Siapa
penemu Benua Amerika? Mungkin di kepala kita langsung terlintas nama
Christopher Columbus. Cieee … kena propaganda Barat ni yeee. Pada masa kini,
banyak yang meragukan klaim tersebut. Ada banyak teori bahwa bangsa-bangsa
kuno, jauh sebelum Columbus, telah mendarat di Benua Amerika dan mengadakan
kontak dengan penduduk aslinya. Siapa sajakah mereka? Lalu siapa yang pantas
dianggap sebagai penemu Benua Amerika? Simak ulasannya di bawah ini!
1. Christopher Columbus
Pada
tanggal 12 Oktober 1492 dikenal sebagai tanggal dimana Christopher Columbus
menemukan Benua Amerika. Namun banyak fakta menarik yang tak diketahui tentang
tokoh tersebut. Salah satunya, Columbus tak pernah menginjakkan kaki di Amerika
Utara. Ia pertama kali tiba di Kepulauan Bahama, kemudian barulah pada
ekspedisi berikutnya ia tiba di Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
Namun pada
saat itu, Columbus masih bersikeras bahwa wilayah yang ia temukan adalah India,
karena itu dia menyebut penduduk asli benua tersebut sebagai Indian. Barulah
pada 1502, seorang eksplorer (bukan Dora ya) bernama Amerigo Vespucci menyadari
bahwa apa yang ditemukan Columbus sebenarnya adalah benua baru yang kemudian ia
namai sesuai namanya sendiri, yakni America. Wah, kalah cepet ya?
Namun
Columbus sendiri sebenarnya bukanlah orang Eropa pertama yang menjelajahi Benua
Amerika. Hal ini ditemukan dengan adanya pemukiman kuno di L’Anse Aux Meadows,
Kanada yang ternyata dibangun oleh ….
Ketika
mendengar nama Viking, langsung terbayang sebuah suku tangguh dengan gemar
melaut dengan kapal perangnya. Tak sulit memang memikirkan Bangsa Viking
sebagai suku pemberani akhirnya menemukan benua Amerika, 500 tahun sebelum
Columbus mendarat di sana. Sekitar tahun 1000 M, seorang pangeran asal Viking
bernama Leif Erikson berlayar dari Eropa Utara dan menemukan Pulau Greenland. Ia
terus berlayar dan menemukan daratan yang ia sebut sebagai “Vinland”. Banyak yang
meyakini Vinland ini adalah Benua Amerika. Namun ada pula yang menduga bahwa “Vinland”
sebenarnya adalah Kepulauan Newfoundland, Kanada.
Pernah
menonton Moana kan? Nah, Moana diceritakan sebagai anggota suku yang mendiami
Oceania, kepulauan di Samudra Pasifik. Yang unik adalah, ada teori yang
meyakini bahwa suku Polynesia yang tinggal di Kepulauan Pasifik sudah mencapai
Amerika Selatan. Buktinya adalah adanya ubi jalar yang ditanam di wilayah
tersebut, padahal tanaman tersebut berasal dari Amerika Selatan. Dipercaya dengan
tradisi maritim yang tinggi, bangsa Polynesia menjelajah Samudra Pasifik hingga
akhirnya mendarat di benua Amerika, kemudian membawa pulang ubi jalar sebagai
makanan pokok mereka. Ekspedisi tersebut dipercaya terjadi sekitar 1.000 tahun
lalu.
Tapi
mungkin sukar dipercaya, bagaimana mungkin suku tradisional dengan teknologi primitif
bisa mengarungi jarak yang sedemikian jauh dengan kapal sederhana mereka? Pada 1947,
seorang penulis dan penjelajah, Thor Heyerdahl, membuktikannya dengan
menggunakan rakit sederhana yang ia namakan “Kon Tiki” dan melakukan perjalanan
selama 101 hari dari Peru ke Kepulauan Tahiti di Polynesia.
Penelitian juga
membuktikan bahwa suku asli Amerika Selatan dan suku Moai, penduduk Pulau
Paskah di Polynesia, memiliki kesamaan genetik, membuktikan bahwa mereka
memiliki nenek moyang yang sama.
Tiga
pendapat di atas merupakan opini yang valid yang dibuktikan dengan penemuan
sejarah maupun penelitian genetik. Namun mulai dari list di bawah ini,
penjelasannya akan semakin aneh dan mistis. Siap-siap saja.
Gavin
Mendes, seorang penulis asal Inggris, tiba-tiba menjadi terkenal berkat buku kontroversialnya
yang berjudul “1421: The Year China Discovered The World” dimana ia menulis
bahwa seorang laksamana bernama Cheng Ho adalah orang pertama yang menemukan
benua Amerika. Namun pendapat tersebut banyak ditentang oleh ahli sejarah yang
meyakini bahwa Admiral Muslim tersebut justru berlayar ke arah sebaliknya, yakni
ke Afrika. Buktinya adalah, dari salah satu ekspedisinya, beliau membawa
oleh-oleh berupa jerapah dari Somalia untuk Kaisar Tiongkok saat itu. Gue juga
percaya sih, soalnya beliau kan pernah melewati Jawa. Ya kali mau ke Amerika
tapi lewatin Indonesia? Ya nggak?
Mitos bahwa
Laksamana Cheng Ho menemukan Amerika berasal dari peta kuno yang sempat
menghebohkan dunia arkeologi ini. Namun ternyata
peta ini adalah hoax. Dipercaya dibuat pada abad ke-15, peta yang jelas
menunjukkan Benua Amerika dalam bahasa Tiongkok ini ternyata dibuat pada abad
ke-19. Walaupun diyakini tak pernah mencapai Amerika, namun perjalanan laut
sejauh itu (pada masa kuno) dianggap sebagai sebuah prestasi yang luar biasa.
Jauh sebelum
Cheng Ho, ada pula sebuah mitos yang diyakini sebagai bukti bahwa Bangsa
Tiongkok pernah menemukan Benua Amerika. Pada 499 M, seorang biksu bernama Hui
Shen pernah menuliskan tentang sebuah daratan yang berjarak 20.000 li di
sebelah timur Daratan Tiongkok. Beliau menyebut benua tersebut sebagai Fu Sang.
Ada yang meyakini bahwa Fusang yang dimaksudkan adalah California, sebab di
dalamnya beliau menggambarkan secara rinci jurang-jurang yang dipercaya sebagai
Grand Canyon.
Banyak
mitos yang menyebutkan bahwa Bangsa Eropa telah mengunjungi Benua Amerika jauh
sebelum Columbus ataupun Viking tiba di sana. Salah satunya adalah Saint
Brendan, seorang biarawan Katolik asal Irlandia yang hidup pada abad ke-5. Dalam
catatan hidupnya, beliau pernah menuliskan berlayar dari Irlandia dan terdampar
di sebuah daratan di sebelah barat Eropa yang disebutnya sebagai “Surga”, lalu tinggal
di sana selama 40 hari. Selama berabad-abad, para pelaut dan navigator Eropa
meyakini keberadaan daratan ini dan menyebutnya sebagai “St. Brendan’s Island”.
Pendapat modern mengatakan bahwa kemungkinan daratan yang ditemui St. Brendan
ini sebenarnya adalah Amerika, walaupun tak sedikit pula yang meragukannya.
Bukti lain
adanya kontak antara Eropa dan Amerika adalah ukiran di Rosslyn Chapel, sebuah
gereja kecil di Skotlandia yang dibangun pada abad ke-15. Sebuah ukiran
misterius di kapel tersebut berbentuk mirip jagung. Padahal, seharusnya pada
masa itu, bangsa Eropa tak pernah melihat tanaman asli Amerika itu.
Ada yang
mempercayai bahwa pendiri kapel itu, yakni Henry I Sinclair pernah mengunjungi
Eropa sebelum Columbus tiba di sana. Ehm ... oh ya, Sir Sinclair ini juga anggota Kastria Templar loh.
Klaim lain
tentang adanya kontak antara Katolik Eropa dan penduduk asli Amerika Selatan
justru ditemukan di “Temple of The Cross” di Palenque, Meksiko dimana di sebuah
piramid ditemukan sebuah relief salib.
Klaim bahwa
bangsa Jepang pernah tiba di Benua Amerika sekitar 5.000 tahun lalu muncul
karena kemiripan antara Kebudayaan
Valdivia di Ekuador dengan Kebudayaan Jomon di Kyushu, Jepang. Adanya kesamaan
antara bentuk, pola, serta cara pembuatan keramik di kedua kebudayaan trsebut
membuat arkeolog bertanya-tanya apakah kedua budaya yang saling berjauhan itu
sebenarnya berkaitan. Hal tersebut cukup masuk akal, mengingat arus Kurushio
yang kuat pernah dalam beberapa kasus membuat kapal-kapal nelayan dari Jepang
terdampar hingga ke Mexico.
Wow, klaim
bahwa bangsa Asia kuno menemukan Amerika bahkan sampai ke India. Dua bukti
mencurigakan ditemukan baik di Amerika maupun India. Di kebudayaan kuno Maya di
Copan, Honduras, ditemukan sebuah ukiran yang mirip dengan gajah Asia (perlu diingat di
Amerika tak ada gajah).
Sebaliknya,
di Kuil Somnathpur, India ditemukan figur dewa yang tengah memegang buah jagung
yang seharusnya tak tumbuh di Asia kala itu. Apa ini membuktikan adanya
pertukaran kebudayaan antara Maya dan India pada masa purbakala?
Kebudayaan
Olmec merupakan kebudayaan kuno di Mesoamerica yang tak meninggalkan catatan
tertulis satupun, sehingga sulit melacak darimana asal kebudayaan itu. Yang jelas,
satu-satunya peninggalan Olmec adalah kepala-kepala raksasa yang menyerupai
raut wajah penduduk kulit hitam di Afrika. Ini menyebabkan spekulasi bahwa
mungkin bangsa Afrika pernah berlayar hingga ke Amerika. Selain itu pada 1311,
kapal utusan seorang sultan dari Mali mengklaim bahwa mereka terbawa badai dan
terdampar di Benua Amerika.
Wow …
mengejutkan memang bangsa sekuno Romawi juga pernah diisukan menemukan Benua
Amerika. Namun kebingungan para arkeolog ini cukup beralasan, mengingat beberapa
peninggalan Romawi pernah ditemukan di Benua Amerika. Klaim tersebut meliputi pedang
Romawi kuno di Oak Island, Nova Scotia; koin Romawi kuno di Texas; keramik
Romawi kuno di Brazil; hingga patung tanah liat yang menggambarkan kepala orang
Romawi kuno di Tacaxic-Calixtlahuaca, Meksiko. Namun banyak pula yang
mengatakan bahwa harta-harta karun tersebut adalah peninggalan kapal karam yang
terbawa hingga ke Amerika.
Dari semua
teori di atas, mungkin teori inilah yang tergila. Pada abad ke-8, Kerajaan
Assyria menguasai wilayah Palestina dan mengusir semua suku Yahudi dari tanah
air mereka. Dari 12 suku yang ada, hanya 2 suku yang bertahan hidup hingga
sekarang, sedangkan 10 lainnya lenyap secara misterius. Ada mitos yang
menyatakan bahwa “Ten Lost Tribes” ini melarikan diri hingga ke Benua Amerika. Isu
ini konon dipicu oleh penemuan “Bat Creek Inscription” yakni sebuah inskripsi
yang ditemukan di Tennessee dan ditulis menggunakan aksara Yahudi kuno. Namun sayang,
penemuan ini sudah dipastilah hanyalah hoax.
Akan tetapi,
penganut agama Mormon mempercayai bahwa pada tahun 600 SM, seorang nabi Israel
bernama Lehi bersama pengikutnya melarikan diri ketika Yerusalem dikuasai oleh
Babilonia. Menurut kitab suci mereka, Lehi mendarat di Amerika dan mendirikan
koloni Yahudi di sana. Well, ini
adalah kepercayaan religius mereka jadi gue nggak akan berkomentar apapun
tentang ini.
BONUS:
Dari semua
teori di atas, satu hal yang bikin gue nggak paham adalah kenapa orang-orang
dari berbagai bangsa dan agama terobsesi dan berlomba-lomba mengakui bahwa diri mereka-lah
penemu Benua Amerika. Oke deh Columbus mungkin bisa disebut sebagai “penemu”
benua Amerika sebab dialah orang pertama yang memetakannya secara rinci. Namun seringkali
kita melupakan bahwa penemu Benua Amerika adalah orang-orang yang kini
mendiaminya.
Kebudayaan
Clovis adalah suku pertama yang menginjakkan kaki di benua Amerika sekitar 11.000
tahun yang lalu. Masa tersebut adalah akhir Zaman Es dan masih terdapat
jembatan darat yang menghubungkan ujung timur Asia di Rusia dengan ujung barat
Alaska di Amerika. Karena adanya jalan darat inilah, mereka bermigrasi untuk
mengikuti buruan mereka, yakni bison dan Mammoth yang kala itu belum punah. Menurut
pelacakan genetik tulang-belulang Clovis yang ditemukan, disimpulkan mereka
berasal dari Siberia.
Namun yang
misterius lagi adalah teori yang menyatakan Suku Clovis sebenarnya berasal dari
Prancis, Eropa dan menyeberang ke Eropa dengan menggunakan kapal. Hal ini
didukung dengan adanya kesamaan peralatan berburu antara dua kebudayaan
tersebut. Sedangkan teori lain menyatakan bahwa terdapat banyak pemukiman suku
primitif lain yang sudah ada di Amerika sejak 20.000 tahun lalu. Duh …. pusing ya?
Yang jelas benua amerika sudah ada sejak zaman penciptaan,
ReplyDeletegood
ReplyDelete