Hello guys! Ini adalah sekelumit artikel bertema sejarah yang gue tulis di Karyakarsa. Jika kalian ingin membaca lebih banyak artikel seperti ini, ikuti saja link di bawah ini ya (atau masuk saja ke halaman utamanya lalu pilih “Karya”, lalu geser ke kanan dan pilih “History”.
Kalo ditanya darimana sih novelis Bram Stoker mendapat inspirasi akan cerita termashyurnya “Dracula” yang memulai trend “vampir” dalam literatur hingga film? Banyak yang bilang Count Dracula terinspirasi oleh sosok Vlad the Impaler, pangeran asal Transylvania, Rumania yang kastilnya masih ada hingga kini. Namun tak banyak yang tahu bahwa Bram Stoker terinspirasi untuk menulis novelnya yang legendaris setelah membaca sebuah berita dari Amerika Serikat tentang seorang gadis yang dijangkiti “vampirisme”. Gadis itu bernama Mercy Brown dan kasus yang menghampirinya disebut sebagai “Mercy Brown vampire incident”.
Seperti apakah kisahnya? Mari kita simak bersama.
Kasus yang dijuluki sebagai “insiden vampir Mercy Brown“ ini terjadi di
negara bagian Rhode Island, Amerika Serikat pada tahun 1892. Bahkan, kasus ini
hanya segelintir dari “New England vampire panic” yang melanda Amrik kala itu.
Namun benarkah bahwa vampirisme itu nyata?
Kisah ini dimulai ketika keluarga pasangan George dan Mary Brown di Exeter,
Rhode Island, terjangkiti "consumption"
atau “konsumsi”, suatu penyakit misterius yang amat berbahaya kala itu.
Disepakati oleh masyarakat pada abad ke-19 kala itu di negara Barat, bahkan
oleh dokter sekalipun, bahwa “konsumsi” disebabkan oleh pengaruh supranatural.
Penderitanya akan semakin kurus dan lemah, bahkan kesulitan bernapas. Napas,
disebut “anima” oleh filsuf Yunani kuno Aristoteles, dipercaya sebagai “jiwa”
seseorang. Tak heran, mereka menduga bahwa penyakit “konsumsi” disebabkan oleh
jiwa mereka yang perlahan-lahan menghilang dan diserap oleh seseorang, bahkan
hingga sang pasien mati. Namun oleh siapa?
Mereka menduga, karena penyakit tersebut biasanya “mengutuk” anggota
keluarga satu demi satu, bisa jadi sang pelakunya adalah salah satu anggota
keluarga tersebut yang telah meninggal dan berubah menjadi vampir. Kesehatan
sang anggota keluarga yang terus menerus menurun merupakan “bukti” bahwa jiwa
mereka tengah dihisap oleh sang vampir. Namun itu semua bisa dihentikan apabila
sang vampir dibunuh.
Ini pulalah yang terjadi pada keluarga Brown kala itu. Sang ibu, Mary
Eliza, mati duluan setelah “jiwa”-nya terhisap, diikuti oleh anak tertuanya, Mary
Olive pada 1884. Pada 1891, kematian mereka disusul Mercy Brown, putri mereka
yang lain yang kala itu masih berusia 19 tahun, yang juga menjadi korban
keberingasan “kutukan” ini. Merasa ngeri, sang ayah pun berusaha sekeras
mungkin untuk melindungi putranya yang tersisa, yakni Edwin. Namun kesehatan
Edwin pun, terus-menerus menurun, diduga terjangkiti pula oleh kutukan sang
vampir.
Atas desakan tetangganya, George, sang ayah akhirnya merelakan kuburan
keluarganya dibongkar. Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa anggota
keluarganya yang sudah meninggal yang menjadi “dalang” atas peristiwa ini.
Caranya mudah, jika salah satu jasad tersebut tak membusuk (atau malah masih
hidup) maka jelas, itu menunjukkan bahwa dia-lah sang vampir yang bertanggung
jawab atas semua kematian itu.
George mungkin awalnya tak percaya, namun apa boleh buat, demi
menyelamatkan anaknya, maka ia tak punya pilihan lain. Di sanalah ia
menyaksikan bahwa kecurigaan tetangganya ternyata mengejawantah menjadi
“kenyataan”.
Ketika mereka membongkar kubur Mary dan Mary Olive, tak ada yang aneh di
sana. Tubuh mereka telah membusuk seperti layaknya jenazah pada umumnya. Namun
tidak begitu kenyataannya dengan jenazah Mercy, putrinya yang masih dalam
keadaan awet, seakan-akan ia baru tertidur lelap. Padahal, gadis itu telah
meninggal dua bulan yang lalu. Bagaimana itu bisa terjadi?
Yakin kini bahwa putrinya Mercy adalah seorang vampir (hence judul artikel
ini), sang ayah akhirnya menuruti saran tetangganya untuk segera menusuk
jantungnya (cara jitu untuk membunuh vampir) lalu membakarnya. Yang lebih
membuatnya ngeri lagi, darah rupanya masih mengalir dalam jantungnya ketika ia
ditusuk, lagi-lagi “bukti” bahwa ia adalah sesosok vampir.
Demi kesembuhan anaknya, George lalu mencampur abu hasil pembakaran itu
dengan air untuk menciptakan sejenis ramuan atau tonik yang kemudian diminumkan
pada Edwin yang kala itu masih sakit parah. Sayang, prediksinya kala itu
meleset dan Edwin meninggal dua bulan kemudian. Yang tersisa dari tubuh Mercy
kemudian dikuburkan, kali di dekat sebuah gereja, supaya nantinya tidak
“bangkit” kembali dan menuntut balas.
Ketika membaca cerita di atas, mungkin kalian akan berpikir begini. Lho
Bang emang beneran ada kejadian seperti itu? Kan kita hidup di zaman modern
yang sudah serba pakai logika dan udah nggak percaya lagi ama takhyul (alias bocah
nangkep tuyul di botol jadi viral dan MotoGP masih pakai pawang ujan)?
Well, kalian memang jeli. Memang seperti itulah berita di surat kabar yang dibaca
Bram Stoker kala itu yang akhirnya menginspirasinya untuk menerbitkan novel
“Dracula” pada 1897 yang sampai kini memicu “wabah vampir” yang sesungguhnya
(sampai-sampai ada yang harus saingan ama werewolf demi mendapatkan cinta
Bella). Namun yang sesungguhnya terjadi sebenarnya bisa dijelaskan dengan akal
sehat.
“Konsumsi” alias kutukan misteri yang konon disebabkan oleh vampir yang
menghisap jiwa korbannya itu sesungguhnya tak lain disebabkan oleh penyakit
tuberculosis atau TBC. Tubuh pasien yang semakin lama semakin kurus dan sukar
bernapas bukan karena jiwanya tengah dihisap oleh entitas supranatural
misterius, melainkan karena serangan bakteri di paru-parunya. Karena disebabkan
oleh bakteri yang menyebar melalui udara, maka tak heran jika penyakit ini mudah
menular antar para anggota keluarga yang tinggal serumah. Jadi bukan karena
keluarga itu emang dikutuk yeeee.
Walaupun sebenarnya Robert Koch (yang nantinya diganjar hadiah Nobel
Kedokteran) sudah memaklumatkan bahwa TBC disebabkan oleh bakteri semenjak
1882, namun sayang, kepercayaan berbau klenik masih mengakar erat dalam pikiran
masyarakat kala itu sehingga penjelasan mistis pun lebih mereka terima. Duh
malu-maluin aja ya.
Namun bagaimana dong dengan jenazah Mercy yang katanya masih utuh ketika
makamnya dibongkar? Kan itu bukti kalo dia cewe vampir? Well, itupun
sesungguhnya bisa dijelaskan dengan gampang. Kita tilik fakta ini, anggota
keluarga Brown lain yang kuburannya digali kembali sudah meninggal beberapa
tahun lalu, jadi wajar jika jenazah mereka sudah tak dikenali lagi. Namun Mercy
baru meninggal selama dua bulan dan sebagai tambahan informasi, makam sang
gadis dibongkar pada bulan Maret, tepatnya pada awal musim semi. Maka bisa
ditebak, ia meninggal dan dikubur pada musim dingin yang tentu saja suhunya
amat menggigil. Mudah dinalar, suhu dingin berperan seperti “freezer” yang
mengawetkan jenazahnya.
Tapi kita beruntung sih, berkat kasus Mercy Brown yang diblow up sebagai
kasus kesurupan vampir (padahal nggak), kisah Fifty Shades of Gray Dracula
yang melegenda akhirnya terinspirasi olehnya.
Alhamdulillah Bang Dave memerbarui tulisan lagi di blog ini. Terima Kasih Bang.
ReplyDeleteBang, gw pembaca blog lu dari tahun 2014an. Masih inget postingan dulu tentang urban legend, review film horror, goosebumps dan fear street. Keren sih lu masih konsisten nulis disini
ReplyDeleteSaya sudah komen min☝️😞
ReplyDeleteLanjutin serinya ya🙏🥺