Sunday, December 6, 2020

THE DAMNATION OF THE DONNER PARTY (2): TRAGEDI KANIBALISME DI ERA WILD WILD WEST

Perkemahan Donner Party yang seadanya dengan kabin kayu beratapkan kulit binatang ternak

Kita telah melihat sekelumit sejarah tentang Donner Party dan bagaimana mereka selamat dari padang gurun, hanya untuk terjebak di tengah musim dingin yang menggelora bak neraka beku. Untuk menggambarkan penderitaan para anggota Donner Party kala itu, mereka terpaksa merebus tulang-tulang hewan ternak mereka terus-menerus untuk membuat sup hingga tulang-tulang tersebut menjadi lunak dan gampang remuk ketika dikunyah. Tak jarang, mereka harus memakan kulit binatang ternak yang mereka gunakan sebagai penutup lantai karena tak memiliki apapun lagi untuk dimakan. Jika beruntung, mereka bisa menemukan tikus menyelinap ke kabin mereka dan memakannya sebagai hidangan yang “menggiurkan”.

EKSPEDISI "FORLORN HOPE"

Karena kondisi mereka yang begitu menggenaskan, tak heran satu demi satu mereka mulai berguguran. Dimulai dengan Joseph Reinhardt yang kala berada dalam sakratul mautnya akhirnya mengaku bahwa ia dan sahabatnya, Spitzer membunuh Wolfinger dalam perjalanan mereka di gurun. Spitzer kemudian juga tewas, diikuti Baylis Williams, koki dari keluarga Reed.

Suatu hari, bak tanpa hati, Franklin Graves datang ke kabin keluarga Reed untuk menagih hutang mereka. Karena tak memiliki apa-apa, merekapun terpaksa memberikan atap mereka yang terbuat dari kulit lembu, padahal itu adalah satu-satunya yang tersisa yang bisa mereka makan. Dengan kejam, Franklin pun mengambilnya.

Namun tanpa diduga, perbuatan keji Franklin Graves itu ternyata nantinya akan menyelamatkan Donner Party. Dari kulit lembu tersebut, ia berhasil membuat 14 pasang sepatu yang kemudian digunakan oleh tim (kemudian disebut “Forlorn Hope”) yang diutus untuk mencari bala bantuan di California. Kala itu, ada 17 orang yang diutus, terdiri atas pria, wanita, bahkan anak-anak, yang masih dianggap sehat untuk melakukan perjalanan jauh menembus badai salju. Bersama mereka hanya diberi sisa makanan yang hanya cukup untuk 6 hari.


Ilustrasi perjalanan tim "Forlorn Hope" yang berjalan melalui pegunungan Sierra Nevada yang tertutup salju demi mencapai peradaban. Karena habisnya bahan makanan dan ganasnya kondisi alam, mereka akhirnya berguguran dan sisanya terpaksa terlibat aksi kanibalisme demi bertahan hidup

Namun di tengah jalan, mereka menjadi tersesat. Korban pertama yang jatuh adalah Charles Stanton, yang mengaku kelelahan dan ingin beristirahat, meminta para anggota rombongan lain untuk melanjutkan perjalanan. Charles kemudian tak pernah menyusul mereka. Karena rasio makanan mereka sudah habis, Patrick Dolan kemudian mengusulkan agar salah satu anggota rombongan itu dengan “sukarela” bersedia dibunuh agar bisa dijadikan bahan makanan bagi anggota lain. Ia juga mengusulkan agar mereka melakukan undian untuk memilih siapa yang hendak dikorbankan. Wiliam Eddy, yang memimpin perjalanan itu, dengan ngeri menolak ide tersebut.

Korban kedua adalah Franklin Graves yang juga akhirnya tak kuat meneruskan perjalanan. Kemudian bak karma, di tengah badai salju tiba-tiba Patrick Dolan mulai berhalusinasi, melepas semua pakaiannya, dan berlari ke dalam hutan. Tentu saja iapun langsung tewas. Para anggota yang lain mulai berpikir untuk menyantap jenazah Franklin dan Patrick, tapi William yang merasa kasihan pada Mary, putri keluarga Graves, akhirnya bersedia menemaninya berburu, supaya ia tak perlu memakan jenazah ayahnya sendiri. William dan Mary kembali dengan hewan buruan, tapi begitu sampai, ternyata anggota rombongan yang lain telah telanjur memotong-motong jenazah Franklin dan Patrick untuk dimakan saking putus asanya. Namun William tetap kukuh dan menolak mentah-mentah untuk melakukan aksi kanibalisme.

Akan tetapi setelah tiga hari, kondisi William mulai menurun sehingga iapun terpaksa menyanggupi untuk memakan daging manusia. Namun tetap saja, kondisi pegunungan Sierra Nevada yang mereka lewati amatlah tak ramah, apalagi di tengah musim dingin dan badai salju berkecamuk. Para anggota yang tersisa mulai berencana untuk membunuh Luis dan Salvador, dua orang Indian yang ikut dengan mereka, untuk menjadi bahan makanan mereka selanjutnya. William yang tak setuju dengan rencana tersebut kemudian memperingatkan kedua orang Indian itu agar kabur. Namun setelah beberapa hari, rombongan tersebut menemukan Luis dan Salvador tengah sekarat, sebab mereka sudah 9 hari tidak makan. Merasa iba dan tak mampu menolong mereka, William akhirnya setuju untuk menembak mati mereka supaya mereka bisa segera lepas dari penderitaan

Sekitar seminggu kemudian, pada bulan Januari, rombongan itu akhirnya menemukan harapan. Mereka tiba di sebuah perkampungan suku Indian bernama Miwok. Kala melihat para pendatang itu, konon suku Indian itu kabur ketakutan karena menyangka melihat hantu. Tak heran, tubuh mereka kala itu hanyalah tulang berbalut kulit yang pucat. Namun begitu menyadari mereka membutuhkan bantuan, mereka segera menolongnya dan memberi mereka makanan. 

Kala itu, dari 17 orang yang diutus hanya 7 yang selamat. Perjalanan yang mereka perkirakan hanya memakan waktu 6 hari, pada kenyataannya menghabiskan 33 hari.


William Eddy yang begitu berniat menyelamatkan keluarga dan rekan-rekannya di Donner Party

RESCUE MISSION #1

Setelah merasa sehat, William tak membuang waktu. Dengan bantuan suku Indian itu, ia pergi ke perkampungan kulit putih terdekat di Sacramento Valley untuk meminta bantuan. Namun kala itu, sesungguhnya bukan hanya William yang berhasil kembali dan mencapai peradaban. Masih ingat dengan James Reed yang pada awalnya diusir dari kelompok Donner Part? Rupanya bukannya meregang nyawa di tengah gurun seperti harapan para anggota Donner Party yang mengusirnya, ia malah berhasil mencapai sebuah benteng bernama Sutter's Fort dan meminta bantuan pemimpinnya, Kolonel Fremont untuk mengirimkan bantuan. Namun kala itu mereka tengah mengalami dilema, sebab di saat yang sama mereka masih menghadapi perang dengan Meksiko, sehingga kekurangan orang. Oleh sebab itu, bala bantuan yang dipimpin oleh William datang terlebih dahulu.

Pada bulan Februari, tim penyelamat yang dipimpin William Eddy berhasil mencapai Danau Truckee. Kala itu, Lavina Murphy yang melihat kedatangan mereka bertanya, “Apa kalian dari California ataukah kalian malaikat pencabut nyawa yang akan menjemput kami?”. Kala itu, sudah 13 orang yang tewas di kamp itu, termasuk istri William Eddy sendiri. Tubuh mereka terkubur di salju. Sekitar 23 orang akhirnya dipilih untuk dibawa kembali ke California, termasuk keluarga Reed. Sisanya terpaksa ditinggalkan, menunggu tim penyelamat yang kedua.

Namun di depan, perjalanan para tim penyelamat ini masihlah amat berbahaya, apalagi yang mereka bawa kebanyakan wanita dan anak-anak yang mengalami malnutrisi. Badai saljupun masih berkecamuk tanpa ampun. Ada, putri dari Keseberg akhirnya meninggal dalam perjalanan. Phillippine, ibunya, merasa amat terpukul hingga tak mau melepaskan jenazah putrinya dan memutuskan tinggal untuk mati bersamanya. Anak-anak yang ikut dalam perjalanan itu juga amat kelaparan hingga mereka rela memakan tali sepatu dari anggota grup penolong mereka.

Beruntung, di tengah perjalanan yang mengundang maut itu, mereka bertemu dengan tim penyelamat pimpinan James Reed yang langsung membantu mereka. Melihat suaminya ternyata selamat, Margret konon langsung ambruk ke atas salju karena tak mampu menutupi kebahagiaannya. Ketika tiba di Sutter's Fort yang sebenarnya hanya sebuah tempat yang sederhana dan seadanya, Virginia, putri keluarga Reed begitu bersyukur dan menganggapnya surga. Fatalnya, begitu sampai di sana, William Hook, putra dari Jacob Donner, langsung makan sebanyak-banyaknya hingga iapun tewas. Ini menunjukkan betapa dalam penderitaan yang mereka lalui selama terjebak di Truckee Lake.


Di lokasi inilah para anggota Donner Party menemui ajal mereka. Kini memang terlihat indah, namun dahulu tempat ini amatlah tak bersahabat, tak hanya karena dinginnya, namun juga karena ketiadaan makanan sama sekali

RESCUE MISSION #2 & #3


Pada bulan Maret, tim penyelamat gelombang kedua, dipimpin James Reed-pun tiba. Di sana, kondisi di Danau Truckee makin menggenaskan. Lavina Murphy, yang kala itu merawat kedua anak William Eddy, kini amat kemah, bahkan buta. Patrick Breen mengaku bahwa ia mendapat pengalaman yang cukup disturbing. Ia bertemu dengan Lavina, yang kala itu mengaku bahwa ia berencana untuk memakan jenazah Milt Elliot, pengendara gerobak dari keluarga Reed. Dan rupanya benar, di kabin milik Lavina, mereka mendapati tubuh Elliot yang telah terpotong-potong.

Di kediaman keluarga Donner, situasi tak bertambah baik. Mereka memergoki Trudeau, sang remaja Prancis, tengah berkeliaran membawa kaki manusia yang rupanya milik Jacob Donner, adik dari George Donner. Jacob rupanya telah meninggal dan Elizabeth istrinya, terpaksa memotong-motong tubuhnya dan memberikannya kepada anak-anaknya sebagai makanan. Namun, Elizabeth tetap bersikeras tak mau memakan jenazah suaminya. Pada akhirnya, anak-anaknya memang selamat, namun Elizabeth sendiri meninggal karena kelaparan. Mereka juga menemukan George Donner sudah tak mampu lagi bergerak karena infeksi di lukanya semakin parah. Tamsen, istrinya, yang sebenarnya masih sehat, tak mau meninggalkan sisi suaminya dan bersikeras untuk tinggal menemaninya.

Tim penyelamat yang kedua berhasil menyelamatkan 17 orang. Kala itu hanya sedikit orang yang tertinggal di Truckee Lake, yakni Lavina Murphy dan kedua anak William Eddy, George dan istrinya Tamsen, serta Lewis Keseberg, yang sudah pindah ke salah satu kabin yang kosong.

Pada pertengahan Maret, tim penyelamat gelombang terakhir tiba, dipimpin oleh William Eddy. Namun di sana ia mendapati kejutan mengerikan. Tak ada yang selamat ketika mereka tiba, terkecuali Lewis Keseberg. Baik Lavina Murphy dan kedua anaknya telah tewas. Begitu pula George juga meninggal akibat infeksi yang dideritanya. Lewis mengaku bahwa sepeninggal suaminya, Tamsen yang merasa terpukul kemudian datang ke kabinnya. Ia kemudian menginap di sana semalam dan Lewis menyelimutinya supaya ia merasa hangat. Namun keesokan harinya, Tamsen wafat, meninggalkannya sebagai satu-satunya penyintas.


Seperti inilah lokasi dimana Donner Party kandas, kini menjadi tengaran untuk memperingati sejarah mengerikan tersebut

Namun baik William dan anggota tim penyelamat lainnya tak menelan mentah-mentah pengakuan Lewis tersebut. Mereka bahkan tak mampu membendung kecurigaan mereka. Pasalnya di kabin yang didiami Lewis, mereka menemukan satu panci penuh daging manusia. Tak hanya itu, mereka juga menemukan harta berupa uang dan perhiasan milik keluarga Donner. William bahkan bersumpah akan membunuh Lewis jika ia melihatnya lagi di California. Namun demi menepati tujuannya datang ke situ, ia dan tim penyelamat lainnya akhirnya membawa Lewis dengan selamat ke Sutter's Fort.

NASIB PARA PENYINTAS

Pada bulan April 1847, seluruh anggota Donner Party yang masih hidup akhirnya berhasil dievakuasi. Dari sekitar 90 orang yang memulai perjalanan dari Missouri maupun yang bergabung dengan mereka di tengah jalan, tercatat hanya 48 yang selamat. Kini, bagaimana dengan nasib orang-orang yang terkait dengan Donner Party, termasuk para penyintasnya?

Lansford Hastings yang pertama kali mencetuskan jalur yang merenggut nyawa lebih dari separuh anggota Donner Party mendapat banyak ancaman pembunuhan karena ulahnya itu. Namun ia sendiri tak bisa berbuat apa-apa, apalagi memutar balik waktu. Yang bisa ia lakukan hanyalah meminta maaf atas perbuatannya.

Dari berbagai keluarga yang menderita selama perjalanan di Hastings Cutoff itu, hanya keluarga Reed dan Breen yang ajaibnya seluruh anggota keluarganya masih utuh. Anak-anak dari keluarga Donner semua menjadi yatim piatu. Beruntung, ada pasangan suami istri di Sutter's Fort yang tak dikaruniani anak, kemudian mengadopsi mereka.

Mary Graves, salah satu anggota “Forlorn Hope” yang berhasil selamat memiliki kisah unik. Setelah tiba di California dengan selamat, ia akhirnya menikah dan sempat hidup bahagia. Namun sayang, sang suami terbunuh oleh seorang pria. Kala sang pembunuh hendak dihukum mati, Mary konon memasakkan makanan terakhir bagi pria itu. Alasannya karena ia tahu seperti apa rasanya kelaparan dan tak mau sang pembunuh merasakannya.

Para penyintas Donner Party berpose di depan monumen yang didirikan demi mengenang pengorbanan mereka yang tewas dalam perjalanan penuh maut tersebut

Di antara semua tokoh yang terlibat dalam tragedi Donner Party, bisa dibilang William Eddy-lah yang nasibnya paling tragis, sebab ia kehilangan seluruh keluarganya. Semenjak awal ia menunjukkan integritas tinggi sebagai manusia yang selalu ingin membantu sesamanya. Ia-lah yang ingin mencari Hardkoop, pria tua renta yang lenyap di gurun, karena ia tak mau siapapun merasa ditinggalkan. Kala menjadi anggota “Forlorn Hope” dan tengah tersesat, ia juga menolak keras memakan daging manusia, bahkan berusaha menyelamatkan Luis dan Antonio ketika mereka hendak dibunuh untuk disantap. Bahkan ia sendiri sampai rela meninggalkan anak-anaknya agar anak-anak dari keluarga lain mendapatkan kesempatan agar bisa selamat terlebih dahulu.

Setelah tragedi itu, William menikah lagi dan paling tidak, berhasil membina keluarga dan hidup bahagia sampai akhir hayatnya. Semula ia berniat untuk memenuhi janjinya untuk membunuh Lewis Keseberg. Tapi James Reed dan Edwin Bryant, wartawan yang sedari awal berusaha membantu mereka, berhasil membuat mengurungkan niat tersebut.

Namun bagaimana dengan Lewis Keseberg sendiri, yang sejak awal perjalanan mengukuhkan sosoknya sebagai sang tokoh antagonis? Ketika berada di gurun, ialah yang mengusir Hardkoop yang hanya ingin beristirahat di gerobaknya hingga iapun tewas. Saat James Reed terlibat perselisihan, ia jugalah yang memprovokasi anggota rombongan lainnya untuk membunuhnya. Berita-berita miring tentangnya pun bermunculan. Contohnya, konon para penyintas Donner Party pernah melihat seorang anak laki-laki pergi ke kabin dimana Lewis tinggal dimana iapun menerimanya dan bahkan berjanji memberikan makanan apabila ia “menghiburnya” (if you know what I mean). Namun keesokan harinya, mereka malah melihat mayat anak itu sudah terpotong-potong di kabinnya.


Jean Baptiste Trudeau, salah satu penyintas Donner Party yang terbuka dengan pengalaman kanibalisme yang terpaksa dijalaninya ketika terjebak dalam perjalanan terkutuknya

Gosip lain juga bermunculan bahwa Lewis lebih memilih makan daging manusia, bahkan setelah salju mencair pada bulan Maret (dimana ia masih terjebak di Danau Truckee). Padahal kala itu, musim semi sudah datang dan tak sulit baginya memperoleh makanan. Bahkan, muncul desas-desus lain bahwa semasa hidup, Lewis berperilaku abusif kepada anak dan istrinya.

Cerita-cerita itu mungkin saja adalah hanyalah karangan belaka untuk mensensasionalkan kisah tentang Donner Party. Ia sempat diadili atas pembunuhan Tamsen Donner, namun pengadilan kemudian membuktikan ia tak bersalah dan melepaskannya. Tak hanya itu, putri keluarga Donner yang berhasil selamat, yakni Eliza juga percaya bahwa Lewis sesungguhnya tak bersalah. Namun yang jelas, karena reputasinya terlanjur buruk, Lewis pada masa tuanya menjadi musuh masyarakat yang paling dibenci, bahkan hidup dikucilkan. Akan tetapi, tanpa mendapat sanksi sosial-pun, Lewis sebenarnya telah mendapatkan hukuman yang setimpal. Ia telah kehilangan istri dan anaknya selama-lamanya serta menghabiskan masa tuanya sendirian tanpa keluarga.

Kisah kanibalisme yang terjadi pada Donner Party menjadi catatan kelam masa kolonialisme ala “Wild Wild West” dalam sejarah Amerika. Namun ada satu lagi hal menarik lainnya yang bisa ditelusuri dari sejarah kelam ini. Konon, Abraham Lincoln, yang kala itu masih menjadi pengacara muda, seharusnya ikut bermigrasi dalam rombongan itu. Namun Mary Todd, istrinya, kala itu tengah hamil sehingga iapun memutuskan untuk tidak ikut. Beberapa saksi sejarah juga imenyatakan bahwa Mary Todd, yang berteman dengan keluarga Reed, sempat mengucapkan selamat tinggal dan melambaikan tangannya kala rombongan itu berangkat pergi.

Entah apa yang terjadi apabila Abraham Lincoln benar ikut dalam rombongan itu. Sebab Abraham, yang dikenal sebagai presiden AS kala Perang Saudara berkecamuk, memiliki andil besar dalam sejarah Amerika Serikat hingga bisa berdiri menjadi negara adidaya seperti ini. Apa yang terjadi apabila Abraham Lincoln benar ikut dalam perjalanan itu, akan gue kupas habis di artikel berikutnya.

SUMBER: WIKIPEDIA

SUMBER GAMBAR: WIKIPEDIAYOUTUBE

11 comments:

  1. Serem amat. Adalagi ga yg perjalanan ke gunung terus meninggal, hipotermia atau apapun. Kupas dong bang disini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada kok kasus lain yg pengen gw bahas. Tenang nanti akan gue kupas setajam singlet

      Delete
    2. Bang bahas juga Tragedi kapal Essex. Kapal pemburu paus yang tenggelam akibat diserang paus sperma dan para penumpangnya terpaksa melakukan kanibalisme untuk bertahan hidup ditengah laut.

      Delete
  2. Soal Abe, itu mungkin satu dari sekian banyak contoh butterfly effect.
    Artikelnya keren.

    ReplyDelete
  3. kak duluuu di banyuwangi ada pembantai namanya wiryo dia memengal sekitar 37 orang dan kasusnya disebut pembantaian banjarsari sempat membuat orang banyuwangi takut keluar dan mencekam dan kabarnya disangkutkan hal mistis bahas itu kak

    ReplyDelete
  4. ini ada wikipedia nya https://en.m.wikipedia.org/wiki/Banjarsari_massacre

    ReplyDelete
  5. Apa orang2 ini gak tau kalo kulit phon pinus bisa dimakan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo baca wikipedianya sih mrk makan itu juga but it ain't pringles either

      Delete
  6. Seketika merasa beruntung lahir di jaman modern, bukan di jaman wild wild West 😔

    ReplyDelete
  7. Kalo seandainya diadaptasi dari film bakal keren sih keknya, William jadi Protagonis tentunya.

    ReplyDelete
  8. Apa yang terjadi? Tidak ada, Amerika akan tetap menjadi Amerika yang kejam.

    ReplyDelete