Monday, August 10, 2020

EIPSTEIN NEVER DIES: BALADA GHISLAINE MAXWELL, “THE EVIL HENCHWOMAN”

Waduuuuh kenapa nih gue kasi judul “Eipstein Never Dies”? Apakah Jeffrey Eipstein yang pernah gue bahas kasusnya beberapa bulan lalu sebenarnya belum mati? Well, bukan itu sebabnya guys. Jeffrey Eipstein jelas udah menjadi bangkai sekarang setelah ia diduga “bunuh diri” Agustus 2019 lalu. Namun, hingga kini keriuhan kasusnya belumlah mereda. Malah, kini muncul nama Ghislaine Maxwell yang diduga kuat sebagai hench-woman sang raja prostitusi kelas atas ini.

Kalian pernah kan nonton film James Bond? Nah, biasanya sang villain utamanya memiliki anak buah atau tangan kanan yang disebut “hench-man”. Kalo tangan kanannya cewek ya disebut hench-woman. Nah, perkembangan terbaru menyebutkan, bahwa tangan kanan Eipstein, yakni seorang wanita bernama Ghislaine Maxwell ini telah tertangkap. Apakah perkembangan ini akan menuntun kita ke titik terang tentang siapakah nama penting yang sengaja mengorkestrakan kematian misterius Jeffrey Eipstein (jika benar ia tidak bunuh diri, which is, wink wink, HE'S NOT!). Ataukah malah sang Ghislaine ini akan keburu dibungkam seperti bosnya?

Namun terlebih dahulu, kita simak saja siapakah wanita ini dan bagaimanakah kiprahnya menjadi tangan kanan Eipstein dalam memperlancar bisnisnya yang biadab tersebut. Semuanya akan ada di “Dark Case” kali ini.

Kehidupan wanita bernama Ghislaine Noelle Marion Maxwell ini amatlah unik sekaligus disturbing. Bahkan masa lalu keluarganya pun amat shady atau misterius. Lahir pada 1961 di Prancis, wanita ini merupakan anak kesembilan sekaligus termuda dari pasangan Elisabeth Meynard dan Robert Maxwell. Ayahnya, Robert, adalah pengusaha media berdarah Yahudi yang berasal dari Cekoslovakia, namun menetap di Inggris. Berkat kesuksesan perusahaan penerbitan Pergamon Press milik ayahnya, Ghislaine dan keluarganya hidup di sebuah villa mewah di Oxford, yang dari namanya saja jelas merupakan lingkungan bergengsi.


Di rumah mewah inilah Ghislaine tumbuh besar dengan senantiasa bergelimang harta

Sebagai anak bungsu, tak heran Ghislaine amatlah dimanja ayahnya, bahkan menjadi anak kesayangannya. Setelah lulus SMA, iapun meneruskan kuliah di Oxford University. Pada tahun 1986, ayahnya kembali membuktikan rasa cintanya pada putrinya dengan membelikannya sebuah yacht (kapal pesiar mewah) yang dinamakannya Lady Ghislaine. Di sinilah Ghislaine muda kerap berpesta. Namun keberadaan yacht mewah ini bagi banyak orang sesungguhnya merupakan “red flag” alias hal yang mencurigakan. Sebab, perusahaan milik Robert, walaupun cukup mapan, sesungguhnya takkan bisa menghasilkan laba yang sebesar itu, apalagi mampu membeli sebuah kapal pesiar mewah.

Semuanya akhirnya terbongkar ketika sebuah peristiwa mengejutkan nan misterius terjadi. Pada November 1991, tubuh Robert Maxwell, ayah Ghislaine ditemukan mengapung, tak lagi bernyawa di dekat kapalnya sendiri, Lady Ghislaine. Apa yang terjadi hingga kini tidaklah jelas. Laporan koroner menyebutkan bahwa Robert kemungkinan mengalami kecelakaan, namun ada pula pihak yang menyebutkan bahwa Robert bunuh diri. Mengapa? Karena kemudian terbukti bahwa kekayaan keluarga Maxwell bukanlah hasil jerih payahnya, melainkan hasil uang haram!

Di kapal mewah inilah ayah Ghislaine mengalami nasib naas nan misterius

Setelah kematiannya, Robert Maxwell terbukti menilap uang pensiun karyawan perusahaannya sendiri di Mirror Group Newspapers. Dilaporkan sekitar 440 juta euro (sekitar 7,5 triliun rupiah!)uang pensiun dari sekitar 32 ribu pegawai setianya lenyap. Dua saudara laki-laki Ghislaine, yakni Ian dan Kevin kemudian dituduh terlibat dalam kasus mega-korupsi itu dan akhirnya masuk bui pada 1992.

Bagaimana dengan Ghislaine sendiri? Ia tak percaya bahwa ayahnya sengaja bunuh diri karena kejahatannya terbongkar. Ia malah mengira bahwa ayahnya sengaja dibunuh. Yang jelas, Robert Maxwell, walaupun seorang pendusta, masihlah dianggap sebagai pengusaha penting di kalangan Yahudi. Ia dimakamkan di Yerusalem, bahkan prosesi penguburannya sendiri dihadiri oleh perdana menteri Israel kala itu, Yitzhak Shamir.

Ingin move on dari kematian tragis ayah yang begitu dicintainya, Ghislaine memilih angkat kaki dari Eropa dimana ia dibesarkan dan pindah ke Amerika Serikat. Robert rupanya telah merencanakan masa depan putrinya dengan amat teliti. Sebelum meninggal, ia sudah menyediakan putri kesayangannya itu dengan dana sebesar 80 ribu euro (sekitar 1,3 M rupiah) per tahun sebagai biaya hidupnya sehingga Ghislaine-pun tak pernah takut akan jatuh miskin. Pada 1992, Ghislaine memutuskan tinggal di New York dimana ia kemudian terlibat pesta-pesta glamor dengan kaum sosialita di sana. Termasuk salah satunya Ivanka Trump, istri dari pengusaha yang kemudian menjadi presiden AS, Donald Trump.

Di foto ini Ghislaine tak malu menunjukkan kedekatannya dengan Donald Trump, sosok usahawan miliuner yang kemudian naik pangkat menjadi orang nomor satu di Amerika

Di salah satu pesta inilah ia bertemu dengan Jeffrey Epstein. Yang mengejutkan, hubungan mereka berdua justru diawali dengan percintaan. Ya, Ghislaine diduga terlibat hubungan asmara dengan pengusaha super-tajir tersebut. Namun, dalam wawancaranya pada 2003 dengan majalah “Vanity Fair”, Jeffrey sendiri menampik gosip tersebut dan menyebut Ghislaine hanya sebagai “sahabat dekatnya”. Tak hanya itu, para pembantu Eipstein juga menyebut Ghislaine sebagai “asisten galak”-nya bos mereka dan juga mengaku bahwa Ghislaine-lah yang mengorganisir hampir seluruh kehidupan Eipstein, sehingga bisa disebut ia semacam sekretaris bagi pria itu.

Atau yang seperti gue sebutkan di awal, sebagai hench-woman kepercayaannya.

Ghislaine kemudian memperluas hubungan pertemanan elitenya dengan menjajal hubungan persahabatan dengan sosok-sosok penting dalam percaturan politik dunia, semacam Donald Trump, mantan presiden AS Bill Clinton, hingga Pangeran Andrew dari Inggris. Di antara “nama-nama besar” tersebut, justru Pangeran Andrew-lah yang menjadi sahabat terdekat Ghislaine. Sosok Ghislaine disebut-sebut sering mengantar Pangeran Andrew ke lokasi-lokasi prostitusi kelas atas di New York karena mengetahui dengan baik “seleranya”. Sebagai balasan, Pangeran Andrew sempat mengadakan pesta di salah satu istana kediaman Ratu Inggris untuk merayakan ulang tahun Ghislaine yang ke-39, yang tentunya bisa dibayangkan pastilah teramat mewah.

Tak hanya mengukuhkan sebagai asisten pribadi Eipstein yang cekatan, Ghislaine juga bisa mengendarai helikopter sehingga kerap mengantarkan bosnya itu ke pulau-pulau pribadinya di Karibia dimana ia menjalankan bisnis prostitusi gadis di bawah umur untuk klien elite. Waduh, udah kayak penjahat Bond beneran! Jangan-jangan dia bisa bela diri juga!

Apakah benar hubungan mereka hanya sebatas bos-asisten, ataukah benar desas-desus yang menyebutkan mereka terlibat hubungan asmara tak resmi, atau kata anak-anak 90-an, TTM (teman tapi mesra)?

Pada 2008, mungkin kalian ingat, kejahatan Eipstein mulai terbongkar dan iapun masuk penjara (masih ingat kan, yang dia bisa keluar penjara dengan leluasa bahkan bolak-balik ke kantornya itu loh). Namun semenjak itulah pula, nama Ghislaine sebagai tangan kanan Eipstein mulai terseret.

Pada 2015, seorang wanita bernama Virginia Roberts Giuffre menuntut dirinya dan Eipstein. Virginia menuduh bahwa semenjak 1999, ketika ia masih di bawah umur, Ghislaine menjebaknya hingga iapun menjadi PSK pemuas nafsu bejat Eipstein. Kala itu ia mengaku bekerja di sebuah perusahaan milik Donald Trump (aduh, kenapa ya nama ini muncul terus?) di Palm Beach, Florida. Ghislaine kemudian memperkenalkannya pada Eipstein dimana ia kemudian dipaksa melakukan hubungan seksual.

Celakanya, tak hanya Virginia yang menjadi korban kebiadaban Ghislaine. Ghislaine juga merekrut seorang gadis muda bernama Sarah Ransome yang kala itu bekerja menjadi pemijat. Ghislaine menjebak Sarah agar mau melayani gairah terlarang Eipstein di salah satu pulaunya. Jika menolak, Ghislaine mengancam akan menyakitinya, bahkan membuat Sarah takkan mampu bekerja dimanapun lagi. Takut akan koneksi luas Ghislaine dan Eipstein, serta berada di sebuah pulau pribadi yang tentunya dikelilingi lautan sehingga ia tak mampu kabur, iapun terpaksa menurut.

Namun kisah paling miris dialami Maria Farmer dan adiknya, Annie. Kala itu mereka bekerja di sebuah galeri di New York sebagai resepsionis dimana di sana mereka bertemu dengan Ghislaine yang langsung menawari mereka pekerjaan. Namun tak diduga, begitu mereka tiba di mansion milik Eipstein, mereka berdua langsung mengalami rudapaksa. Annie, adiknya yang kala itu masih berusia 15 tahun, bahkan diperkosa Eipstein di atas sebuah meja pijat. Sama seperti Sarah, Ghislaine juga mengancam mereka bedua untuk tak mengatakannya pada siapapun.

Dengan tuduhan yang makin menggunung, Eipstein langsung ditangkap polisi pada 6 Juli 2019 atas tuduhan sex trafficking. Ghislaine sebagai tangan kanannya, juga diminta oleh pengadilan untuk datang di sidang dengar pendapat pada 17 Juli 2019. Namun pada 10 Agustus 2019, sebuah kejutan lain muncul. Eipstein ditemukan tak lagi bernyawa di sel penjaranya, diduga bunuh diri.

Yeah, right!


Kesalahan terbesar Eipstein mungkin adalah memasarkan bisnis haramnya pada klien-klien berkuasa, sehingga ketika kejahatannya terbongkar, sosok-sosok itupun tak punya jalan lain selain membunuhnya (sesuai bunyi teori konspirasi) agar nama baik mereka tak ikut terseret


Kematian Jeffrey Eipstein yang sangat tiba-tiba ini (dan menguntungkan para “klien-klien kaya” yang selama ini dilayani Eipstein dan bisa saja terseret kasus ini) berpengaruh pada ditutupnya kasus tersebut. Well, kasus Eipstein memang ditutup, namun tidak bagi kasus Ghislaine, karena ia masih hidup. Pada Desember 2019, FBI menyatakan bahwa sepeninggal Eipstein, mereka akan menyelidiki dengan tuntas kasus yang menimpa Ghislaine Maxwell.

Namun di sinilah celakanya.

Semenjak 2016, Ghislaine seolah menghilang. Bahkan pengacara-nya pun tak tahu dimana ia tinggal sekarang. Namun itu bukan berarti Ghislaine benar-benar lenyap ditelan bumi. Ia sempat terlihat menghadiri pernikahan Chelsea Clinton, putri dari mantan presiden AS Bill Clinton (yang semakin mengukuhkan kedekatannya pada keluarga politisi top Amerika Serikat tersebut). Ghislaine memang masih di Amerika, namun ia berusaha sekeras mungkin menghindari semua panggilan polisi. FBI semakin gerah dan mulai melancarkan anak-anak buahnya untuk mengejar keberadaan Ghislaine. Akhirnya, pada 2 Juli 2020, Ghislaine tertangkap di tempat persembunyiannya di New Hampshire

Kini kita tinggal menunggu waktu saja, kapan persidangan Ghislaine akan berlangsung. Yang jelas, karena wabah Covid-19 yang masih melanda Amerika dan seluruh dunia saat ini, persidangannya tersebut pastilah ditunda. Tapi gue semakin nggak sabar. Semakin diulur, semakin besar kemungkinan ia akan bernasib sama seperti bosnya. Semoga saja nanti tidak akan ada meme “Ghislaine didn't kill herself” sebagai sebuah bukti konspirasi tingkat tinggi untuk menutupi kejahatan yang melibatkan dalang berupa aktor-aktor penting.

SUMBER GAMBAR DAN ARTIKEL: WIKIPEDIA, FORBES, BBC

5 comments:

  1. Koreksi bang, namanya itu Epstein bukan Eipstein

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk dah telanjur males ngeditnya banyak bgt :D

      Delete
  2. Ivanka Trump itu anaknya Donald Trump, kalo istrinya itu Melania Trump 🤭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk ternyata maksudnya adalah Ivana Trump yang skrg jadi mantan istrinya Donald Trump, but thanks for the correction! :D

      Delete
  3. Ramekan tagar #Ghislaine didn't kill herself

    ReplyDelete