Monday, November 25, 2024

THE AMERICAN VAMPIRE: KISAH MERCY BROWN, SANG WANITA VAMPIR ASAL RHODE ISLAND?

 Hello guys! Ini adalah sekelumit artikel bertema sejarah yang gue tulis di Karyakarsa. Jika kalian ingin membaca lebih banyak artikel seperti ini, ikuti saja link di bawah ini ya (atau masuk saja ke halaman utamanya lalu pilih “Karya”, lalu geser ke kanan dan pilih “History”.




Kalo ditanya darimana sih novelis Bram Stoker mendapat inspirasi akan cerita termashyurnya “Dracula” yang memulai trend “vampir” dalam literatur hingga film? Banyak yang bilang Count Dracula terinspirasi oleh sosok Vlad the Impaler, pangeran asal Transylvania, Rumania yang kastilnya masih ada hingga kini. Namun tak banyak yang tahu bahwa Bram Stoker terinspirasi untuk menulis novelnya yang legendaris setelah membaca sebuah berita dari Amerika Serikat tentang seorang gadis yang dijangkiti “vampirisme”. Gadis itu bernama Mercy Brown dan kasus yang menghampirinya disebut sebagai “Mercy Brown vampire incident”.

Seperti apakah kisahnya? Mari kita simak bersama.

Kasus yang dijuluki sebagai “insiden vampir Mercy Brown“ ini terjadi di negara bagian Rhode Island, Amerika Serikat pada tahun 1892. Bahkan, kasus ini hanya segelintir dari “New England vampire panic” yang melanda Amrik kala itu. Namun benarkah bahwa vampirisme itu nyata?

Kisah ini dimulai ketika keluarga pasangan George dan Mary Brown di Exeter, Rhode Island, terjangkiti  "consumption" atau “konsumsi”, suatu penyakit misterius yang amat berbahaya kala itu. Disepakati oleh masyarakat pada abad ke-19 kala itu di negara Barat, bahkan oleh dokter sekalipun, bahwa “konsumsi” disebabkan oleh pengaruh supranatural. Penderitanya akan semakin kurus dan lemah, bahkan kesulitan bernapas. Napas, disebut “anima” oleh filsuf Yunani kuno Aristoteles, dipercaya sebagai “jiwa” seseorang. Tak heran, mereka menduga bahwa penyakit “konsumsi” disebabkan oleh jiwa mereka yang perlahan-lahan menghilang dan diserap oleh seseorang, bahkan hingga sang pasien mati. Namun oleh siapa?

Mereka menduga, karena penyakit tersebut biasanya “mengutuk” anggota keluarga satu demi satu, bisa jadi sang pelakunya adalah salah satu anggota keluarga tersebut yang telah meninggal dan berubah menjadi vampir. Kesehatan sang anggota keluarga yang terus menerus menurun merupakan “bukti” bahwa jiwa mereka tengah dihisap oleh sang vampir. Namun itu semua bisa dihentikan apabila sang vampir dibunuh.

Ini pulalah yang terjadi pada keluarga Brown kala itu. Sang ibu, Mary Eliza, mati duluan setelah “jiwa”-nya terhisap, diikuti oleh anak tertuanya, Mary Olive pada 1884. Pada 1891, kematian mereka disusul Mercy Brown, putri mereka yang lain yang kala itu masih berusia 19 tahun, yang juga menjadi korban keberingasan “kutukan” ini. Merasa ngeri, sang ayah pun berusaha sekeras mungkin untuk melindungi putranya yang tersisa, yakni Edwin. Namun kesehatan Edwin pun, terus-menerus menurun, diduga terjangkiti pula oleh kutukan sang vampir.

Atas desakan tetangganya, George, sang ayah akhirnya merelakan kuburan keluarganya dibongkar. Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa anggota keluarganya yang sudah meninggal yang menjadi “dalang” atas peristiwa ini. Caranya mudah, jika salah satu jasad tersebut tak membusuk (atau malah masih hidup) maka jelas, itu menunjukkan bahwa dia-lah sang vampir yang bertanggung jawab atas semua kematian itu.

George mungkin awalnya tak percaya, namun apa boleh buat, demi menyelamatkan anaknya, maka ia tak punya pilihan lain. Di sanalah ia menyaksikan bahwa kecurigaan tetangganya ternyata mengejawantah menjadi “kenyataan”.

Ketika mereka membongkar kubur Mary dan Mary Olive, tak ada yang aneh di sana. Tubuh mereka telah membusuk seperti layaknya jenazah pada umumnya. Namun tidak begitu kenyataannya dengan jenazah Mercy, putrinya yang masih dalam keadaan awet, seakan-akan ia baru tertidur lelap. Padahal, gadis itu telah meninggal dua bulan yang lalu. Bagaimana itu bisa terjadi?

Yakin kini bahwa putrinya Mercy adalah seorang vampir (hence judul artikel ini), sang ayah akhirnya menuruti saran tetangganya untuk segera menusuk jantungnya (cara jitu untuk membunuh vampir) lalu membakarnya. Yang lebih membuatnya ngeri lagi, darah rupanya masih mengalir dalam jantungnya ketika ia ditusuk, lagi-lagi “bukti” bahwa ia adalah sesosok vampir.

Demi kesembuhan anaknya, George lalu mencampur abu hasil pembakaran itu dengan air untuk menciptakan sejenis ramuan atau tonik yang kemudian diminumkan pada Edwin yang kala itu masih sakit parah. Sayang, prediksinya kala itu meleset dan Edwin meninggal dua bulan kemudian. Yang tersisa dari tubuh Mercy kemudian dikuburkan, kali di dekat sebuah gereja, supaya nantinya tidak “bangkit” kembali dan menuntut balas.

Ketika membaca cerita di atas, mungkin kalian akan berpikir begini. Lho Bang emang beneran ada kejadian seperti itu? Kan kita hidup di zaman modern yang sudah serba pakai logika dan udah nggak percaya lagi ama takhyul (alias bocah nangkep tuyul di botol jadi viral dan MotoGP masih pakai pawang ujan)?

Well, kalian memang jeli. Memang seperti itulah berita di surat kabar yang dibaca Bram Stoker kala itu yang akhirnya menginspirasinya untuk menerbitkan novel “Dracula” pada 1897 yang sampai kini memicu “wabah vampir” yang sesungguhnya (sampai-sampai ada yang harus saingan ama werewolf demi mendapatkan cinta Bella). Namun yang sesungguhnya terjadi sebenarnya bisa dijelaskan dengan akal sehat.

“Konsumsi” alias kutukan misteri yang konon disebabkan oleh vampir yang menghisap jiwa korbannya itu sesungguhnya tak lain disebabkan oleh penyakit tuberculosis atau TBC. Tubuh pasien yang semakin lama semakin kurus dan sukar bernapas bukan karena jiwanya tengah dihisap oleh entitas supranatural misterius, melainkan karena serangan bakteri di paru-parunya. Karena disebabkan oleh bakteri yang menyebar melalui udara, maka tak heran jika penyakit ini mudah menular antar para anggota keluarga yang tinggal serumah. Jadi bukan karena keluarga itu emang dikutuk yeeee.

Walaupun sebenarnya Robert Koch (yang nantinya diganjar hadiah Nobel Kedokteran) sudah memaklumatkan bahwa TBC disebabkan oleh bakteri semenjak 1882, namun sayang, kepercayaan berbau klenik masih mengakar erat dalam pikiran masyarakat kala itu sehingga penjelasan mistis pun lebih mereka terima. Duh malu-maluin aja ya.

Namun bagaimana dong dengan jenazah Mercy yang katanya masih utuh ketika makamnya dibongkar? Kan itu bukti kalo dia cewe vampir? Well, itupun sesungguhnya bisa dijelaskan dengan gampang. Kita tilik fakta ini, anggota keluarga Brown lain yang kuburannya digali kembali sudah meninggal beberapa tahun lalu, jadi wajar jika jenazah mereka sudah tak dikenali lagi. Namun Mercy baru meninggal selama dua bulan dan sebagai tambahan informasi, makam sang gadis dibongkar pada bulan Maret, tepatnya pada awal musim semi. Maka bisa ditebak, ia meninggal dan dikubur pada musim dingin yang tentu saja suhunya amat menggigil. Mudah dinalar, suhu dingin berperan seperti “freezer” yang mengawetkan jenazahnya.

Tapi kita beruntung sih, berkat kasus Mercy Brown yang diblow up sebagai kasus kesurupan vampir (padahal nggak), kisah Fifty Shades of Gray Dracula yang melegenda akhirnya terinspirasi olehnya.

 

 

3 comments:

  1. Alhamdulillah Bang Dave memerbarui tulisan lagi di blog ini. Terima Kasih Bang.

    ReplyDelete
  2. Muhammad Rusli MushlichNovember 26, 2024 at 1:03 AM

    Bang, gw pembaca blog lu dari tahun 2014an. Masih inget postingan dulu tentang urban legend, review film horror, goosebumps dan fear street. Keren sih lu masih konsisten nulis disini

    ReplyDelete
  3. Saya sudah komen min☝️😞
    Lanjutin serinya ya🙏🥺

    ReplyDelete