RIDDLE #9: KUBURAN ANJING

SUMBER GAMBAR: UNSPLASH 

Malam itu akan mendapat telepon dari sepupuku, Yuuto yang masih duduk di kelas 6 SD. Aku memang menjadi tutor bagi Yuuto juga adiknya Haruto yang masih berada di duduk di kelas 1 SD karena kebetulan rumah kami berdekatan dan aku juga sudah duduk di bangku SMA.

“Gawat, Kak! Leo mati dan aku minta tolong bantuanmu untuk menguburnya!”

 Aku kaget mendengarnya. Leo adalah anjing golden retriever milik keluarga Yuuto dan Haruto

“Kenapa dia bisa mati?” tanyaku.

“Entahlah, Kak. Ketika aku menemukannya, tubuhnya sudah dingin. Aku tak bisa menguburnya di taman karena rumah kami adalah rumah sewaan dan aku juga tidak ingin membuat Haruto sedih, makanya aku berniat menguburnya diam-diam di hutan dekat rumah kami. Jika Haruto sampai tahu bahwa anjing kami mati seperti ini, dia pasti akan sangat sedih. Karena itu aku hanya akan mengatakan bahwa anjing itu kabur dan tak pernah kembali lagi ke rumah.”

Oke, aku paham mengapa Yuuto meminta bantuanku sebab anjing golden retriever sangatlah besar dan pasti sangatlah berat bagi anak kelas 6 SD, apalagi harus mengangkutnya sampai ke hutan.

“Baiklah!” aku pun setuju. “Tunggu sebentar ya!” 

Akupun naik sepeda untuk sampai ke rumahnya. Di sana ia telah menungguku di depan rumah. Sepertinya semua orang tidur karena sudah larut malam.

“Apa itu anjingnya?” tanyaku sambil menuju ke bungkusan yang terletak di samping kakinya.

“Iya benar. Ayo kita segera kubur dia! Aku tahu tempat yang bagus untuk menguburnya karena tempatnya sepi dan takkan ada yang menemukannya.” Yuuto rupanya mempersiapkannya dengan baik sebab aku juga melihat dua buah sekop untuk kami gunakan menggali tanah.

Aku kemudian membantunya mengangkatnya. Wah ternyata berat juga ya? Seekor anjing jenis ini memang bisa seberat 30 kg karena merupakan salah satu ras anjing yang terbesar. Kami membawanya hingga ke hutan lalu mulai menggali tanah dan meletakkan mayat yang terbungkus itu ke dalam lubang. Lalu kami menguburnya kembali. 

“Wah, terima kasih ya Kak!” ucapnya begitu kami selesai menguburnya. “Aku akan pastikan bahwa kedua orang tuaku takkan tahu apa yang terjadi dengan anjing itu juga. Pasti mereka marah besar, mengiraku tak bisa menjaganya.”

“Ya, ya.” ujarku.  Ketika aku tiba di rumah akupun menyadari ada bulu-bulu yang menempel di bajuku. Aku pun segera mengibaskannya. 

“Wah, bulu bulu anjing itu rontok!” kataku sambil membersihkan bulu-bulu berwarna hitam itu. “Semoga saja anjing itu nggak kena penyakit yang bisa menular kepadaku!”