A LOVECRAFTIAN NOVEL
“Myxogonus
... kau telah gagal dan harus mendapatkan hukuman!” Raja Micromagnus
menghunuskan pedangnya, hendak memenggal kepala pendeta itu.
Namun pengikut pendeta agung itu segera menghunuskan senjata mereka untuk melawan sang raja. Tentara yang berada di pihak raja segera menandinginya dengan mencabut senjata mereka. Melihatnya, Micromagnus-pun segera menurunkan pedangnya dan menyuruh mereka semua untuk mundur.
“Itu
bukan kesalahanku! Ada penyusup dengan kekuatan yang dahsyat mengacaukan
upacara pengorbanan kami.” jawab pendeta itu.
“Apa
yang terjadi dengan Orene sekarang? Dimana putriku?”
“Princess
Orene sudah mati.” ujar Myxogonus, “Penyusup itu membunuhnya.”
“Lalu
apa yang akan kita lakukan sekarang? Dagon pasti akan ...”
“Hanya
ada satu solusi!” tawar pendeta itu, “Korbankan putri Anda yang satunya,
Princess Delila.”
“Apa?”
raja itu tertunduk di tahtanya dengan wajah pucat, “Aku sudah kehilangan Orene.
Masa aku harus kehilangan Delila juga?”
“Tak
ada jalan lain, Yang Mulia. Jika tidak, Anda bisa kehilangan seluruh rakyat
Anda.” bantahnya, “Apa Anda tidak ingat terakhir kali Dewa Dagon murka ...”
“Ya,
ya ... aku tahu!” ujar sang raja marah, “Segera temukan Delila! Bawa dia
kepadaku dulu. Juga tangkap penyusup itu dan habisi dia!”
Para
prajurit itupun menuruti titahnya dan berangkat mencari sang putri.
***
“Apa
kau berniat membunuhku?” Delila muncul dari balik tirai, tepat ketika Raja
Micromagnus tiba di kamarnya.
“Astaga,
Delila! Apa kau baik-baik saja?” ia segera menghampirinya.
“Apa
Ayah akan mengorbankanku juga, seperti Ayah hendak membunuh Orene?”
“Ayah
tak punya pilihan lain. Lagipula, Orene sendiri yang maju dan bersedia untuk
menjadi kurban ...”
“Ya,
untuk melindungi aku!” pekik Delila, “Aku tahu seharusnya aku yang menjadi
kurban, namun Orene mengajukan diri untuk menyelamatkan nyawaku!”
“Oh.
Sayang! Aku tak punya pilihan lain ...”
“Ya,
kita punya! Kita bisa mengalahkan Dagon!”
“Apa?
Apa yang kau katakan?”
“Samson!
Pria berjubah singa itu, dia memiliki teknologi untuk mengalahkan Dagon!”
“Kau
bertemu dengannya?”
“Ya,
dia berusaha menolong Orene dan ...”
“Apa
maksudmu?” potong sang raja, “Dia-lah yang membunuh Orene!”
“A
... apa?” wajah Delila berubah pucat. “Di ... dia tak pernah mengatakan hal itu
...”
“Dengar,
Delila! Kita bisa menghentikan ini semua! Jika kita menumbalkannya, mungkin
Dewa Dagon akan lebih puas! Toh, dia manusia super menurut ukuran kita. Namun
kau harus membuatnya mengatakan rahasia kekuatannya!”
“Ta
... tapi aku tak bisa mengkhianatinya ...”
“Dia
yang membunuh kakakmu, Delila! Apa kau tak peduli lagi padanya?”
Perasaan
dalam diri putri muda itupun berkecamuk.
***
“BRAAAAAK!”
prajurit terakhir akhirnya ambruk. Samson menatap puluhan tentara terbaik
planet ini yang telah ia bantai. Bukan hal yang susah untuk melakukannya.
Teknologi manusia di planet ini masihlah terlalu primitif dan jelas bukan
tandingannya.
“Judge
Samson!” tiba-tiba hologram dari Judge Deborah muncul di hadapannya.
“Yang
Mulia!” ujar Samson, “Saya berhasil menyusup ke dalam. Sepertinya mereka bukan
ancaman yang berarti bagi dunia kita.”
“Walaupun
begitu orbit mereka makin mendekati planet kita dan diperkirakan akan segera
bertabrakan. Kita tak punya pilihan lain selain menghancurkan planet itu. Kau
harus segera kembali!”
“Apa?
Menghancurkannya?” ucap Samson tak percaya, “Namun ... penduduk di sini ...”
“Bukankah
katamu sendiri mereka tak berbahaya? Mereka juga tidak memiliki teknologi
berharga untuk dibagi kepada kita. Kepentingan planet kita lebih penting.”
“Berikan
saya waktu sehari lagi untuk memeriksa planet ini, Yang Mulia. Mungkin saja
saya bisa mengubah orbit planet ini dari dalam. Itu akan menghemat amunisi kita.”
“Baiklah
jika itu pendapatmu.” hologram Deborah mulai memudar, “Kau hanya punya waktu
sampai esok hari!”
“Menghancurkan
planet ini?” tanya Samson dalam hati. Ia baru menyadari kekejaman ras-nya
sendiri. “Jika mereka melakukannya, maka Delila juga akan mati. Aku tak bisa
membiarkannya ...”
Tiba-tiba
terdengar jeritan dari belakangnya.
“AAAAAAAA!!!”
Samson
segera menoleh. Dilihatnya Delila tengah menatapnya dengan ketakutan.
“Ka
... kau membunuh mereka semua?”
“Untuk
membela diri, Delila.” aku berusaha menjelaskan, “Mereka berusaha membunuhku.”
“Kita
harus cepat pergi.” ajak gadis itu, “Akan lebih banyak prajurit ayahku yang
datang.”
***
“Tempat
apa ini?” Samson menatap tanaman-tanaman eksotik yang tumbuh di sebuah taman
kecil. Tumbuhan-tumbuhan tersebut sepertinya tidak memerlukan cahaya sehingga
bisa tumbuh di dalam gua bawah tanah yang gelap itu.
“Taman
yang kubuat bersama Orene.” jawab Delila, “Kami mengumpulkan tanaman-tanaman
ini dari planet-planet yang kami kunjungi.”
Delila
berbalik kepadanya dan tersenyum, “Sekarang katakan, mengapa kau bisa begitu
kuat? Apa karena jubah singamu itu?”
“Bukan.”
ujarnya, “Jubah ini hanya merupakan adaptasiku untuk bisa bertahan di atmosfer
ini. Kekuatanku yang sesungguhnya terletak di ...”
Aku
berhenti sejenak.
“Aku
tak seharusnya mengatakannya, aku sudah berjanji di hadapan forum para hakim.”
“Para
hakim?”
“Ya,
kedua belas hakim yang mengendalikan planet kami. Aku termasuk satu di
antaranya. Kami memiliki aturan yang tidak boleh kami langgar.”
“Kalau
begitu kau tak bisa mengatakan bagaimana cara mengalahkan Dagon?” raut wajah
Delila berubah muram.
Aku
terhening sejenak, kemudian memutuskan untuk melepaskan tudung kepala singa
yang kukenakan di atas kepalaku.
“A
... apa itu? Aneh sekali.” ujar Delila dengan heran, “Rambutmu seperti kabel
yang menjuntai dari kepalamu?”
“Karena
ini memang bukan rambut sebenarnya, melainkan serat sibernetik yang membantu
otak kami.”
“Membantu
otak kalian?”
“Planet
kami adalah planet yang dingin sehingga evolusi kami berjalan amat lambat.
Untuk membantu efisiensi otak kami, kami membangun alat ini untuk mengatur
pelepasan hormon yang membuat kami memiliki kekuatan super. Tak hanya itu,
kabel ini membuka jalan bagi kami untuk mengingat kembali memori evolusioner
kami.”
“Memori
apa?” Delila tampak tak paham.
“Sudahlah,
terlalu rumit untuk dijelaskan. Kau ingin tahu cara mengalahkan Dagon, bukan?
Aku tak pernah melihatnya, namun kaummu pernah. Karena itu, hanya kau yang bisa
mengetahui caranya.”
“Bagaimana
caranya?”
“Lihatlah
sendiri.” Samson melepas salah satu kabel sibernetik dari kepalanya dan
menempelkannya ke kepala gadis itu.
“AAAAAAAH!”
Kejadian
itu hanya berlangsung sepersekian detik. Samson buru-buru melepasnya karena ia
tahu, sepersejuta detik dalam alat itu bisa membawa kembali ingatan kita hingga
ke trilyunan tahun yang lalu.
“A
... apa yang barusan kulihat?” napas Delila menjadi tersengal-sengal.
“Sejarah
alam semesta ini dimulai sejak penciptaan.” bisik Samson, “Luar biasa bukan?”
“Luar
biasa? I ... itu sangat mengerikan!” pekiknya, “Makh ... makhluk apa yang
barusan kulihat?”
“Outer
Gods? Alat ini bisa membuatmu melihat Outer Gods?” Samson menatapnya tak
percaya. “Berarti tata suryamu benar-benar diserang oleh seekor Outer God. Jika
begitu, cerita tentang Dagon benar-benar nyata.”
“A
... aku hanya melihat siluetnya ... aku segera memalingkan wajahku begitu
hampir menyaksikannya. Ada suara dalam diriku yang mengatakan agar tidak
melihatnya dengan mataku, jika tidak aku akan menjadi gila. Namun ukurannya ...
ia benar-benar raksasa. Bahkan bintang kami hampir ditelannya ...”
“Kau
ingat tentang bintangmu? Berarti kau ingat juga tentang masa lalu planet ini?
Katakan, apa namanya? Pengetahuan tentang sejarah planetmu bisa membantu kami
agar tidak mengalami nasib sama sepertimu.”
“Pengetahuan
dari kami? Apakah hanya itu yang kau inginkan?” Delila menatapnya dengan tajam,
“Apa karena itu kau memberikan kabel ini kepadaku?”
“Tidak,
Delila. Jangan salah paham.” namun tiba-tiba aku merasa tubuhku mulai
mengantuk, “A ... ada apa ini ... “
“Maafkan
aku, Samson.” aku sempat melihat wajah Delila sebelum aku memejamkan mataku,
“Spora dari tanaman ini ... itu akan membuatmu tertidur pulas ...”
BERSAMBUNG
Tambah seru ceritanya,lanjut bang dave
ReplyDeleteKalo samson betawi kelemahannya bulu ketek 🤪🤪
ReplyDelete