Saturday, January 16, 2021

THE EMPRESS OF EVIL: SEJARAH SYAHWAT WU ZETIAN, SATU-SATUNYA KAISAR WANITA CHINA



Coba sebutin nama satu tokoh wanita China yang menggambarkan emansipasi perempuan! Pasti yang pertama terlintas di benak kalian adalah Mulan Jameela. “Whoooooo is the girl I seeeee ... staring straight back at me .... Whyyyyyy is my reflection ....”

Reaksi readers: “Bang Bang ... nggak usah nyanyi mulu! Lanjutin dulu ceritanya!”

Oh iya hehehe. Oke mari kita bahas lagi Mulan. “Jangan lagi kamu (uuuuuuuu) diriku ... dari belakang ... karna rasanya itu sakit bukan main ....”

Reaksi eaders: “Bang, Bang, itu lebih cocok buat soundtracknya Reynhard Sinaga deh. Mending lanjut deh Dark Historynya!”

Tapi ternyata selain Mulan, ada satu lho tokoh sejarah China yang walaupun seorang wanita tapi berhasil mencapai keberhasilan yang teramat tinggi. Bahkan, dia tercatat menjadi kaisar wanita pertama dan satu-satunya di tanah Tiongkok tersebut. Sosok wanita berkuasa itu bernama Wu Zetian. Tapi jelas, kisah Wu Zetian tidaklah cocok untuk dijadikan film animasi anak-anak, karena demi mencapai kekuasaan, wanita berambisi tinggi ini tega melakukan hal-hal yang amat tak terpuji. Ia tak segan-segan membunuh lawan politiknya atau siapapun yang dianggap mengancam kekuasaannya. Tak hanya itu, demi melanggengkan langkahnya menjadi kaisar wanita pertama di China, ia sampai tega membunuh buah hatinya sendiri.

Seperti apa kisah wanita paling berambisi di legenda kuno Tiongkok ini? Ikuti saja Dark History kali ini.


WU SEBAGAI SELIR


Wu Zetian lahir pada 624 M. Pada tahun dimana ia lahir, gerhana matahari total konon terlihat di seluruh penjuru daratan Tiongkok, seolah menjadi pertanda bahwa kelahiran bayi perempuan tersebut kelak akan mengukir sejarah. Di masa Tiongkok kuno (juga berlaku di banyak kebudayaan kuno di seluruh dunia) kita tahu bahwa wanita seringkali dianggap tak sederajat dengan laki-laki. Namun ayah Wu rupanya berbeda. Ia justru mendorong putrinya untuk menerima pendidikan setara dengan laki-laki. Wu kecilpun gemar membaca buku sehingga memiliki pengetahuan yang amat luas dan juga dikenal amat cerdas.

Namun sayang, sebagai wanita, satu-satunya cara agar ia bisa sukses adalah dengan pernikahan. Wu, yang masih berusia 14 tahun, kemudian dikirim sebagai selir untuk kaisar Tiongkok kala itu, yakni Kaisar Taizong dari Dinasti Tang. Kala itu jabatan selir cukuplah “bergengsi”. Tak hanya menjadi sekedar “pemuas hasrat seks” semata, seorang selrir (apalagi jika menjadi kesayangan sang kaisar, memiliki tugas menyerupai seorang asisten atau sekretaris.

Ketika Wu, yang masih remaja, hendak dibawa ke istana, ibunya, Lady Yang, konon menangis sedih. Namun Wu justru menjawab, “Bagaimana Ibu tahu bahwa ini justru bukan keberuntunganku untuk bertemu sang kaisar?”. Mendengarnya, sang ibu langsung mengerti ambisi yang dimiliki anaknya dan merelakannya. Di istana, Wu dikenal memiliki paras yang teramat cantik, sehingga tak hanya membuat sang kaisar kagum, namun juga anaknya, yakni pangeran Li Zhi, diam-diam jatuh cinta pada sang selir. Tak diduga, selain melayani gelora syahwat sang kaisar, Wu diam-diam menjalin hubungan terlarang dengan sang pangeran.

Sayang, sebelum ambisi Wu untuk memperoleh kekuasaan tercapai, Kaisar Taizong meninggal pada 649. Pangeran Li Zhi kemudian diangkat dengan gelar Kaisar Gaozong, melanjutkan Dinasti Tang yang mengalir dari darah ayahnya. Namun celaka, Wu tak bisa tetap berada di istana sepeninggal sang kaisar. Sudah menjadi aturan bahwa selir yang tak memiliki keturunan harus dikirim ke kuil untuk menjadi biksuni.

Namun perannya menjadi biksuni tak dilakoninya lama. Kala itu, Kaisar Gaozong tengah berkunjung ke kuil untuk mendoakan ayahnya. Di sana, tanpa sengaja bertemu dengan Wu. Bahkan walaupun kepala Wu digundul, aura kecantikannya masihlah memancar dengan kuat hingga menarik hati sang kaisar. Ia-pun CLBK dan membawa Wu kembali ke istana, mengangkatnya sebagai selirnya.

Kecantikan Wu berhasil membuatnya menjadi selir kesayangan dua kaisar sekaligus

Permaisuri Wang, istri dari sang kaisar, bukannya marah melihat suaminya memboyong selir baru, melainkan tersenyum licik. Kala itu sang kaisar sudah memiliki selir kesayangan bernama Selir Xiao. Permaisuri Wang khawatir bahwa suatu saat Selir Xiao akan merebut kekuasaan darinya. Ia yakin dengan keberadaan Wu sebagai selir kesayangan baru kaisar, maka suaminya akan melupakan Selir Xiao dan tahtanya pun akan aman.

Ternyata dugaan Permaisuri Wang memang tepat. Selir Wu memang menjadi favorit sang raja. Terlebih lagi ketika pada 652, Wu melahirkan anak pertama mereka, Li Hong. Kemudian, Wu melahirkan anak keduanya, yakni Li Xiang.

Segera, Permaisuri Wang menyadari bahwa Selir Wu ternyata lebih berbahaya ketimbang Selir Xiao. Buktinya, Wu berhasil merayu sang kaisar agar menjadikan putra tertuanya, Li Hong, sebagai penggantinya kelak. Kini, menyadari memiliki lawan yang sama, Permaisuri Wang dan Selir Xiao yang awalnya musuh bebuyutan, kini malah menggabungkan kekuatan dan bekerja sama untuk menyingkirkan Selir Wu. Namun ternyata, usaha mereka gagal telak. Selir Wu justru lebih cepat mengambil langkah untuk menyingkirkan mereka terlebih dulu.

Kala itu, Wu melahirkan anak ketiganya, kali ini seorang bayi perempuan. Namun, setelah dilahirkan, bayi tersebut ditemukan meninggal. Wu serta-merta menuduh Permaisuri Wang dan Selir Xiao membunuh anaknya. Kaisar Gaozong pun murka dan langsung menghukum mati istri dan selirnya tersebut atas dasar tuduhan Selir Wu.

Hingga kini, kebenaran akan apa yang sebenarnya menimpa bayi perempuan itu masih menjadi perdebatan. Pertama, mungkin saja bayi tersebut meninggal karena sebab alami, namun kemudian kesempatan itu digunakan Wu untuk menyingkirkan sang permaisuri. Namun tak sedikit pula yang menduga bahwa Wu, mengingat ambisinya yang amat tinggi, sengaja membunuh anaknya sendiri demi bisa menyingkirkan musuh terbesarnya tersebut. Bagi Wu sendiri, kehadiran seorang anak perempuan tak ada gunanya untuk mempertahankan tahtanya, sehingga bisa dibilang, “sekali lempar batu, dua burung terkena”.

Setelah kematian Wang, kini Wu pun melenggang menjadi permaisuri resmi.


WU SEBAGAI PERMAISURI


Wu Zetian senantiasa digambarkan sebagai wanita yang memiliki kecantikan tak tertandingi yang ia manfaatkan sebaik-baiknya demi memuaskan ambisinya. Dalam drama mandarin ini ia diperankan aktris cantik Fan Bingbing

Pada tahun 660, kesehatan Kaisar Gaozong mulai menurun. Akibatnya, ia sulit untuk memerintah. Hal inipun tak disia-siakan Wu dengan menjadi “penasehat” utama sang kaisar yang tengah tergolek lemah itu. Karena Wu memang sosok yang cerdas dengan pengetahuan yang luas (berkat gemblengan ayahnya dulu), maka sang kaisar pun mempercayainya. Konon, ketika sang kaisar terbaring sakit, tugas Wu seharusnya adalah membacakan tugas-tugas negara yang harus diselesaikan sang kaisar dan kemudian menyampaikan jawaban sang raja pada para bawahannya. Namun kenyataannya, Wu “menyeleksi” berita-berita yang akan ia bacakan, sengaja memilih isu-isu yang menguntungkannya. Tak hanya itu, jawaban yang ia sampaikan pun kadang berbeda dengan titah sang raja, melainkan terlebih dahulu ia sesuaikan dengan kepentingannya.

Walaupun dikenal sebagai wanita berambisi, Wu ternyata sangatlah berbakti pada orang tuanya. Setelah ayahnya meninggal, iapun mengajak ibunya, Lady Yang, untuk tinggal di istana. Iapun tega menghabisi siapapun yang pernah menyinggung atau melukai hati ibunya di masa lalu. Kala itu, Wu juga mengajak bibinya, yakni Lady Han (kakak Lady Yang) yang juga menjanda agar bisa ikut ia rawat. Pada tahun 666, Lady Han meninggal dan Kaisar Gaozong, mengangkat putri Lady Han yang bernama Lady Wei, sebagai selirnya. Sang kaisar melakukannya diam-diam supaya istrinya tidak marah. Ternyata benar, begitu mendengarnya, Permaisuri Wu sangatlah murka dan langsung meracuni sepupunya itu hingga mati.

Pada tahun 670, Lady Yang meninggal karena usia sepuhnya. Ternyata, sepeninggal ibundanya itu, kejahatan Wu semakin menjadi-jadi. Ia tega membunuh sepupunya yang lain, Helan Minzhi (putra Lady Han) yang kala itu curiga bahwa Wu menjadi dalang di balik kematian adiknya, Lady Wei. Tak hanya itu, Wu bahkan tega membunuh Li Hong, putra tertuanya sendiri. Penyebabnya hanya karena Wu merasa tersinggung ketika anaknya itu mengingatkannya agar tidak terlalu mencampuri urusan negara. Bahkan, anak kedua Wu pun tak lolos dari kemurkaannya. Li Xian, putra keduanya, juga dibunuhnya setelah ia berani mempertanyakan apa benar ia adalah anak kandungnya. Kini setelah kematian kedua anaknya, Wu tinggal memiliki tiga anak, yakni Li Zhe, Li Dan, dan seorang putri bernama Taiping.

Ketika menjadi selir dan permaisuri, Wu Zetian menghalalkan segala cara demi meraih ambisinya, termasuk membunuh bayi perempuannya sendiri. Ketika menjadi kaisarpun kelak, kekejaman Wu Zetian tak mereda, bahkan semakin menjadi-jadi

Pada 683, Kaisar Gaozong akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. Li Zhe (kini menjadi anak tertua setelah kematian kedua kakaknya) kemudian mengambil tahta dengan nama Kaisar Zhongzhong. Namun walaupun kini anaknya menjadi kaisar, Wu masihlah ingin memegang kekuasaan secara mutlak. Secara de facto, Li Zhe memang kaisar. Namun setiap keputusan diambil oleh Wu, yang bersembunyi di balik tirai mutiara dan membisikkan setiap keputusan politik yang harus diambil oleh anaknya.

Akan tetapi, ternyata anaknya yang satu ini tak mudah dikendalikan. Li Zhe malah lebih mendengarkan apa kata istrinya, yakni Permaisuri Wei. Ia bahkan, tanpa persetujuan Wu, mengangkat mertuanya sebagai perdana menteri. Tahu bahwa anaknya ternyata sulit diatur, Wu kemudian mengusir Li Zhe dan istrinya, mengasingkan mereka.

Tahta kemudian jatuh pada adik Li Zhe, yakni Li Dan, bergelar sebagai Kaisar Ruizong. Namun kali ini, Wu sudah tidak “malu-malu” lagi menampakkan diri. Alih-alih bersembunyi di balik tirai mutiara, ia kini dengan gamblang duduk di samping anaknya di atas tahta dan mengambilkan keputusan untuknya. Diam di sampingnya, sang kaisar yang sesungguhnya hanya terlihat bak sebuah boneka.

Pada 690, Li Dan akhirnya memberikan tahta kepada ibunya. Wu pun maju, memproklamasikan dirinya sebagai kaisar wanita pertama dalam sejarah Tiongkok bergelar Kaisar Wu Zetian.


WU SEBAGAI KAISAR WANITA

Ketika menjadi kaisar, Wu Zetian mentitahkan pembangunan patung-patung Buddha raksasa seperti ini. Bukan karena Wu rajin beribadah, namun karena agama Buddha memperbolehkan pemimpin perempuan sehingga ia manfaatkan untuk mengukuhkan kedudukannya sebagai kaisar wanita

SUMBER GAMBAR: G41rn8 

Wu memang berhasil mewujudkan ambisinya menjadi kaisar wanita pertama di dataran China. Akan tetapi, ambisinya ini bukannya tanpa tentangan, terutama dari tradisi kuno Tiongkok sendiri. Kala itu, agama yang dipegang kukuh oleh Dinasti Tang adalah Kong Hu Cu, dimana ajaran agama tersebut menentang keras posisi kepemimpinan untuk dipegang oleh perempuan. Untuk mengatasinya, Wu kemudian membentuk dinas polisi rahasia untuk mengawasi rakyatnya dan segera membasmi musuh-musuhnya apabila mereka merencanakan pemberontakan. Tak hanya itu, ia mengganti agama resmi kekaisaran Tiongkok dari Kong Hu Cu menjadi Buddha karena agama tersebut lebih luwes terhadap pemilihan pemimpin perempuan.

Walaupun dikenal amat kejam dalam usahanya meraih tahta, Kaisar Wu ternyata cukup adil dalam mengayomi rakyatnya. Buktinya ia menaruh ukiran kepala naga dari tembaga sebagai sejenis “kotak saran” dimana semua orang, bahkan rakyat jelata sekalipun, bisa memasukkan surat yang berisi saran maupun keluhan terhadap pemerintahan. Wu benar-benar mendengarkan keluhan rakyatnya untuk memperbaiki taraf hidup mereka, bahkan memakai saran mereka untuk memperbaiki kerja pemerintah.

Tak hanya itu, ia mulai mengadakan tes bagi para pegawai negeri dan petinggi pemerintah untuk meyakinkan bahwa posisi-posisi dalam pemerintahan benar-benar dipegang oleh orang-orang yang benar-benar memiliki kemampuan yang berkualitas. Sebelumnya, posisi-posisi tersebut hanya diduduki oleh orang-orang yang memiliki koneksi (nepotisme). Bisa dibilang, sang kaisar wanita kejam ini justru memperkenalkan demokrasi ke dunia Tiongkok kuno, mungkin karena sebagai wanita iapun merasa sering tertindas dan aspirasinya tak pernah didengar.

Namun sisinya sebagai kaisar yang adil itu tetap tak bisa menutupi fakta kesadisan Wu. Kekejaman Wu masih membuktikan bahwa ia mementingkan ambisinya jauh di atas keluarganya sendiri. Pada 693, ia curiga bahwa istri Li Dan, sang mantan kaisar, hendak memberontak untuk menaruh suaminya di tahta kembali. Iapun segera menghukum mati menantu perempuannya itu. Li Dan, yang begitu ketakutan pada ibunya, tak berani membela istrinya itu.

Li Dan sendiri juga hampir dihabisi oleh para algojo-algojo Wu jika saja salah seorang pelayannya tidak membelanya. Kala itu, salah satu pelayan setia Li Dan yang bernama An Jincang berani bersumpah bahwa majikannya itu sama sekali tak merencanakan pemberontakan. Bahkan, demi membuktikannya, ia rela menyayat perutnya sendiri. Mendengar kejadian itu, Wu segera menitahkan tabib-tabib terbaiknya untuk menyelamatkan nyawa sang pelayan. Yakin akan kejujuran sang pelayan tersebut, Wu akhirnya mengampuni Li Dan. Namun agar anaknya itu kelak tak mericuhi tahtanya, iapun mengusir Li Dan dari istana dan mengasingkannya.

Inilah wilayah kekuasaan Wu Zetian kala ia memangku tahta. Namun ia menghadapi tantangan dari berbagai kerajaan tetangga seperti Tibet hingga Mongol

Ada sebuah cerita unik pula yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Wu Zetian. Pada 694, memanfaatkan kepercayaan Wu akan agama Buddha, dua orang penipu datang kepada sang kaisar wanita. Mereka mengaku sebagai biksu sakti yang berumur 350 tahun dan 500 tahun serta mampu meramal masa depan. Tertarik akan klaim mereka, Wu kemudian memanggil mereka ke istana. Naas, salah satu istana milik Wu terbakar (konon dibakar oleh salah satu gigolo Zu yang merasa cemburu). Karena mereka tak bisa meramalkan kebakaran (sehingga menguak kedok mereka sebagai penipu), Wu-pun marah besar Salah satu dari biksu itupun bunuh diri sebelum sempat menerima kemurkaan Wu, sementara satunya berhasil melarikan diri.

Setahun kemudian, kekuasaan Wu mulai terancam. Walaupun ia berhasil menyingkirkan gangguan-gangguan yang berasal dari dalam istana (termasuk keluarganya sendiri), ternyata ia tak mengkalkulasi gangguan dari luar. Kala itu, ia harus menghadapi serangan dari bangsa-bangsa asing, seperti Tibet, Khitan (Mongolia), bahkan Turki. Kini, bak kisah Mulan, Wu Zetian harus menghadapi serangan seorang jenderal penakluk barbar bernama Ashina Mochuo.

Pada 699, Wu Zetian semakin menuwir dan khawatir bahwa kekuasaanya akan segera berakhir. Kala itu, walaupun sudah berusia 70 tahun lebih, Wu ternyata masih sanggup asyik bersanggama dengan dua gigolo kesayangannya, yakni Zhang bersaudara. House of Wu sendiri mulai khawatir bahwa kelak bukannya mereka, namun malah Zhang bersaudara itulah yang akan diangkat menjadi kaisar pengganti Wu Zetian, saking tergila-gilanya kaisar perempuan itu pada keperkasaan kedua gigolonya itu.

Akhirnya pada 705, ketika Wu Zetian tengah sakit parah, para anggota House of Wu tak lagi buang-buang waktu. Mereka segera merencanakan kudeta dan pada tanggal 20 Februari tahun tersebut, membunuh Zhang bersaudara. Mereka kemudian memaksa Wu Zetian untuk turun tahta sebagai kaisar. Wu, yang kini sudah tua renta dan sakit-sakitan, tak mampu membela diri. Tahta kemudian jatuh kepada anak tertua Wu yang masih hidup kala itu, yakni Li Zhe. Iapun kembali diangkat sebagai Kaisar Zhongzong.

Namun yang mengejutkan adalah siapa otak di balik kudeta tersebut. Identitas sang dalang tersebut tak lain dan tak bukan adalah Putri Taiping, putri bungsu Wu Zetian sendiri. Mungkin karena hanya dianggap sebagai anak perempuan, Wu menyepelekannya dan tak pernah menganggapnya sebagai ancaman. Wu sama sekali tak menyangka, putrinya tersebut ternyata mewarisi darah yang mendidih oleh bara ambisi darinya.

Ternyata tak hanya alasan itu Putri Taiping tega mengkhianati ibunya sendiri. Kala itu Ia masih marah karena suaminya sendiri menjadi korban keganasan Wu Zetian. Putri Taiping pernah menikah dengan seorang pria dari kalangan orang biasa. Putri Taiping yang begitu mencintai suaminya tak pernah mempermasalahkan perbedaan status mereka. Namun Kaisar Wu merasa jyjy memiliki menantu dari kalangan rakyat jelata sehingga ketika ia memiliki kesempatan, Wu menuduh suami putrinya itu terlibat dalam usaha kudeta dan menghukumnya mati.

Akhirnya pada 16 Desember tahun yang sama, hanya beberapa bulan setelah kelengserannya, Wu Zetian akhirnya menghembuskan napasnya yang terakhir.


SEASON 2: PRAHARA DALAM HOUSE OF WU

Ketika menua, bukannya bertobat, namun Wu masih memuaskan nafsu syahwatnya dengan layanan para gigolonya

Namun kematian Wu Zetian tersebut tak mengakhiri prahara dalam keluarga Wu tersebut. Bahkan, bak season kedua, kematian demi kematian masih menggentayangi istana. Seperti sudah kalian ketahui, Kaisar Zhongzhong amatlah tunduk pada istrinya, Permaisuri Wei. Celakanya, Permaisuri Wei kala itu memiliki selingkuhan bernama Wu Sensi yang adalah keponakan Wu Zetian. Mereka berdua kemudian merencanakan pembunuhan terhadap Kaisar Zhongzhong. Pada 710, mereka berhasil melancarkan rencana tersebut.

Bahkan, merasa tak cukup hanya menghabisi suaminya, Permaisuri Wei juga berencana menghabisi adik iparnya, yakni Li Dan (yang setelah kematian ibunya diangkat kembali menjadi pangeran di istana) untuk mencegahnya merebut kekuasaan. Namun sebelum ia sempat mengeksekusinya, rencana tersebut keburu bocor dan didengar oleh Li Longji, putra Li Dan (sekaligus cucu Wu Zetian). Tahu bahwa ayahnya, Li Dan, adalah sosok yang lemah (ingat, dulu ia tak berbuat apapun untuk menyelamatkan istrinya), ia tak memberitahukan rencana tersebut padanya. Alih-alih, Li Longji justru memberitahu bibinya, Putri Taiping yang dikenal ambisius. Bersama keponakannya itu, Putri Taiping kemudian membalas dendam atas kematian kakaknya dengan menghabisi Permaisuri Wei dan kroni-kroninya.

Yap, pertumpahan darah memang sepertinya tak pernah lepas dari keluarga Wu. Kini, sepeninggal kakaknya, Li Dan naik tahta dan kembali menjadi Kaisar Ruizong. Namun, sejarah bak terulang kembali. Li Dan boleh saja menjadi kaisar de facto Tiongkok kala itu, namun tetap, semua keputusan diambil oleh Putri Taiping dari balik tirai mutiara, sama persis seperti yang dulu dilakukan oleh ibunya.

Mungkin karena lelah dengan semua intrik dan konflik yang terjadi di keluarganya, Li Dan menjadi jenuh dan tak lagi menginginkan tahtanya. Ia kemudian memberikan posisi tertinggi Tiongkok yang dipegangnya pada sang anak, Li Longji. Iapun diangkat menjadi Kaisar Xuanzong. Tahu akan tabiat Putri Taiping yang sama berambisinya seperti Wu Zetian, neneknya yang sadis tiada tara itu, maka titah pertamanya sebagai kaisar baru adalah untuk menyingkirkan Putri Taiping dan semua pengikutnya. Konon, begitu mendengarnya, Putri Taiping kemudian kabur ke sebuah kuil dan akhirnya bunuh diri.

Mungkin seperti inilah Wu Zetian apabila kisahnya diangkat menjadi kisah negeri dongeng ala Disney

Warisan berdarah Wu Zetian pun berhenti di situ. Memang, Wu Zetian ain't Mulan. Walaupun ceritanya menginspirasi kaum perempuan bahwa merekapun setara dengan laki-laki, bahkan bisa mencapai prestasi yang dulu hanya dianggap bisa dicapai kaum Adam. Namun tentu saja semua ambisinya yang berujung pada pertumpahan darah hanya demi kenikmatan duniawi sangatlah miris dan tak patut ditiru. Tapi kayaknya seru ya kalo kisahnya Wu Zetian diadaptasi ama Disney hehehe, mungkin jadi R-rated movie (mungkin bisa dibayangin kayak campuran live actionnya Mulan ama Jan Dara hehehe). Dilihat dari segi ceritanya, kisah Wu Zetian ini juga cocok dibikin sinetron. Mungkin adegannya (pas episode dia masih ada di istana bareng Permaisuri Wang dan Selir Xiao) akan seperti ini (diiringi musik yang intens):

Permaisuri Wang: (zoom in ke wajah Wang yang tersenyum jahat sambil monolog dalam hati) “Lihat aja, gue nggak akan biarin perempuan miskin itu merebut harta warisan suamiku. Sebentar lagi dengan bantuan selir baru itu gue bakalan nyingkirin Selir Xiao selamanya, hahahaha.”

Selir Xiao: (zoom in juga sambil monolog dan melotot) “Huh enak saja. Lu nggak akan bisa nyingkirin gue gitu aja. Sebentar lagi seluruh rencana gue akan berhasil dan harta warisan kaisar akan jatuh ke tangan gue hahahaha.”

Selir Wu: (zoom in sambil senyum-senyum juga dan monolog) “Huh, kalian pikir kalian bisa menghentikanku hah? Sebentar lagi gue akan singkirin kalian berdua dan seluruh harta warisan dan istana ini akan jatuh ke tangan gue. Lihat saja, hahahaha!”

Kemudian soundtrack dari Rossa pun mengalun: “Ku menangiiiiiiiiis ... membayangkan ...”

Reaksi readers: “Dih kebanyakan nonton sinetron lu Bang!”

SUMBER: WIKIPEDIA


3 comments:

  1. Sekarang ane paham kenapa Wu Zetian di salah satu game yg ane mainin classnya Assassin dan punya skill Torture wkwk

    ReplyDelete
  2. Dari postingan ini saya tau bahwa bang Dave suka nonton sinetron (・o・)

    ReplyDelete
  3. Ini diangkat jadi drama mandarin ya bang deppp? Kalau iya, judulnya apa yaa pengen tau kayanya seruuu.

    ReplyDelete