“PYAAAAAAR!!!”
Terdengar pecahan kaca yang amat keras dari arah belakang mobil kami.
Aku segera menoleh dan melihat kaca belakang mobil kami
telah hancur berkeping-keping, berserakan di atas kursi mobil kami yang
kebetulan kosong. Yah, kebetulan sekali, sebab saat itu istriku tengah
menggendong bayi kami yang masih berusia 2 tahun di kursi depan. Padahal,
biasanya kami menaruhnya di kursi belakang mobil kami.
“Astaga! Apa yang terjadi, Mas?” teriak Rina istriku. Ia
mendekap dengan erat Reyna, anak semata wayang kami. Rina memang sangat
overprotektif pada anak kami itu. Aku sangat mengerti alasannya, sebab begitu
sulit perjuangan kami untuk akhirnya memiliki seorang anak. Hampir 10 tahun
kami harus menunggu sebelum kami mendapatkan Reyna.
“Entahlah, ada yang memecahkan kaca mobil kita. Sebentar,
biar aku lihat dulu!” akupun segera membuka pintu dan turun dari mobil. Sial
banget sih, pikirku. Baru saja kami dapat tempat parkir yang bagus, malah ada
aksi anarkis begini.
“Ada apa ini?” seruku ketika melihat seorang pemuda tengah
memegangi tangan seorang pria paruh baya yang terlihat mengamuk. Penampilannya
terlihat kumuh dan pakaiannya-pun compang-camping.
“Ma … maaf, Pak!” seru pemuda itu dengan nada penuh
penyesalan, “I … ini Paman saya. Beliau kabur dari rumah dan saya baru saja
menemukannya. Beliau ….”
“Orang gila?” akupun menaikkan alisku ketika melihat
wajahnya.
“Pa … Paman saya berniat baik kok, Pak …”
“Apa maksudmu?” maaf saja, tapi pengakuannya itu terdengar
kontradiktif, pasalnya ia baru saja berusaha menghancurkan mobil kami, mustahil
niatnya baik.
“Itu, Pak!” tunjuknya ke pecahan kaca yang masih menggantung
di bingkai jendela mobil kami. “Saya rasa itu alasannya. Stiker itu.”
Aku menatap stiker keluarga yang baru saja kubuat. Ada
karikatur diriku, istriku, serta anak kami yang masih balita di sana, beserta
nama kami dalam bentuk stick man yang lucu.
“Itu alasannya? Kenapa?”
Ke … keluarga paman meninggal karena stiker tersebut, Pak.”
“Hah, bagaimana ceritanya?”
“Be … begini, Pak. Paman saya dulunya adalah pengusaha dan
beliau juga memiliki mobil yang ditempeli stiker keluarga semacam itu. Kemudian
tragedi terjadi. Ada yang mengikuti mobil mereka pulang dan kemudian menyekap
dan merampok mereka. Bahkan para perampok itu tahu bahwa mereka memiliki seekor
anjing penjaga karena ada anjing itu juga ada dalam stiker itu. Saat itu anak
perempuan paman saya yang berusia 10 tahun yang sebenarnya bersembunyi di dalam
lemari. Namun mereka mengetahui keberadaannya dari stiker itu kemudian
mencarinya dan membunuhnya. Mereka juga mencoba membunuh paman saya dan
istrinya, namun paman saya berhasil selamat. Yang lebih mengerikan, mereka
bahkan menculik anak bungsu paman saya yang masih bayi. Entah di mana
keberadaannya sekarang, mungkin sudah dijual oleh para perampok itu. Karena tak
kuat, paman sayapun kehilangan kewarasannya.”
“Benar-benar tragis sekali ceritanya. Saya kini paham
mengapa paman anda ini begitu membenci stiker yang ditempel di mobil saya.
Mungkin saja ia tak ingin saya menerima nasib yang sama seperti dirinya.”
“Benar Pak. Paman saya saya tidak sama sekali tidak berniat
jahat. Mohon jangan laporkan ini kepada polisi.”
“Tentu tidak, saya juga tidak suka berurusan dengan polisi.”
“Nanti pasti akan saya
ganti biaya perbaikan kaca mobil Bapak.”
“Oh. tidak usah!
Silahkan saja bawa pulang paman Anda itu pulang ke rumah. Biar saya perbaiki
saja mobil ini dengan biaya saya sendiri. Saya yakin Anda lebih membutuhkan
uang itu merawat paman Anda.”
“Benarkah, Pak? Terima kasih sekali!” pemuda itupun menarik
pamannya yang terlihat masih berusaha meronta untuk melepaskan diri. Akan
tetapi tubuhnya sangatlah kurus dan renta sehingga tak mampu menahan kekangan
dari keponakannya tersebut.
Begitu kedua pria itu pergi, akupun kembali ke mobil.
Sudahlah, harga kaca itu nggak seberapa dibandingkan keamanan keluarga kecilku
yang sudah susah payah kuperjuangkan.
Istriku melongok dari dalam mobil. Sepertinya ia mendengar
semua pembicaraan tadi.
“A … apa itu tadi …” ujarnya gugup.
Aku mengangguk.
“Apa dia mengenali kita?” ujarnya sembari mendekap lebih
erat anak kami.
“Mungkin. Walaupun kurasa takkan ada yang mempercayainya,
namun ada baiknya jika kita segera pergi dari kota ini.”
Istriku mengangguk.
Ada apa ini? 2 orang itu penjahat yg bakal minta alamat untuk nyicil ganti rugi?
ReplyDelete2 orang itu adalah penjahat yg menculik anak paman itu
ReplyDelete2 orang itu adalah penjahat yg menculik anak paman itu
ReplyDeleteJadi itu kakak atau pamannya?
ReplyDeleteloh belum pernah denger judul ftv ya "kakakku adalah pamanku"
DeleteReyna itu keknya bayi yang diculik perampok itu :v
ReplyDeleteDahal lama ga baca creepypasta tapi entah ceritanya mudah ketebak. But oke bang dave👍
ReplyDelete