Friday, January 15, 2021

WHAT IF: APA YANG TERJADI JIKA ABRAHAM LINCOLN IKUT KE DALAM “DONNER PARTY”?

Di episode sebelumnya yang membahas penutup dari dwilogi “Donner Party”, gue sudah menyinggung bahwa Abraham Lincoln seharusnya menjadi salah satu anggota Donner Party karena Abe, panggilannya, kala itu masih menjadi pengacara muda yang berkeinginan untuk pindah ke California. Tak hanya itu, ia juga kenal baik dengan James Reed. Akan tetapi, keinginan itu diurungkannya karena istrinya, Mary Todd, ternyata tengah mengandung anak mereka. Merasa bahwa istrinya yang tengah hamil takkan mampu melakukan perjalanan sejauh itu melintasi Benua Amerika, Abe pun membatalkan niatnya tersebut.

Siapa sangka, keputusannya kala itu menyelamatkan nyawanya. Seadainya Abe benar ikut, maka bisa dipastikan ia akan ikut tewas dalam perjalanan itu. Pasalnya, Abe sendiri dikenal memiliki tubuh yang ringkih karena menderita penyakit genetik menurun yang disebut Marfan Syndrome. Abe kemudian mencalonkan diri menjadi anggota kongres dan kemudian memenangkan pemilihan presiden AS pada 1860 sehingga menjadi presiden AS ke-16.

Lincoln merupakan salah satu presiden terpenting yang dimiliki AS kala itu (bahkan urutan kedua setelah George Washington, presiden AS pertama sekaligus bapak pendiri negara tersebut. Sebab, pada masa pemerintahan-lah terjadi Perang Saudara antara AS bagian Utara dengan Selatan. Pihak Utara kala itu merupakan kaum industrialis nan modernis yang menentang perbudakan, sementara pihak selatan merupakan kaum agraris yang kolot dan mendukung perbudakan. Di bawah kepemimpinan Abe, pihak utara (Union) akhirnya menang terhadap pihak selatan (Confederate) sehingga perbudakan akhirnya dihapuskan.

Jika saja Abe ikut dan tewas dalam Donner Party, maka apa akibatnya? Well pertama, jelas ia takkan jadi presiden. Kemudian ada dua kemungkinan tentang siapa yang akan menjabat presiden ke-16. Kala itu lawan utama Abe dalam pilpres AS tahun 1860 adalah politikus bernama Stephen A. Douglas. Baik Abe maupun Douglas keduanya mendukung penghapusan perbudakan, walaupun berada di dua kubu partai politik yang berbeda. Apabila Abe tak pernah mencalonkan diri, maka ada dua kemungkinan. Pertama Douglas akan menjadi presiden AS ke-16 dan mengikuti jejak yang harusnya diikuti Abe, ia akan berusaha menghapus perbudakan. Kemungkinan kedua, karena ketiadaan Abe, maka mungkin yang akan menjadi lawan Douglas dalam pilpres adalah John C. Breckinridge atau John Bell, keduanya merupakan tokoh politik yang amat populer di kubu Selatan. Ada kemungkinan bukan Douglas yang menang, melainkan salah satu dari kedua John tersebut.


Ilustrasi Civil War atau Perang Saudara di Amerika Serikat

Siapapun yang menang, banyak yang menduga Perang Saudara tetap akan terjadi. Pasalnya, ketegangan antara Utara dan Selatan akan selalu terjadi dan meruncing menjadi pertempuran, siapapun presidennya. Jika Douglas yang menjadi presiden, ditakutkan ia takkan “segarang” Abe sehingga pihak Utara akan kalah dan pihak Selatan memenangkan pertempuran. Sebaliknya, hal yang sama juga akan terjadi jika Breckinridge atau Bell menjadi presiden. Karena presiden dijabat oleh sosok yang pro-perbudakan, maka pihak Selatan juga akan memenangkan pertempuran dengan telak.

Jadi inilah akibat pertama dari kematian Abe di Donner Party, yakni pihak Selatan (Konfederasi) memenangkan Perang Saudara, alih-alih Pihak Utara seperti yang terjadi di dunia kita. Lalu apa akibatnya?

Well, akibatnya akan sangat drastis dan fatal. Seperti kita ketahui, AS merupakan negara paling adidaya di dunia ini. Penyebabnya bukan karena kekuatan militer mereka, melainkan karena kemajuan teknologi yang berhasil dicapai negara tersebut. Seperti gue katakan tadi, Utara adalah industrialis dan Selatan adalah agraris. Berkat kemenangan Utara, industri AS bisa sangat maju, bahkan berhasil menciptakan penemuan yang mengubah dunia, semisal bohlam lampu, mobil, telepon genggam, komputer, bahkan internet. Apabila Utara kalah dan politik AS didominasi kaum agraris, bukan tak mungkin teknologi-teknologi itu akan terlambat ditemukan, atau ditemukan oleh negara lain, atau bahkan sama sekali tak pernah tercipta.

Yang menarik, walaupun teknologi di atas berhasil tercipta, maka akan digunakan untuk menyokong tradisi Selatan yang lain, yakni perbudakan. Semisal, acara kuis di TV mungkin akan memberikan hadiah budak kulit hitam kepada pemenangnya. Apabila internet bisa ditemukan, maka situs-situs seperti Amazon akan memperdagangkan manusia (budak kulit hitam) secara online bak situs DarkWeb.


Amerika Serikat takkan semegah ini jika bukan karena Abraham Lincoln

Lalu apa yang terjadi jika AS tak memiliki teknologi mumpuni? Apabila Selatan menang, maka mereka akan meneruskan gaya hidup mereka, yakni bertani. Tak ayal, AS hanya akan menjadi sebatas negara agraria semata yang menggantungkan hidup mereka dari pertanian jagung dan gandum. Dengan “keterbatasan” ini, tentu saja mereka takkan pernah mencapai status “adidaya” seperti yang mereka capai saat ini. Negara AS takkan pernah ditakuti, bahkan mungkin dianggap “selevel” dengan negara-negara di Asia Tenggara ataupun Asia Selatan yang juga mayoritas petani.

Celakanya, apa yang terjadi pada AS mungkin tak berpengaruh banyak pada kondisi politik di Eropa pada awal abad ke-20. Franz Ferdinand mungkin akan tetap tertembak, meletuskan Perang Dunia I. Kemudian kekalahan Jerman di Perang Dunia I juga tetap akan mengangkat Hitler menjadi pemimpinnya berkat ideologinya yang radikal. Dengan kata lain, Perang Dunia II masih akan tetap terjadi.

Tapi kini, tanpa bom atom buatan AS, maka NAZI dan Jepang akan memenangkan perang.

Bahkan bukan tak mungkin, mengingat ideologi Selatan yang rasis, AS malahan akan bersimpati membantu Hitler untuk membumihanguskan ras yang lebih “rendah”. Walaupun tetap ada kemungkinan, karena ada banyak kaum Yahudi yang mencapai posisi elite di AS (Yahudi biasanya tajir-tajir), mereka tetap akan melawan NAZI.


Germania, kota impian yang akan dibangun Hitler jika ia memenangkan perang

SUMBER GAMBAR

Namun, apapun pilihan AS (yang kini adalah negara agraris yang tak patut diperhitungkan), Sekutu akan kalah di Perang Dunia. Seluruh Eropa akan dikendalikan oleh Jerman dan Hitler, sesuai janjinya kala perang, akan mengganti nama Berlin menjadi Germania dan menjadikannya ibu kota dunia. Genosida yang awalnya hanya menimpa kaum Yahudi, akan terus meluas hingga menimpa etnis-etnis lain. Bangsa Slavia yang mendiami Eropa Timur, dari Polandia hingga Rusia, dijamin akan musnah tak berbekas. Jerman juga berniat menguasai tak hanya Eropa, namun Afrika dan Amerika Selatan. Bisa dibayangkan apa yang akan mereka lakukan dengan etnis asli yang hidup di sana.

Jepang yang merupakan sekutu Jerman akan menguasai seluruh Asia, bahkan hingga Australia dan New Zealand. Alaska dan California, yang terletak di barat benua Amerika, juga akan menjadi koloninya. Bisa dipastikan pula, Indonesia tetap tercengkeram ke dalam genggaman mereka, tak pernah merdeka. Alih-alih mengibarkan bendera Merah Putih dan menghias gapura dengan tema kemerdekaan tiap 17 Agustus, sampai sekarang kita mungkin mengibarkan bendera Matahari Terbit dan mendengungkan slogan “Nippon Cahaya Asia”.

Kita hanya bisa membayangkan, bakalan sekelam apa dunia yang dikuasai oleh NAZI. Mungkin yang terejawantah adalah dunia post-apokaliptik yang biasa ada di novel-novel dystopian. Yang menarik, NAZI setelah berhasil menguasai seluruh dunia, kemungkinan besar Hitler yang dikenal amat ambisius, akan mencoba mengkolonisasi angkasa luar. Jerman memiliki Werner von Braun, ilmuwan roket jenius (bahkan ia-lah yang menciptakan roket Apollo 11, pesawat luar angkasa yang membawa manusia ke Bulan) yang siap mengkolonisasi Bulan, bahkan Mars. Tak heran, karena keambisiusan NAZI, bukan tak mungkin mereka sudah mencapai, bahkan tinggal di Mars.

Sama seperti Rusia dan AS yang menjadi pemenang Perang Dunia II, namun kemudian berselisih hingga timbul Perang Dingin, persaingan yang sama mungkin akan terjadi antara Jepang dan Jerman. Skenario tersebut bukannya tak beralasan. Saat PD II, Jerman sudi-sudi saja bekerja sama dengan Jepang yang sama-sama berpaham fasis demi meraih kemenangan. Namun ingat, Jerman menjunjung tinggi ideologi rasis bahwa ras mereka, yakni Arya, merupakan ras terkuat dan ditakdirkan menguasai Bumi. Bangsa Asia, jelas bukan termasuk ras Arya sehingga akan mereka bumi hanguskan pula. Sehingga takkan butuh waktu lama bagi kedua kubu itu untuk bersitegang dan berperang. Tak ayal, apabila di zaman itu sudah ditemukan teknologi nuklir, perang tersebut akan berakibat pada musnahnya dunia ini.

Yang jelas, karena satu orang saja bisa mengubah sejarah dunia dengan amat drastis. Ini adalah bukti fenomena yang disebut “Butterfly Effect” atau “Efek Kupu-Kupu”. Maka beruntunglah kita kala itu Abe tidak memilih ikut ke dalam Donner Party. Bayangkan jika dia ngeyel, mungkin (atau bahkan pasti) dunia yang kita tempati akan menjadi sangat jauh berbeda.

SUMBER: QUORA, WIKIPEDIA, SEEKER

10 comments:

  1. Butterfly effect berbeda dgn domino effect

    ReplyDelete
  2. Tapi aku yakin, kalau Abe ikut dalam donner Party dan mengambil Alih posisi james reed sebagai pemimpin rombongan. Sepertinya mereka takkan mengambil Jalan Pintas.
    .
    Yah dalam opiniku mungkin gak ada landasan yang kuat sih, karena kurang referensi tentang Abraham Lincoln. Cuma sebatas keyakinan. #cmiiw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener sih ada kemungkinan kek gitu, tapi itu pas zaman2 abe masih culun alias belum sukses, lagian dia jg sahabatan ama james reed jadi ada kemungkinan jg abe malah setuju2 aja ama keputusan temennya itu

      Delete
  3. Ngeri butterfly effect nya abe, klo gw yg ilang g bakal ada efek nya di dunia 😂😂

    ReplyDelete
  4. di akhir artikel soal jepang sama nazi menang perang jadi inget serial tv amazon 'The man in the high castle'.

    ReplyDelete
  5. Tapi entahlah, kalau US gk jadi Industrialis malah Jerman Perang Dunia I akan menang dan Adolf Hitler gk akan berkuasa dan Dunia jadi tempat yg gk terlalu menyeramkan

    ReplyDelete
  6. Maaf bang, utk bom atom.
    Ga ada hubungannya. Si jepang ttep kalah karena iwojima udah dikepung juga, tokyo udah di luluhlantahkan jg.
    Cuman agak lama slesenya theather pasific karena jepang ngorbanin semua pemuda2 juga. Kamikaze dll ga berenti2 mereka ga mudah nyerah. Jd pasti kalah tp lama.

    Utk theather eropa. Amerika jg cuma bisa bantu bebasin prancis.
    Yg bisa hancurin nazi itu Soviet (ini ga kdengeran karena yg ditulis sejarah biasanya amerika)
    Pdhal soviet yg brhasil rebut berlin kalahin nazi dan nemuin fuhrer bunker. Not the USA. World war 2 ga ada bedanya

    ReplyDelete