Seperti apa
sih cewek cantik menurut kalian? Mungkin ada yang beranggapan berkulit putih,
berambut lurus, bulu mata lentik, dll. Namun tiap kebudayaan di dunia memiliki
standar kecantikan yang berbeda-beda. Dan tak ayal, demi standar kecantikan
inilah, kaum wanita adalah yang paling menderita. Sebab standar-standar
kecantikan ini harus dicapai dengan banyak pengorbanan sebab meliputi
modifikasi tubuh dan proses yang menyakitkan. Seperti apakah standar-standar
kecantikan yang cukup ekstrim ini? Silakan simak list-nya.
1. Kulit Putih
Ternyata
tak hanya kita yang berkulit sawo matang saja yang ingin berkulit lebih putih,
bahkan wanita kulit putih di masa Victoria Inggris ingin kulit mereka lebih
putih lagi. Pada masa itu (sekitar 1700-an), kulit putih dan pucat dianggap
sebagai satndar kecantikan. Bahkan jika bisa, kulit itu sepucat mungkin hingga
menampakkan pembuluh darah kebiruan di bawahnya. Berbagai cara dilakukan wanita
pada zaman itu, seperti menggunakn kosmetik dari bahan berbahaya seperti
timbal, merkuri, hingga arsenik; hingga menggunakan lintah untuk menyedot darah
mereka agar kulit mereka menjadi lebih pucat karena kekurangan darah.
2. Tubuh Kurus
Hingga
kini, tubuh kurus memang merupakan standar kecantikan yang diikuti oleh
sebagian besar budaya di dunia. Pada masa dahulu, banyak wanita menggunakan
cara ekstrim untuk mencapai bentuk tubuh yang mereka idam-idamkan tersebut.
Cara seperti memakai korset ketat yang menyakitkan dan membuat mereka sulit
bernapas pun mereka jabani. Tak hanya itu, cara yang lebih ekstrim juga tak ragu
mereka lakukan seperti memasukkan cacing pita parasit ke dalam tubuh mereka
agar lebih kurus.
3. Kaki Lotus
Sebuah
praktek yang dikenal sebagai “foot binding” atau pengikatan kaki menjamur di
Tiongkok kuno sejak abad ke-16 dan mencapai puncaknya pada masa Dinasti Han
pada abad ke-19. Proses mengikat kaki bertujuan agar kaki wanita menjadi lebih
kecil dan “anggun”. Kaki yang sudah dibentuk sedemikian rupa disebut sebagai
“lotus feet” karena menyerupai kuncup bunga teratai.
Bahkan
wanita dari kalangan bangsawan pun tak mampu lolos dari tradisi menyakitkan
ini. Bahkan, semakin tinggi status seorang wanita justru semakin wajib dia
melaksanakan tradisi ini. Proses pengikatan kaki dimulai ketika gadis masih
berusia 4 tahun dengan pertama-tama mencabut keseluruhan kuku kaki mereka, lalu
memukuli kaki tersebut hingga tulangnya patah, dan kemudian mengikatnya dan
membungkusnya dengan erat. Untunglah, tradisi tak manusawi itu sekarang sudah
benar-benar menghilang pada masa modern ini.
4. Skarifikasi
Tato
merupakan suatu bentuk ekspresi untuk memperindah tubuh yang sudah dipraktekkan
manusia sejak 5.000 tahun lalu. Namun bagi penduduk kulit hitam Afrika, tato
menjadi kurang efektif sebab warna kulit mereka membuat tinta tato tak begitu
jelas terlihat. Oleh sebab itu, sebagai pengganti tato, penduduk asli Afrika
biasanya menggunakan suatu metode bernama “skarifikasi” yaitu dengan sengaja
melukai kulit agar timbul bekas luka (“scar”) yang kemudian dibentuk menyerupai
pola tertentu. Bag pria, pola tersebut biasanya mengikuti pola kulit buaya. Wanita
pun tak lepas dari budaya skarifikasi ini, bahkan dianggap meningkatkan
kecantikannya.
Namun bisa
dibyangkan, proses skarifikasi ini pasti sangat menyakitkan. Namun sudah
menjadi budaya di suku-suku di Afrika, bahwa anggota suku yang mengalami proses
skarifikasi ini dilarang berteriak, menangis, bahkan mengernyit kesakitan.
Sebab jika mereka menunjukkan tanda-tanda kesakitan, itu justru akan menjadi
aib bagi diri mereka dan keluarganya.
5. Kuping Panjang
Tradisi
memanjangkan cuping telinga sudah menjadi tradisi sejak lama. Bahkan Buddha
Gautama juga dikenal memiliki ciri fisik demikian. Namun hanya sedikit suku
tradisional di berbagai belahan dunia yang masih mempraktekkan modifikasi tubuh
ini, semisal suku Dayak di Kalimantan, Karen di Myanmar, dan Masaii di Afrika.
Tradisi pemanjangan cuping telinga ini dilakukan dengan memberikan beban berat
pada anting-anting.
6. Leher Panjang
Suku Kayan
di Myanmar memiliki tradisi unik “memanjangkan” leher mereka dengan kalung
kuningan. Proses ini dimulai ketika gadis dari suku tersebut mencapai usia 4
tahun, kemudian tiap tahun kalung baru ditambahkan sehingga memberi ilusi
seolah-olah leher mereka memanjang. Namun secara alami, leher tak bisa
memanjang (kecuali lu yokai rokurokubi dari Jepang). Penampilan mereka yang
seolah-olah memiliki leher panjang sebenarnya disebabkan oleh “tenggelamnya”
tulang bahu akibat terbebani oleh berat kalung-kalung tersebut.
Pemerintah
Myanmar berusaha menghentikan praktek etnik ini. Namun banyak dari suku Kayan
mempertahankan tradisi ini untuk mengundang para turis dan menambah penghasilan
mereka.
7. Bibir Piring
Tradisi
“lip plate” atau “bibir piring” masih dipraktekkan oleh Suku Mursi.
Pertama-tama, bibir dilubangi dan disumbat dengan kayu. Kemudian,
perlahan-lahan, sumbat tersebut diganti dengan piringan kayu hingga ukurannya
membesar. Uniknya, tak seperti tradisi-tradisi di atas, tradisi ini tak
dipaksakan kepada kaum wanita di suku Mursi. Mereka diberi pilihan apakah akan
melakukannya atau tidak. Mereka juga diberi pilihan seberapa lebar piring yang
akan disisipkan pada bibir mereka.
Akan
tetapi, kebanyakan wanita dari suku tersebut memilih melakukan tradisi
menyakitkan tersebut untuk tampil cantik (menurut pandangan mereka) dan agar
mudah memperoleh suami. Selain itu, semakin lebar piringan yang mereka pakai,
akan semakin tinggi pula status sosial mereka. Piringan ini mampu mencapai
diameter hingga 12 centimeter.
8. Deformasi Tengkorak
Dikenal
dengan istilah “head binding”, mungkin inilah standar kecantikan paling aneh
dalam sejarah manusia, bahkan dipraktekkan baik kepada laki-laki maupun
perempuan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman purba bahkan dipraktekkan
oleh suku-suku yang tersebar lintas benua, mulai dari Suku Hun dari Jerman
Kuno, Inca dan Maya dari Amerika, hingga Aborigin Australia. Bahkan Ratu
Nefertiri, seorang firaun wanita, juga dipercaya melakukan praktik ini.
Lebih
ekstrim ketimbang tradisi-tradisi di atas, proses ini dimulai semenjak masih
bayi. Yup! Kepala bayi tersebut akan dijepit dengan dua batang kayu yang
kemudian diikat dengan kencang agar ketika dewasa, bentuk kepalanya menjadi
memanjang. Nggak begitu jelas apa tujuan melakukan semua proses menyakitkan
ini, namun uniknya, proses ini sama sekali nggak mempengaruhi bentuk otak kok,
apalagi intelegensinya.
Nah,
bagaimana menurut kalian dengan 8 modifikasi tubuh demi kecantikan di atas. Mirip "body horror" ya? Kisah-kisah tersebut menyadarkan gue bahwa standar kecantikan di berbagai
penjuru dunia ini berbeda-beda. Tapi kurang bijak rasanya jika kita memaksakan
tubuh kita (apalagi mengorbankan kesehatan kita) demi memenuhi standar
tersebut. Sebagai tambahan, apa bisa kita ya kita masukkan penggunaan sepatu
hak tinggi ke dalam list ini?
Liat Bibir Piring & Skarifikasi, gw jadi inget suku Wakanda 😂😂😂
ReplyDeleteWAKANDA FOREFAH!! 1! 1!1!1!1
ReplyDeleteWAKANDA FOREFAH!! 1! 1!1!1!1
ReplyDeleteBibir piring gmn ngunyah nya ya....kasian para cewe demi cantik...apa aj rela d lakuin walaupun itu menyiksa n menyakitkan...bullshit blg be your self..bla..bla...(ttp aj pengen kulit mulus ,suntik putih)
ReplyDelete😥😥
Serem banget anjirr
ReplyDelete