Manchester itu tertangkap basah dan kejahatan brutalnya terbongkar. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 200 pria diduga menjadi korban “keganasan” Reynhard yang kini telah mendunia, dibuktikan dengan 3,29 terabyte video yang tersimpan rapi di memorinya (wow, koleksi film di INDOXXI aja dijamin kalah!!!). Nggak heran, dengan jumlah korban mencapai ratusan, Reynhard didapuk sebagai “the most profilic rapist in Britain's history” alias “pemerkosa berantai dengan jumlah terbanyak dalam sejarah Inggris”. Namun benarkah klaim itu?

Gue dengan tegas menjawab: “SALAH!”

Ada pemerkosa dengan jumlah korban jauh lebih banyak ketimbang Reynhard, bahkan mencapai dua kali lipatnya. Namun media Inggris seakan-akan lebih suka menuduh mahasiswa Indonesia ini sebagai peraih gelar itu ketimbang mengakui identitas sang pemerkosa berantai tersebut. Siapakah sosoknya? Mengapa media Inggris tak mau mengakuinya? Adakah teori konspirasi di baliknya?

Pembaca sekalian dan fans-fans Mengaku Backpacker sekalian (mungkin ada fans Reynhard juga), inilah Dark Case kali ini.

Jika kalian menilik lama wikipedia ini yang mencatat nama-nama pemerkosa berantai dengan jumlah terbanyak, maka kalian akan membaca nama Reynhard tidak berada di posisi puncak, melainkan hanya menduduki urutan kelima (udah kayak tangga lagu aja). Posisi satu diduduki pemerkosa berantai asal Afrika Selatan dengan jumlah korban 103. Hal ini disebabkan karena laman tersebut hanya mencantumkan jumlah korban resmi menurut versi pengadilan. Padahal jika dihitung-hitung, korban faktual sang “penjagal keperjakaan” ini mencapai 200-an. Hal ini juga disebabkan karena nggak semua korban mau terbuka dan maju sebagai saksi, mungkin karena dirundung rasa malu. Maka dari itu, mudah sebenarnya bagi Reynhard untuk “melengserkan” yang menempati posisi puncak tersebut dan menduduki tahta nomor 1 sebagai pemerkosa berantai dengan jumlah korban terbanyak.

Namun seberapa akuratkah laman wikipedia itu?

Ternyata tidak akurat sama sekali, sebab menurut penyelidikan gue (cailah, kalo topik beginian aja langsung rajin investigasi) ternyata ada sosok yang mungkin kurang kalian kenal karena pemberitaannya kurang gencar, namun justru menjadi pemerkosa berantai dengan jumlah korban yang lebih mencengangkan.

Yakni 450 orang.

Siapakah sosok misterius itu? Inilah orangnya ... 

JRENG JRENG JRENG!!!

Oom-oom ini bernama Jimmy Savile. Hampir semua orang Inggris mengenalnya karena sosoknya teramat legendaris. Lahir pada 1926, Jimmy merupakan host BBC yang terkenal berkat menggawangi acara tangga lagu terkemuka “Top of The Pops”. Tak hanya itu, ia adalah entertainer sejati, bahkan menjadi DJ pertama dalam sejarah Inggris. Pribadinya yang kharismatik membuat karirnya begitu lancar, bahkan amat dicintai oleh penontonnya. Berbagai penghargaan bergengsi pun ia sabet; yang paling menghebohkan adalah ketika ia diberi gelar ksatria oleh Ratu Inggris. Perlu dicatat, hanya segelintir selebriti yang pernah mendapat gelar agung ini, di antaranya Charlie Chaplin, Elton John, dan Paul McCartney dari The Beatles. Salah satu alasan kenapa Sang Ratu menyematkan titel “Sir” di depan namanya tak hanya karena prestasinya yang luar biasa di bidang seni, melainkan karena jiwa sosialnya yang teramat tinggi.

Jimmy Savile dikenal publik dengan sosok yang amat dermawan. Ia terlibat dalam banyak acara penggalangan dana. Bahkan sepanjang hidupnya, ia telah menyumbangkan 40 juta poundsterling atau sekitar 712 miliar rupiah (WOW!) untuk amal. Sosoknya juga diketahui amat peduli dengan bidang kesehatan, sebab ia mendirikan dan menyumbang berbagai rumah sakit seperti Stoke Mandeville Hospital, Leeds General Infirmary, dan Broadmoor Hospital.

Broadmoor Hospital

Karena usianya yang sudah renta dan sakit-sakitan, Jimmy akhirnya meninggal dunia di rumahnya pada 2011. Yang mengejutkan, setahun setelah kematiannya, mulai muncul klaim bahwa sosok Jimmy Savile ternyata tak se-”suci” seperti dugaan orang-orang selama ini. Lebih dari 450 orang maju dan mengklaim bahwa Jimmy pernah memperkosa mereka dalam kurun waktu lima dekade, antara 1960 hingga 2010. Korbannya mencakup semua umur dan gender. Tercatat usia korban termudanya adalah 8 tahun dan tertua mencapai 47 tahun (bahkan ada yang mengklaim nenek-nenek berusia 75 pun diserangnya). Lebih dari dua pertiga korbannya berusia di bawah 18 tahun. Sebagian besar korbannya merupakan perempuan, namun tercatat pula ada bocah laki-laki di bawah umur juga pernah dilecehkannya.

Yang lebih mengagetkan lagi adalah siapa identitas para korbannya. Karena Jimmy adalah entertainer, mungkin kalian menduga bahwa korban-korbannya berasal dari dunia perfilman dan televisi (seperti korban-korbannya Harvey Weinstein), namun ternyata tidak. Ingat bahwa Jimmy sangat aktif di bidang amal, terutama di rumah sakit? Ternyata ada udang di balik batu di balik “kedermawanan”-nya itu. Justru sebagian besar korbannya merupakan pasien, bahkan staff, di dua rumah sakit yang diayominya, yakni Leeds General Infirmary dan Broadmoor Hospital. Perlu diingat bahwa Broadmoor adalah rumah sakit psikiatri alias Rumah Sakit Jiwa sehingga bisa dibayangkan betapa rentannya pasien-pasien di sana.

Pasien tak berdaya ternyata menjadi korban kebiadaban 
sang pemerkosa berantai ini

Sebenarnya selama Jimmy Savile masih hidup, sudah ada beberapa pihak yang mengendus perilaku tak beres dari sosok paedofil ini. Seorang ahli kejiwaan bernama Dr. Anthony Clare yang pernah mewawancarainya pada 1991 menyebut Jimmy sebagai “pria tanpa perasaan” dan menggumam bahwa ”ada sesuatu yang menakutkan tentang sosok 'orang suci' dari abad 21 ini”. John Lydon, vokalis band terkenal “Sex Pistols”, juga dikenal amat membenci Jimmy yang disebutnya sebagai “hipokrit” alias “bermuka dua” dan “munafik”. Bahkan perilaku menyimpang Jimmy sebenarnya telah tercium semenjak tahun 1970-an ketika ia dilaporkan melecehkan gadis-gadis di sebuah sekolah. Namun ketiadaan barang bukti membuat polisi tak mengindahkan laporan itu.

Semasa hidup, Jimmy telanjur meraih popularitas dan lihai dalam meracik image positif di depan penontonnya. Tak hanya itu, ia juga adalah host acara musik yang tentunya digandrungi anak-anak muda, sehingga pemberitaan negatif yang berhembus kala itu hanyalah dianggap angin lalu. Maka dari itu, mudah dipahami kenapa korban-korbannya baru berani bersuara setelah kematiannya. Tentu tak mudah bagi publik Inggris untuk percaya bahwa sosok yang begitu mereka kagumi dan hormati selama berbagai dekade ternyata menyimpan rahasia kelam semacam itu. Akan tetapi, penyelidikan mendalam yang dilakukan Scotland Yard (kepolisian Inggris) ternyata membuktikan hal sebaliknya.

Dari penyelidikan mereka, terkuak hal yang lebih mengejutkan. Tak puas merampas kesucian dan keluguan anak-anak melalui tindakan bejatnya, Jimmy juga terbukti sebagai nekrofilia (suka berhubungan intim dengan mayat). Untuk memperlancar hasrat kejinya itu, Jimmy kembali memanfaatkan posisinya di rumah sakit Broadmoor dan Leeds untuk mendapat akses ke kamar mayat.

Jimmy Savile semasa hidup

Lalu apa sih yang mendorong Jimmy melakukan perbuatan abnormal semacam itu? Usut punya usut, Jimmy ternyata terlampau mencintai ibu kandungnya sendiri. Cintanya yang terlalu dalam pada sang ibu membuatnya tetap membujang seumur hidupnya. Bahkan selepas ibunya meninggal, ia tetap menjaga kamar ibunya seperti sediakala, bahkan melaundri pakaian-pakaian ibunya seakan-akan ibunya itu masih hidup. Hubungan yang terlalu obsesif dengan ibunya tersebut sedikit banyak mengingatkan gue akan sosok psikopat lain, yakni Ed Gein yang menginspirasi tokoh pembunuh berantai Hollywood semacam Leatherface di “Texas Chainsaw Massacre” hingga Norman Bates di “Psycho”.

Kembali ke persoalan awal kita. Mengapa kini media Inggris berlomba-lomba menyebut Reynhard Sinaga sebagai “pemerkosa berantai dengan jumlah korban terbanyak dalam sejarah Inggris” padahal nyatanya ada insan busuk lain yang jumlah korbannya bahkan melebihi dua kali lipat korban “raja gay Depok” ini? Kenapa skandal kelam Jimmy Savile tak pernah lagi diungkit-ungkit, apalagi dibandingkan dengan sang “penjebol gawang belakang dari Manchester” itu? Ternyata alasannya sangat simpel.

Karena semasa hidupnya, Jimmy Savile adalah sahabat dekat Pangeran Charles. 

Kalian semua pasti sudah tahu bahwa Pangeran Charles merupakan salah satu sosok paling penting dalam keluarga kerajaan Inggris, sebab ia adalah putra dari ratu Inggris saat ini serta ayah dari Pangeran William dan Harry. Tak hanya itu, Jimmy juga adalah teman karib Margaret Thatcher, mantan perdana menteri Inggris.

Skandal Jimmy terang saja akan menyeret nama nama-nama petinggi itu jika terus-menerus disinggung, sehingga menurut “norma kesantunan” yang ada, tentu kasus yang di-blow up adalah kasus Reynhard Sinaga dan sebisa mungkin tidak dikait-kaitkan dengan kasus Jimmy Savile yang jelas-jelas lebih parah. Well, itulah menurut gue teori konspirasi di balik kasus Jimmy Savile, yang lagi-lagi bahkan namanya tak tercantum di laman wikipedia sebagai “pemerkosa berantai dengan jumlah korban terbanyak” walaupun bukti sudah terlampau menggunung.

Potret kedekatan sang pemerkosa berantai dengan Prince Charles, sang anggota Royal Family
(Sumber Gambar)

Gue di sini sama sekali nggak membenarkan perbuatan Reynhard Sinaga (idih amit-amit jabang bayi). Gue tentu merasa prihatin dengan para korbannya, apalagi setelah mendengar banyak korbannya merasa depresi, bahkan ada yang berniat bunuh diri. Namun alangkah lebih baik sih jika media Inggris lebih jujur dengan diri mereka sendiri dan nggak mencoba mengubur kasus Jimmy Savile begitu saja. Gelar itu gue rasa lebih pantas jatuh ke Jimmy Savile ketimbang Reynhard Sinaga.

Dan yang pasti, jika ada sesuatu yang bisa kita pelajari dari kasus Reynhard Sinaga, adalah bahwa laki-laki juga sama rentannya menjadi korban pelecehan seksual seperti halnya wanita. Bahkan dalam hal ini, pria justru mendapat perlakuan “khusus” karena nggak ada yang menanyakan, “Ih, emang pakaian apa sih yang lu pake malam itu ampe lu diperkosa?”, berbeda dengan stigma negatif yang kerap dialami wanita. Semua orang emang bisa menjadi korban pelecehan seksual dan “blow up” kasus Reynhard Sinaga ini gue harap akan meningkatkan “awareness” tentang resiko tersebut serta kepedulian terhadap para korban pelecehan seksual, apapun gender-nya. Kewaspadaan tentang penggunaan obat GHB sebagai “rape drug” juga gue harap makin meluas. Well, at least masih ada sisi positif yang bisa kita ambil dari kasus nista tersebut.

Sementara itu yang dibahas media Indonesia pas heboh kasus Reynhard Sinaga ...






7 comments:

  1. Yaa seperti yang kebanyakkan terjadi di manapun... pasti koneksi, uang, jabatan akan mengambil alih segalanya

    ReplyDelete
  2. Pemerkosaan terjadi karena...

    1. Pakaian sk korban mengundang birahi
    2. Pelakunya terlampau bejat
    3. Syarat pertama dan kedua terpenuhi

    ReplyDelete
  3. Tapi Reynhardt tetep punya prestasi tersendiri, sebagai serial rapist khusus gay terbaik di dunia (paling gk untuk saat ini)

    ReplyDelete