NB: cerita ini adalah fan fiction Gundala dari komik yang pernah terkenal pada era 80-an. Saya tak memegang hak cipta atas tokoh ini.
Badai
listrik menggelora. Seluruh kota padam, namun nyala halilintar yang bergejolak
di langit membuatnya seperti senja. Masyarakat yang ketakutan kembali masuk ke
dalam rumah. Mereka tadi berhamburan keluar ketika listrik tiba-tiba padam.
Namun setelah menyaksikan langit mengamuk seperti itu, mereka memutuskan rumah
adalah tempat terbaik untuk bersembunyi.
Seorang
pemuda berniat melarikan diri menggunakan mobilnya, namun ia kesulitan men-starter kendaraannya.
Tiba-tiba seluruh alat elektronik di mobilnya menyala.
“TIUT
TIUT TIUT ...!!!” suara alarm yang menyesakkan telinga tiba-tiba berdengung
keras. Seluruh lampu di mobil itu menyala mati secara bergantian. GPS-nya
tiba-tiba menyala, namun menunjukkan peta yang tak konsisten. Suara radio
berdentang, berganti-ganti frekuensi secara acak.
Sementara
itu di dalam rumah keadaannya, lebih parah. Listrik kembali hidup, namun setiap
rumah bak dirasuki poltergeist. Semua
peralatan elektronik di rumah menggila. Televisi tiba-tiba menyala, mengganti channel-nya sendiri. Sound system berdecak keras, membuat
para penghuninya menutup telinga mereka sambil meringkuk ketakutan. Bohlam
lampu berkedap-kedip, beberapa sampai meletus. Bahkan semua alat elektronik
yang tidak tertancap pada stop kontak, seperti vacuum cleaner dan mobil radio
control berjalan sendiri di lantai, melibas segala yang mereka lewati. Handphone sekalipun, menyala dan
bergetar dengan kencang hingga jatuh dari atas meja.
Semua
orang ketakutan.
Sementara
itu, seorang pria dengan nyala plasma di sekujur tubuhnya tengah bertengger di
atas sutet yang menjulang dekat perumahan itu. Ia tertawa terbahak-bahak
menyaksikan semua kekacauan itu.
Ia
akan membuat teknologi buatan manusia menyerang mereka sendiri.
Mereka
akan menerima hukuman.
Dan
sebentar lagi kota ini akan menjadi miliknya.
BERSAMBUNG
No comments:
Post a Comment