Sunday, January 26, 2020

“THE HOLLYWOOD KILLER”: KASUS PEMBUNUHAN BERANTAI DI HOLLYWOOD YANG MELIBATKAN ASHTON KUTCHER


Dengan memakai jas dan kumisnya, aktor Ashton Kutcher terlihat seperti sedang syuting sebuah drama kriminal ala 80-an dengan duduk di sebuah kursi pengadilan. Namun ini bukanlah sebuah adegan film. Pemandangan ini ternyata memang terjadi di sebuah pengadilan di Los Angeles, Amerika Serikat. Aktor terkenal tersebut menjadi saksi atas pembunuhan berantai yang menghantui Hollywood pada awal 2000-an. Karena sepak terjangnya di pusat industri perfilman Amerika tersebut, si pembunuh itu dijuluki sang “Hollywood Ripper”. Namun seperti apakah kisah sang pembunuh berantai ini dan bagaimana kasusnya bisa menyeret nama artis papan atas Hollwood sekelas Ashton Kutcher?

Untuk memuaskan rasa ingin tahu kalian, inilah Dark Case kali ini

Pembunuhan berantai yang mengguncang Hollywood pada awal milenium 2000 tersebut dimulai di tempat tak terduga, yakni di kota Glenview, Illinois, ribuan kilometer jauhnya dari California. Kala itu, seorang gadis berusia 18 tahun bernama Tricia Paccacio ditemukan tewas tertikam di pintu depan rumahnya sendiri. Peristiwa itu terjadi pada 1993 dan kala itu, tak ada yang menyadari bahwa pembunuhnya tak lain adalah tetangganya sendiri.

Sang pria, sang pembunuh itu, kemudian berusaha melarikan diri ke negara bagian California. Seperti impian setiap orang Amerika pada umumnya, iapun menyambangi Hollywood, sebuah surga impian yang populer dengan keglamorannya, sebab menjadi pusat industri perfilman Amerika sekaligus tempat tinggal para bintang-bintang pujaan tenar.

Di sana, kiprah sang pembunuh berantai misterius itu makin menggila. Pada Februari 2001, ia kembali mengulangi aksi yang sama dengan menikam seorang gadis bernama Ashley Ellerin sebanyak 47 kali di rumahnya di kawasan Hollywood yang prestisius. Aksinya ini tergolong sadis, sebab salah satu luka sayatan di leher korban hampir memutuskan kepalanya. Salah satu tikaman juga mengenai kepalanya hingga ketika pisaunya tercabut, meninggalkan potongan bak “puzzle” di tengkorak gadis malang itu.

Sang gadis yang kala itu masih berusia 24 tahun, sebenarnya tengah menanti kencannya dengan aktor muda Ashton Kutcher, tepat pada malam ia dibunuh. Kala itu nama Ashton Kutcher belumlah setenar sekarang. Ia baru saja merintis karirnya sebagai artis remaja berbakat di Hollywood. Namun publik telah mulai mengenal namanya berkat aktingnya di serial komedi sukses “That 70's Show” dan film “Dude, Where's My Car”.

Ashton berkenalan tak sengaja dengan Ashley di suatu kesempatan dan saling tertarik satu sama lain. Begitu mengetahui bahwa keduanya sama-sama single, mereka berdua-pun memutuskan untuk mencoba mengenal lebih dalam dan bertemu kembali di sebuah acara makan malam bersama pada 21 Februari. Hari itu dirasa tepat karena hanya berselang seminggu setelah Valentine sehingga suasana romantispun masih terasa.

Namun sayangnya, pada malam itu bencana terjadi.

Para korban sang Hollywood Ripper

Kita mungkin takkan pernah tahu apa yang terjadi malam itu dan bagaimana sang pembunuh bisa masuk ke dalam rumah Ashley, mungkin dengan cara menyusup bak film-film horor bergenre “home invasion” yang sering dibesut Hollywood. Yang jelas, kontak terakhir Ashton dengan calon kekasihnya ini terjadi pada malam tersebut, ketika Ashton mengatakan bahwa ia akan datang terlambat. Ketika Ashton benar-benar tiba, ia mencoba mengetuk pintu dan menekan bel rumah gadis itu, akan tetapi tak ada jawaban. Merasa penasaran, aktor muda itu mencoba menengok melalui jendela. Ia tak melihat siapapun. Namun saat itu ia melihat sesuatu yang aneh, seperti noda anggur merah yang tumpah di karpet ruang tamu.

Ia sama sekali tak sadar kala itu, bahwa noda itu adalah darah Ashley yang tercecer ketika ia dibunuh.

Ashton kemudian menyerah dan akhirnya pulang. Kala itu ia mengira bahwa Ashley marah kepadanya karena ia datang terlambat dan pergi sendiri untuk menghabiskan malam, atau mungkin malah ngambek di dalam dan tak mau membukakan pintu. Ashton kala itu tak terlalu ambil pikir, walaupun ia terus mencoba menghubungi Ashley untuk meminta maaf.

Sayang nasib berkata lain. Ia takkan pernah bertemu kembali dengan “love interest”-nya tersebut. Di tayangan berita keesokan harinya, ia terkejut dan shock begitu mendengar berita kematian gadis pujaannya itu. Kala itu, kasus pembunuhan Ashley belumlah terpecahkan dan meninggalkan duka mendalam di hati Ashton.

Namun ternyata aksi maut sang pembunuh berantai masih jauh dari selesai.

Pada 2005, pembunuh itu kembali melancarkan aksinya dengan menikam (lagi-lagi ini menjadi modus operandi “khas”-nya) seorang ibu muda bernama Maria Bruno. Kembali, lagi-lagi kasus ini tak terpecahkan, walaupun masih terjadi di dalam kota Los Angeles, tak jauh dari kawasan Hollywood.

Sepak terjang sang “penikam” di wilayah Hollywood mulai membuatnya dijuluki sebagai “Hollywood Ripper”. Kata “Ripper” sendiri merujuk ke nama pembunuh berantai sadis yang legendaris asal Inggris, “Jack The Ripper” yang pernah beraksi pada abad ke-19 di London dan saat itu, sama-sama belum terpecahkan identitasnya.

Barulah pada April 2008, identitasnya mulai tersingkap. Kali ini aksinya untuk menghabisi seorang wanita bernama Michelle Murphy gagal karena sang korban melawan. Tak hanya itu, di TKP tertinggal jejak darahnya yang akhirnya menjadi barang bukti yang membuatnya tak terkutik.

Identitas sang pembunuh sebagai pria bernama Michael Gargiulo akhirnya terungkap.


Tak menunggu lama, pada Juni 2008 ia ditangkap kepolisian di Santa Monica, masih di dekat LA, California. Pada awalnya, polisi hanya bisa mengaitkannya dengan kematian Tricia Paccacio dan iapun dijatuhi hukuman pada 2011. Namun pada 2019, kedua kasus lain, yakni kematian Ashley dan Maria juga disangkutpautkan kepadanya. Alhasil, pada bulan Mei, Michael pun diadili atas kematian Ashley dan Ashton Kutcher pun maju sebagai saksi atas kejahatan yang terjadi hampir 20 tahun lalu itu.

Memang menyakitkan bagi Ashton, mungkin, untuk menguak luka lama akan kematian gadis yang pernah ditaksirnya. Toh kini aktor itu sudah memulai lembaran hidup baru dengan pernikahannya dengan rekan sesama artisnya, Mila Kunis, bahkan telah memiliki dua buah hati. Namun Ashton sama sekali tak segan untuk bersaksi demi mendapatkan keadilan dan menuding Michael sebagai malaikat maut yang telah mencabut nyawa wanita yang pernah dikasihinya. Walaupun kasusnya terjadi dua dasawarsa lalu, pastilah kematian Ashley meninggalkan sayatan batin yang dalam di hati pria ini sebab ia masih mengingat dengan detail malam dimana kejadian naas itu terjadi.

Tak terbayangkan memang, bagaimana jika kejadian malam itu berbeda. Bagaimana jika malam itu Ashton tidak terlambat datang? Akankah ia bisa menyelamatkan nyawa Ashley? Ataukah justru ia bisa ikut menjadi korban sang “Hollywood Ripper”? Mungkin terlalu naif jika kita beranggapan bisa merubah takdir, biarlah ia mengalir sedemikian adanya. Namun entah kebetulan atau tidak, jalan hidup Ashton Kutcher dan semua kemungkinan itu hampir mirip dengan plot cerita salah satu film yang pernah dibintanginya, “Butterfly Effect”.

Jaksa penutut umum menyebut kesaksian Ashton sebagai “star witness”, bukan hanya karena statusnya sebagai selebriti, namun karena kesaksiannya bisa menjadi kunci untuk menjebloskan Michael lebih dalam ke penjara. Jika terbukti, tak pelak Michael akan dijatuhi hukuman mati atau minimal dikurung seumur hidup.

Namun kasus ini mungkin belumlah selesai. Dalam salah satu pengakuannya, Michael sempat terpeleset lidahnya dan menyebut tentang 10 wanita yang menjadi korbannya. Di sini kita membaca bahwa baru ada 3 korban tewas (dan 1 korban selamat) akibat aksi kejahatannya. Apakah mungkin ada korban-korban lain? Akankah kasus-kasus itu terpecahkan jika ada saksi-saksi lain yang maju dengan berani seperti layaknya yang dilakukan Ashton Kutcher? Kita tak tahu. Mungkin waktu-lah yang kelak mampu menjawabnya.

Sumber: Wikipedia, Elle





1 comment:

  1. selebriti biasanya bakal menghindari hal2 beginian demi nama baik.
    Makanya yg dilakukan Ashton sangat dipuji

    ReplyDelete