Princess de Lamballe keluar dari penjaranya, hanya untuk menyaksikan bahwa ratusan mayat tergeletak di halaman, dibantai dengan kejam dengan tubuh terpotong-potong. Sang putri hendak berteriak, namun massa mulai mengeksekusinya dengan menusuk dan memenggal kepalanya. Terakhir, kepalanya ditancapkan ke sebuah pancang dan dibawa berkeliling di penjuru kota Paris dan berakhir di depan penjara sahabatnya, Marie Antoinette.
Dari paragraf itu, mungkin
kalian tak menyangka bahwa sekelam itulah Revolusi Prancis yang terjadi pada
abad ke-18. Peristiwa yang terpicu akibat strata sosial yang begitu timpang
antara kaum borjuis dengan rakyat jelata itu memang tak pernah berjalan dengan
damai, melainkan dipenuhi oleh pertumpahan darah. Namun membicarakan peristiwa
berdarah tersebut, sangatlah tak afdol jika kita tidak mengaitkannya dengan
Ratu Marie Antoinette yang konon karena gaya hidupnya yang glamor, berujung
pada nasib tragis serta mengubah arus sejarah untuk selamanya.
Namun benarkah semua berita
miring yang kita dengar tentang sang ratu> benarkah hanya karena satu
wanita, arus sejarah Prancis, atau bahkan Eropa dan seluruh dunia tiba-tiba
berubah. Bagaimana seorang wanita mengubah nasih sebuah bangsa hanya dalam sekejap
mata?
Inilah kisah dari sang ratu Prancis paling terkenal.
Sebagai ratu, Marie Antoinette gemar hidup bergelimpang kemewahan, yang akhirnya berakibat pada kejatuhannya |
Sulit rasanya membayangkan sejarah Prancis tanpa membicarakan Marie Antoinette. Marie Antoinette adalah ratu terakhir Prancis sebelum sistem monarki akhirnya digulingkan dalam Revolusi Prancis. Dirinya sering dikait-kaitkan sebagai penyebab penderitaan rakyat yang menjadi prekursor revolusi berdarah tersebut. Marie Antoinette dituduh menghambur-hamburkan uang negeri demi bergaya hidup mewah, bahkan mewarisi julukan “Madame Deficit”. Salah satu anekdot terkenal tentangnya menyebutkan bahwa suatu hari ia mendapat kabar bahwa rakyat Prancis kala itu didera kelaparan karena tidak mampu membeli roti. Namun alih-alih merasa simpati, ia malah berkata “Let them eat cake” atau “Kalau begitu suruh mereka makan kue.” padahal kue, jelas-jelas merupakan varian roti yang lebih mahal karena dibuat dengan telur, mentega, dan gula.
Namun kini para sejarawan
mulai mempertanyakan, apakah benar kisah tentang Marie Antoinette ini ?
Betulkah Marie Antoinette adalah seorang ratu lalim yang kejam yang tak
mempedulikan rakyatnya? Ataukah itu semua adalah propaganda untuk menggulingkan
kekuasaan sang raja? Untuk mengetahuinya, maki kita simak kisah hidup sang ratu
naas ini.
Marie Antoinette
sesungguhnya bukanlah wanita berdarah Prancis. Ia lahir pada 2 November
1755 sebagai keturunan Austria. Ia adalah putri dari Francis I,
penguasa dari Kekaisaran Romawi Suci dan permasurinya, Maria Theresa. Kekaisaran
Romawi Suci berbeda dengan Kekaisaran Romawi yang dulu bercokol di Italia pada
masa sebelum Masehi. Kekaisaran Romawi Suci adalah kerajaan di Eropa Tengah
yang berdiri sejak abad ke 9 sampai19 M. Wilayahnya cukup luas, meliputi
Jerman, Belanda, Belgia, Swiss, Austria, Cekoslovakia, Prancis timur, Italia
utara, dan Polandia barat. Nantinya, pemimpin tertinggi NAZI, Adolf Hitler
menyebut Kekaisaran Romawi Suci ini sebagai the First Reich atau kerajaan
Jerman pertama, dimana ia sendiri bercita-cita menciptakan the Third Reich
untuk mengembalikan kejayaan Jerman.
Lukisan yang menggambarkan pesta pernikahan Marie Antoinette dengan suaminya yang kelak menjadi raja Prancis |
Sang putri (kala itu
bernama asli Maria Antonia) dikenal tak begitu cerdas. Dalam usia 10 tahun, ia
tak mampu menulis dalam bahasa Jerman dengan lancar. Padahal sebagai kerajaan
dengan kekuasaan yang luas, Kekaisaran Romawi Suci menggunakan berbagai bahasa,
seperti Prancis dan Italia, yang seharusnya juga mesti dikuasai oleh sang
putri. Namun, Maria Antonia rupanya menunjukkan kecerdasan di bidang lain,
yakni musik dan mampu memainkan berbagai alat musik seperti harpa dan seruling.
Ia juga dikenal memiliki suara emas kala bernyanyi. Tak hanya itu,
kecantikannya juga kepandaiannya berdansa membuatnya dikagumi banyak orang.
Kekaisaran Romawi Suci
merupakan musuh bebuyutan Kerajaan Prancis. Namun Ratu Maria Theresa ingin
mengakhiri permusuhan itu. Salah satu cara yang ia tempuh untuk mendamaikan
kedua belah pihak adalah menikahkan Maria Antonia, putrinya, dengan cucu Louis
XV, raja Prancis yang berkuasa kala itu, yakni Pangeran Louis-Auguste yang juga
pewaris tahta kerajaan Prancis. Maria Antonia pun diboyong ke Istana Versailles
di Paris untuk melangsungkan pernikahan itu.
Pernikahan tersebut terjadi
pada 16 Mei 1770 dimana setelah itu, Maria Antonia mengganti namanya sesuai
ejaan Prancis menjadi Marie Antoinette. Karena kecantikannya, Marie Antoinette
segera mendapat dukungan dari keluarga kerajaan. Namun kala itu ia memiliki
musuh bebuyutan, yakni Madame du Barry salah satu selir Raja Louis XV yang juga
memiliki kekuasaan yang cukup besar di istana. Pada 1774, Raja Louis XV
meninggal sehingga kedudukannya digantikan oleh suami Marie Antoinette yang
kini bergelar Raja Louis XVI. Untuk menyenangkan hati istrinya, langkah
pertamanya sebagai raja adalah mengusir
Madame du Barry dari istana. Setelah menjadi raja, Louis XVI membanjiri istri
kesayangannya itu dengan berbagai hadiah mewah, salah satunya adalah Petit
Trianon, sebuah istana kecil yang awalnya dibangun Raja Louis XV untuk selirnya
yang lain, Madame de Pompadour. Louis XVI mengizinkan Marie Antoinette untuk
merenovasinya sesuka hatinya. Rumor kemudian beredar bahwa sang ratu melapisi
dinding istana barunya itu dengan emas dan permata.
Istana Versailles sebagai tempat kediaman raja dan ratu Prancis memang dikenal karena kemewahannya |
Sang ratu kini hidup bak
sosialita yang berlimpah kemewahan. Ia sangat memperhatikan fashion dan juga
parahnya, gemar berjudi. Padahal kala itu, rakyat jelata di Prancis tengah
menderita. Kala itu monarki Prancis membagi warganya menjadi tiga kasta: kasta
pertama (The First Estate) adalah gereja, kasta kedua (The Second Estate)
adalah para bangsawan yang disebut kaum “bourgeoisie” atau “borjuis”, dan kasta
ketiga (Third Estate) dan terendah adalah kaum rakjel alias rakyat jelata .
Herannya, walaupun memiliki kondisi ekonomi yang lebih kaya, First dan Second
Estate justru dibebani pajak yang amat sedikit, karena kekuasaan mereka yang
begitu besar hingga mampu melobi raja. Sedangkan rakjel yang hidup miskin
justru dibebani pajak yang sedemikian besar demi mencukupi gaya hidup mewah
kaum borjuis.
Tak heran, rakyat menjadi
marah melihat gaya hidup para borjuis yang berkelimpahan, terutama Ratu Marie
Antoinette yang terkenal memiliki gaya hidup glamor bak sosialita. Sang ratu
dikenal amat mengikuti fashion, bahkan memiliki gaya rambut yang menjulang
tinggi hampir 1 meter yang kala itu memang tengah trend di antara kaum borjuis.
Tak hanya itu, demi memuaskan hasrat fashionista-nya, sang ratu memilih mengenakan
pakaian dari bahan indinne, tekstil asal India yang dikenal memiliki motif yang
indah. Padahal sebelumnya, impor indinne dilarang di Prancis untuk melindungi
industri tekstil lokal. Sang ratu juga terkenal bergaul dengan kaum sosialita
lainnya, antara lain Duchesse de Polignac dan Princesse de Lamballe (yang
nantinya bernasib tragis) yang makin mengompori gaya hidup mewah sang ratu
(maklum ibu-ibu).
Kebencian rakyat Prancis
terhadap Marie Antoinette masih ditambah lagi dengan asal-usulnya sebagai orang
Austria, yang semenjak dulu memang musuh bebuyutan Prancis. Banyak yang
menganggapnya “mata-mata” asing. Hal ini makin diperkeruh pada 1779 dimana
Marie Antoinette membujuk suaminya untuk ikut campur dalam perselisihan wilayah
antara Austria dan Bavaria. Hasilnya adalah Perjanjian Teschen pada tahun 1779
dimana Austria berhasil mengambil alih wilayah Bavaria yang berpenduduk 100
ribu jiwa ke dalam kekuasaannya. Hal ini menimbulkan kesan bagi rakyat Prancis
bahwa Raja Louse XVI dimanipulasi oleh istrinya untuk berpihak pada Austria.
Pamor Marie Antoinette juga
makin turun pada 1784 setelah rakyat mengetahui bahwa Louis XVI membeli
kastil Saint-Cloud untuk istrinya dengan
harga 6 juta livre (mata uang Prancis kala itu), padahal seperti gue sebutkan,
rakyat kala itu tengah didera kelaparan. Apalagi keluarga raja termasuk Marie
Antoinette telah memiliki kediaman mereka sendiri, yakni Istana Versailles yang
terkenal amat indah dan megah.
Seperti inilah kamar tidur sang ratu |
Namun gosip paling
menghebohkan tentang kehidupan Marie Antoinette terjadi kala seorang diplomat
Swedia bernama Count Axel von Fersen datang ke istana Versailles. Count Axel
adalah seorang pemuda yang luar biasa tampan dan tanpa menunggu waktu, segera
menguar rumor tak mengenakkan bahwa sang ratu berselingkuh dengannya.
Pada 1785, Marie Antoinette
melahirkan putranya Louis Charles. Celakanya, kelahiran anaknya ini tepat 9
bulan setelah kedatangan Axel von Fersen sehingga muncullah gosip bahwa anak
tersebut adalah anak haram hasil perselingkuhannya. Namun tak ada skandal yang lebih
merusak nama sang ratu ketimbang Skandal Kalung Berlian.
Mungkin kalian masih ingat
dengan nama Madame du Barry, selir kesayangan Raja Louis XV (mertua Marie
Antoinette). Pada tahun 1772, sang raja membuktikan cintanya pada selirnya ini
dengan meminta dua seniman perhiasan terkenal dari Paris kala itu, Charles
Auguste Boehmer dan Paul Bassange untuk membuat kalung berlian seharga 2 juta
livre. Sayang, setelah kalung itu jadi, sang raja justru meninggal dan Madame
du Barry diusir dari istana. Kedua pembuat perhiasan itu berharap sang ratu
yang baru, yakni Marie Antoinette untuk membeli perhiasan tersebut. Namun
anehnya, sang ratu yang terkenal amat menyukai kemewahan itu justru menolaknya.
Pasalnya, kalung itu dibuat khusus untuk Madame du Barry, musuh bebuyutan Marie
Antoinette, sehingga membuatnya menjadi ilfil.
Muncullah seorang wanita
penipu bernama Jeanne de la Motte. Karena kecantikannya, Jeanne menjadi selir
uskup kala itu, Cardinal de Rohan. Sang kardinal kala itu berharap sang ratu
mengangkatnya menjadi salah satu menteri. Jeanne kemudian memiliki rencana
licik dengan mengaku pada kardinal bahwa ia secara pribadi mengenal sang ratu.
Cardinal de Rohan pun girang dan mengirim surat ke Marie Antoinette dengan perantaraan Jeanne.
Kalung berlian yang makin memperkeruh status Marie Antoinette di mata rakyatnya |
Jeanne pun pura-pura
memberikan surat itu pada sang ratu dan memberikan balasannya pada Cardinal de
Rohan. Dari isi surat tersebut yang bernada romantis, Cardinal de Rohan menjadi
yakin bahwa Marie Antoinette tengah jatuh cinta dengannya. Padahal, Jeanne
sendirilah yang menulis balasan surat tersebut. Sang kardinal pun membalas
surat itu dengan meminta untuk bertemu langsung dengan sang ratu secara pribadi
di taman Versailles.
Pada suatu malam, Cardinal
de Rohan bertemu dengan seorang wanita yang ia yakini sebagai Ratu Marie Antoinette,
padahal kenyataannya wanita itu adalah seorang PSK bernama Nicole yang berwajah
mirip dengan sang ratu. Sang ratu palsu ini kemudian mengatakan bahwa ia ingin
membeli kalung untuk Madame du Barry yang berharga 2 juta livre itu dan meminta
sang kardinal membelinya, dengan alasan bahwa jika ia membelinya langsung, maka
akan ada tuduhan publik bahwa ia berfoya-foya. Sang kardinal, saking cintanya
dengan sang ratu palsu ini, langsung menyanggupi. Begitu berada di tangannya,
Jeanne langsung “memritili” perhiasan itu dan menjual berlian-berliannya.
Singkat kata, Cardinal de
Rohan ternyata tak mampu membayar angsuran kalung itu sehingga kedua pembuat
perhiasan itu mengeluh pada sang raja. Raja Louis XVI segera memerintahkan
investigasi yang akhirnya mengungkap skandal itu. Semua orang yang terlibat,
termasuk Cardinal de Rohan, segera ditangkap. Namun Jeanne terlalu lihai untuk
mereka dan berhasil kabur hingga ke London.
Jelas Marie Antoinnette tak
ada kaitannya dengan skandal kalung berlian itu karena namanya sekedar dicatut
oleh pihak tak bertanggung jawab. Akan tetapi, karena rakyat sudah telanjur
membenci sang ratu, muncullah hoax bahwa memang ratu-lah yang merayu sang
kardinal untuk membeli kalung tersebut. Hal ini makin memicu kemarahan warga Prancis
pada sang ratu yang dianggap tak bermoral.
Penyerbuan penjara Bastille di Paris menjadi titik balik sejarah Prancis dan menjadi awal mula revolusi Prancis |
Pada 1781, akibat skandal
kalung berlian dan juga krisis finansial yang makin mendera Prancis, Marie
Antoinnette kini mendapat julukan baru,
yakni "Madame Déficit". Bahkan saking telanjur buruknya reputasi sang
ratu, ketika putra tertuanya Louis Joseph yang baru berusia 7 tahun meninggal
pada 1789, rakyat sama sekali tak menaruh rasa simpati sedikitpun. Padahal,
Louis Joseph adalah pewaris tahta kala itu.
Pada 14 Juli 1789,
kemarahan rakyat akibat wabah kelaparan sudah tak tertahankan sehingga pecahlah
peristiwa yang secara resmi mengawali Revolusi Prancis, yakni penyerangan ke
Penjara Bastille, yang kala itu menawan para tahanan politik yang melawan raja.
Pada 5 Oktober1789, kerumunan warga Paris masuk ke Istana Versailles dan
memaksa keluarga raja untuk pindah dan diasingkan ke Istana Tuileries dimana
mereka tinggal di sana sebagai tahanan rumah hingga 20 Juni 1791.
Apa yang terjadi pada
tanggal tersebut? Apakah mereka dibebaskan? Jawabannya justru sebaliknya, hal
yang lebih buruk malah terjadi.
Pada tanggal tersebut,
dengan bantuan “kekasih” sang ratu, Axel von Fersen, keluarga Raja Louis XVI
memutuskan untuk kabur, namun sayang mereka tertangkap sekitar 24 jam kemudian
di kota Varennes dan dibawa kembali ke Paris. Tindakan “pengecut” sang raja dan
keluarganya ini membuat shock para warga, bahkan berujung berbagai kasus
pembantaian yang diprovokasi warga yang marah. Pada 10 Agustus 1972, warga yang marah menyerang
Istana Tuileries dan membantai ratusan garda Swiss (pasukan pengawal pribadi
raja) yang tengah berjaga, kemudian menjebloskan Raja Louis XVI beserta
keluarganya ke dalam penjara.
Lukisan yang menggambarkan pembantaian terhadap para narapidana yang masih setia pada raja Prancis, termasuk di antaranya para wanita, salah satunya adalah Princess de Lamballe |
Tak hanya itu, sebulan
kemudian terjadilah “Pembantaian September” dimana rakyat yang marah kemudian
mengeksekusi semua tahanan yang ketahuan masih mendukung raja. Kala itu, para
tahanan dieksekusi dengan kejam apabila tak mau bersumpah setia pada Republik
Prancis. Salah satu korbannya adalah Princess de Lamballe, salah satu sahabat
dekat Marie Antoinette dalam adegan yang sudah gue singgung di awal.
Kala itu semua tahanan
“diadili”. Jika “pengadilan rakyat” itu berakhir dengan “Viva la Nation”, maka
dia akan dibebaskan. Namun sebaliknya, jika yang terdengar adalah keputusan
“dia dibebaskan” maka yang terjadi adalah sebaliknya, ia akan dibawa ke halaman
dimana ia akan dieksekusi dengan cara yang sadis. Princess de Lamballe kala itu
memang mau bersumpah setia pada Republik, namun menolak untuk mengutuk sang
raja dan sang ratu. Akibatnya, iapun “dibebaskan”. Namun begitu tiba di halaman,
iapun menjerit ngeri melihat tumpukan mayat bermandikan darah yang berceceran
dengan bagian tubuh tak lengkap lagi. Yang lebih ngeri, para eksekutornya
adalah para warga sendiri yang tak hanya terdiri atas laki-laki, namun juga
wanita dan anak-anak.
Ada banyak kontroversi tentang bagaimana sang putri dibunuh. Ada yang mengatakan kematiannya amatlah sadis dan menderita, dimana ia diperkosa, payudaranya dipotong, kepalanya dipenggal, kemudian tubuhnya dimutilasi. Namun yang jelas, catatan sejarah mengatakan bahwa kepala Princess de Lamballe ditusukkan ke sebuah pancang dan “diparade” ke seluruh kota, bahkan ditempatkan di luar penjara Marie Antoinette supaya ia trauma.
Nasih tragis kini menimpa keluarga kerajaan. Louis XVI diturunkan dari tahtanya dan dieksekusi menggunakan pisau guillotine pada 21 January 1793. Sang ratu pun menyusul diadili pada 14 October 1793 dimana tak hanya menghambur-hamburkan keuangan negara untuk berfoya-foya, namun tuduhan yang dilancarkan padanya banyak yang tak masuk akal, semisal mengadakan orgy (pesta seks massal) di Istana Versailles, memiliki hubungan asmara sejenis dengan Lady Sophie Farrell, seorang baroness yang kala itu dikenal sebagai lesbi, bahkan berhubungan incest dengan putranya sendiri. Bahkan oleh para sejarawan modern menduga bahwa sesungguhnya sang (mantan) ratu itu tak pernah mengucapkan quote-nya yang paling terkenal, yakni "Let them eat cake". Frasa itu sudah ada sejak 1765 di sebuah buku otobiografi JJ Rousseau, seorang filsuf Prancis, ketika Marie Antoinette masih berumur 9 tahun, jadi jelas ia tak mungkin mengucapkannya.
Saat dieksekusi, Marie Antoinette hanya mengenakan gaun putih sederhana, berkebalikan dengan semua kemewahan yang ia nikmati selama menjadi ratu |
Dua hari kemudian, Marie
Antoinettepun dieksekusi. Sebelum dihukum mati, ia berganti pakaian dengan baju
sederhana serba putih yang jelas berlawanan dengan penampilannya yang
fashionable kala menjadi ratu. Ia tetap berusaha tenang walaupun kala berjalan
ke tempat eksekusi, dia dihina oleh kerumunan warga yang berkumpul dengan
menyaksikan hukuman matinya. Kata terakhir yang diucapkanny adalah
"Pardonnez-moi, monsieur. Je ne l’ai pas fait exprès" yang berarti,
“Maafkan saya, Pak. Saya tidak sengaja melakukannya.” ketika ia tanpa sengaja
menginjak kaki algojonya. Entah, apakah permintaan maaf itu dilancarkan sang
mantan ratu untuk sang algojo ataukah rakyat Prancis.
Pada 16 Oktober 1793, Marie
Antoinnette akhirnya dipenggal kepalanya menggunakan pisau guillotine. Saking
bencinya warga Prancis pada sang mantan ratu itu, jenazahnya dikuburkan dengan
sebuah makam tanpa penanda, bahkan kepalanya dilemparkan begitu saja ke liang
lahat dan (konon) mendarat di selangkangannya. Barulah pada 1815, dosa-dosa
Louis XVI dan istrinya diampuni oleh rakyat Prancis. Ketika adik Louis XVI yang
bergelar Louis XVIII naik tahta kembali, iapun memindahkan makam sang raja
beserta istrinya ke gereja Basilika St. Denis, Paris.
Namun satu hal yang unik mencuat dari sejarah sang ratu Prancis ini. Tanpa kehadirannya sebagai seorang ratu yang membujuk suaminya, Louis XVI untuk ikut campur membantu koloni Amerika Utara dalam melawan Inggris yang akhirnya berujung pada Perang Kemerdekaan Amerika Serikat, mungkin negara adidaya itu takkan terbentuk dan arus sejarah akan sangat drastis berbeda. Bahkan, pemerintah AS menunjukkan rasa terima kasihnya dengan menamai sebuah kota di negara bagian Ohio dengan nama Marietta, sesuai dengan nama sang ratu yang bernasib malang itu.
SUMBER: WIKIPEDIA
A VERY SPECIAL THANKS TO:
Maulii Za
Aulia Pratama Putri
별처럼 다 우리 빛나
Sinyo Kulik
PJ Metlit
Merry Lim
Ananda Nur Fathur Rohman Prast
Adhitya Sucipto
Ciepha Ummi
SPECIAL THANKS TO ALL MY SUPPORTER LAST APRIL:
Utami, Popy Saputri . Jelita Jasmine . Adhitya Sucipto , Rahadian Pratama Putra , Marwah , Elliot Beilschmidt , Ilmiyatun Ainul Qolbi , Fitriani , Aly Fikri , Albian Ocot , Jeremy Yoppi , Steven Alexandro . Junwesdy Sinaga , Johanna Zj , Ahmad Ikhsan , Singgih Nugraha , Rahadian Pratama Putra , Radinda , Kinare Amarill , Maulii Za , Rara , Sharnila Ilha , Victria Tan , Ali Hutapea, . Keny Leon , Rose , Marcella F . Tieya Aulia , Marwah , Dana Xylin , Paramita , Amelia Suci Wulandari , Rivandy , Syahfitri , Dyah Ayu Andita Kumala , Fitriani , Ilmiyatun Ainul Qolbi , dan Riani Azhafa
Dampak hoax emang ngeri sih, mob justice juga gk kalah serem...
ReplyDeleteJadi inget sesebapak yang pernah ngomong,"I love kemewahan" 😂😂😂
ReplyDeleteSi putri setia bgt ya sama ratu dan raja, padahal mengutuk saja, nanti pas udah dubebasin tinggal mendoakan yg baik
ReplyDelete*Be2c cuek*
Jujur, gue gaada kasian-kasiannya sama kaum borjuis yang korup semacam ini. You reap what you sow. Salah sendiri kenapa ga peduliin rakyatnya selagi masih bisa. Hoaxnya emang ngaco tapi dari awal emang udah korup ya gimana ga tambah benci coba.
ReplyDeleteUntuk berharap di bahas juga tentang syndrom Marie Antoinette bang
ReplyDeleteKabarnya si Marie bru brumur belasan, atau awal 20an jdi bsa dbilang umur2 bnyak pengen cba ssuatu atau ingin dpat pengakuan gitu. Msih labil istilahnya. Tlong bang bnyakin crita yg kek gini ya wak..
ReplyDeletepernah ada film nya kan tentang marrie antoinete ini,,pemerannya yg jd pacarnya si spiderman itu siapa ya marry jane ya 🤣🤣..di film itu klo ga salah usia marie dibawah 15 tahun..13 apa 14 gt pas di bawa ke prancis,,tp ga lgsg dikawinin kyanya..aku lupa lupa inget maklum ga serius ntonnya 🤣🤣 yg lucunya mreka gak cpet pnya anak krna si louse nya sndri gatau cara kawin..smpe diajarin sama kakak iparnya(kaka cowo marie) pas berkunjung..
Delete