Friday, March 20, 2020

MIKE HUGHES: SANG “ROCKET MAN” YANG MENEMUI AKHIR TRAGIS DEMI MEMBUKTIKAN BUMI ITU DATAR



Gue yakin di antara kalian pasti ada deh pecinta Conspiracy Theory. Gue sih sah-sah aja sih ama penggemar teori konspirasi (apalagi kalo teorinya keren) tapi kalo kalian pendukung “Flat Earth Theory”, waduh! Soalnya gimana ya, di pelajaran sains kita diajarin kalo bumi itu berbentuk bulat dan udah banyak kok buktinya, seperti pergantian siang dan malam. Bahkan teori bahwa bumi bulat sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Pada abad ke-2 Sebelum Masehi, seorang filsuf Yunani bernama Eratosthenes berhasil mengukur keliling Bumi dengan cukup akurat hanya dengan berbekal sebuah tongkat dan bayangan, dimana hitungan itu tidak akan ia dapatkan jika sebelumnya ia tak memiliki pengetahuan bahwa Bumi itu bulat.

Namun yang namanya manusia tentu selalu mempertanyakan semua hal yang ia tahu. Jika sebagian besar orang sudah menerima berbagai bukti sains yang menyatakan Bumi itu bulat, ternyata ada pula orang-orang yang tidak “sreg” kecuali melihat bentuk Bumi sendiri secara langsung dari luar angkasa. Orang-orang ini masih berpaham bahwa Bumi itu datar dan foto-foto planet Bumi yang jelas-jelas menampakkan bentuk bola hanyalah konspirasi dan akal-akalan NASA saja. Salah satunya adalah pria bernama Mike Hughes.

Di satu sisi, Mike adalah seorang engineer jenius yang mampu menciptakan berbagai macam benda dari bahan-bahan seadanya. Namun di sisi lain, kengototannya bahwa “Bumi itu datar” membuatnya menjadi sosok yang “terasing”yang tak pernah dianggap serius. Bahkan, pahamnya itu akhirnya membawanya ke sebuah tragedi yang merenggut nyawanya sendiri.

Bagaimana kisahnya? Simaklah edisi Dark Case berikut ini.



Mike Hughes, yang sering dijuluki “Mad Mike” adalah seorang daredevil (julukan bagi seseorang yang gemar melakukan aksi berbahaya) dan pendukung fanatik teori Bumi Datar. Ia terbunuh pada 22 Februari 2020 ketika roket buatannya mengalami kecelakaan dan jatuh ke tanah. Pria ini membangun roket dengan tangannya sendiri dengan harapan roket itu akan membawanya ke atmosfer Bumi, dimana dari atas ia akhirnya akan bisa melihat apakah Bumi itu datar ataukah bulat, sehingga akan mengakhiri perdebatan sengit antara para ilmuwan dan penggemar teori “Bumi Datar”. Sayang, titik yang hendak dicapai Mike kala itu tidaklah main-main, yakni setinggi hampir 18 kilometer (sebagai perbandingan, Mount Everest saja “hanya” setinggi 8 km) dari permukaan Bumi.

Sebagai seorang “daredevil” dan insinyur amatir, Mike tentu saja nggak di-backingi oleh kucuran dana miliaran dolar dari para investor. Sebaliknya, ia membuat alat-alat dan mesin buatannya dari bahan-bahan seadanya. Namun justru di sinilah letak kejeniusan Mike yang memang perlu kita akui. Pada 2018, ia berhasil membuat roket yang membuatnya meluncur sejauh 600 meter sebelum akhirnya jatuh. Saat itu roket yang dinaikinya itu dilengkapi parasut sehingga ia selamat.

Mike kemudian meng-upgrade roketnya itu untuk kemudian diluncurkan di Barstow, California, di hadapan para jurnalis dengan harapan mereka akan merekamnya membuktikan bahwa Bumi itu datar. Naas, roket yang ia luncurkan dengan tenaga uap itu justru jatuh ke ganasnya Gurun Nevada, dengan dirinya masih berada di dalamnya. Berkat para wartawan yang kala itu berada di lokasi kecelakaan, terekam jelas detik-detik kematian sang pembuat roket tersebut. Tentu tak etis menayangkannya di sini, namun di video tersebut paling tidak kita bisa melihat apa yang salah hingga percobaan itu berakhir tragis.


Ternyata pada saat peluncuran, terjadi malfungsi yang menyebabkan parasut yang ada di roket itu justru terlepas secara dini. Akibatnya, ketika roket itu menghujam ke tanah, tak ada parasut tersisa bagi Mike untuk menyelamatkan diri. Mike kala itu telah berusia 64 tahun dan yang jelas, kita tak akan pernah tahu apa yang muncul di benaknya pada detik-detik kecelakaan itu terjadi. Terlalu mengerikan untuk dibayangkan. Maut tentu menanti Mike kala itu, sebab roket dengan kecepatan hampir 700 km per jam itu jatuh dari ketinggian lebih dari 1,5 kilometer.

Mike, yang juga memegang rekor Guinness Book ini sempat diwawancarai oleh Science Channel sebelum kecelakaan naas yang menimpanya. Ketika ditanya mengapa ia melakukan semua ini, ia hanya menjawab bahwa ia ingin menjadi “inspirasi” bagi orang lain. Well, yang jelas beliau nggak menginspirasi gue menjadi “Flat Earther” guys. But for whatever reason, I hope he will rest in peace.





3 comments:

  1. Yaaaaa ..

    Akhirnya meninggal ya bapak ini, dulu aku ya ikut ketawa ke Tiwi sih liat rencana nekatnya 😭😭😭😭 ternyata gagal ya 😭😭😭😭😭

    ReplyDelete
  2. Ksiaan amat, nekat sih huhu~

    ReplyDelete
  3. Ini saat dimana...
    Mau ketawa takut dosa...

    ReplyDelete