Saturday, December 5, 2020

SHE'S NOT LUCKY: KISAH TRAGIS PARA RATU POP DUNIA


Hayoo  ada yang kenal nggak sama dia?

Banyak yang menganggap bahwa ketenaran dan kekayaan akan berujung pada kebahagiaan. Gue nggak menampiknya. Memang ada pepatah yang mengatakan bahwa “kekayaan tak mendatangkan kebahagiaan”, tapi ada pula yang berkilah, “Jika jadi orang kaya saja tidak bahagia, apalagi jadi orang miskin.” Ya, memang ada benarnya sih. Mungkin kalian menganggap para bintang-bintang pop di bawah ini, yang sudah sebegitu sukses digilai banyak penggemarnya dan juga menghasilkan banyak pundi-pundi uang, akan menikmati kehidupan penuh kebahagiaan.

Namun kenyataan justru sebaliknya. Kesuksesan yang mereka rasakan justru membawa mereka ke akhir tragis. Walaupun banyak dipuja, tapi tak ada seorangpun tahu apa yang ada di dalam hati manusia sesungguhnya. Jelas, materi tak membahagiakan mereka, bahkan membawa mereka ke jurang keputusasaan dan penderitaan.

Siapa sajakah para ratu pop yang bernasib tragis tersebut? Berikut ini adalah listnya.

DALIDA

Lahir dengan nama Iolanda Cristina Gigliotti, penyanyi kawakan ini lebih dikenal dengan nama Dalida. Memulai karirnya sejak 1950-an, selama 31 tahun ia berhasil merintis karir bernyanyi yang amat sukses di Prancis. Bahkan tak sedikit yang menjulukinya Ratu Pop Eropa. Ia juga telah berhasil menjual albumnya sebanyak 170 juta keping, sebuah prestasi yang jelas bukan main-main.

Dalida lahir di Kairo, Mesir dari keluarga imigran asal Italia. Diberkahi dengan kerupawanan dan kesempurnaan fisik, iapun menjajal peruntungannya dengan mengikuti ajang Miss Egypt. Keinginannya kala itu mendapat tentangan keras dari ibunya yang berpaham amat konsenvatif. Bahkan, ibunya kala itu memotong paksa rambut Dalida agar ia tak mengikuti ajang tersebut. Namun akhirnya Dalida berhasil meyakinkan keluarganya. Kala berkompetisi dengan kontestan lain, Dalida mengejutkan semua orang dengan berani mengenakan busana renang “two piece” sehingga mencengangkan para juri. Tentu saja, kala itu Mesir (seperti saat ini) adalah negara Muslim yang amatlah konservatif, sehingga apa yang ia lakukan tentu mengundang kontroversi dahsyat. Namun ia berhasil melenggang ke babak final, bahkan memenangkan ajang tersebut.

Dalida merasa bahwa karirnya akan lebih sukses jika ia hijrah ke Prancis. Maka pada tahun 1954, iapun pindah ke Paris. Tetangga pertamanya adalah Alain Delon, yang kemudian akan menjadi aktor Prancis terkenal sekaligus rekan duet Dalida. Sayang, di sana Dalida sulit mendapatkan tawaran modelling, hingga iapun beralih ke dunia tarik suara. Ia lalu dikenalkan dengan seorang pelatih vokal bernama Roland Berger. Kepribadian Dalida dan Roland yang sama-sama keras seringkali bertabrakan, sehingga Roland kerap berteriak apabila kualitas vokal Dalida tak memenuhi ekspetasinya. Hal ini dibalas Dalida dengan bentakan lain, lalu biasanya ia akan pergi sambil membanting pintu. Namun di kelas berikutnya, Dalida selalu saja datang kembali.

Kerja keras Dalida akhirnya membuahkan hasil. Single pertamanya yang berjudul “Bambino” langsung merajai tangga lagu Prancis pada 1957. Tak tanggung-tanggung, lagu tersebut memecahkan rekor dunia dengan duduk di posisi satu selama 39 minggu (hampir 9 bulan). Kepopularitasan Dalida pun meroket dalam semalam. Wanita-wanita di Prancis (yang tentunya gemar mengikuti mode) langsung meniru gaya make up Dalida. Para kaum Adam pun ikut terkesima dengan kecantikan dan gaya bernyanyi Dalida yang sensual.

Ketenaran Dalida mulai mewabah ke mancanegara, berkat trik unik yang dilakukannya. Kala itu, tak hanya bernyanyi dalam bahasa Prancis, ia juga menyanyikan lagunya ke dalam berbagai bahasa, sehingga iapun berhasil menaklukkan tangga lagu negara-negara lain. Contohnya pada tahun 1959, ia mereka, hits terbarunya "Le jour ou la pluie viendra" dalam tiga bahasa sekaligus. Versi Jermannya, "Am Tag als der Regen kam" langsung bercokol di puncak tangga lagu Jerman selama 10 minggu berturut-turut,

Kesuksesan demi kesuksesan terus menghinggapi karir Dalida hingga setiap lagu yang dikeluarkan senantiasa menjadi nomor satu, tak hanya di tangga lagu Prancis, namun juga tangga lagu Eropa. Salah satu lagu signaturenya adalah “Parole Parole” yang dinyanyikannya berduet bersama Alain Delon. Di tembang tersebut, Dalida menyanyi diiringi dialog dari Alain yang berisi kata-kata rayuan. Dalida kemudian menjawabnya dengan “Parole, Parole”, artinya “hanya kata-kata belaka”. Lagu inipun menjadi nomor satu tak hanya di Eropa, melainkan sampai ke Jepang dan Mexico. Lagu “Parole Parole” menjadi salah satu lagu Prancis paling terkenal, bahkan masuk ke dalam kosa kata masyarakat Prancis sehari-hari. Konon, kaum wanita jadi sering mengatakan “parole, parole” apabila mereka mendengar gombalan kaum lelaki.

Namun sayang, kesuksesan Dalida justru berakhir dengan teramat tragis. Setelah 31 tahun sukses berkarir di dunia musik, pada 3 Mei 1987, Dalida ditemukan tewas bunuh diri dengan menenggak barbiturat, sejenis obat tidur, hingga overdosis. Tak jauh dari jenazahnya, ditemukan catatan terakhirnya yang berbunyi:

"La vie m'est insupportable. Pardonnez-moi."

Hidupku sudah tak tertahankan lagi. Maafkan aku.”

Namun apa yang mendorong Dalida, yang sudah begitu sukses, untuk mengakhiri hidupnya sendiri? Melihat ketenaran dan hidupnya yang bergelimpangan harta duniawi, tentu kita otomatis menganggap hidupnya pasti penuh kebahagiaan. Namun kenyataannya justru jauh dari itu. Kehidupan pribadinya, terutama dalam hal percintaan, ternyata tak semulus karirnya sebagai penyanyi. Bahkan, ia mengalami banyak nasib buruk dan tragedi semasa hidupnya, sedari kecil.

Pada masa kanak-kanaknya, Dalida awalnya hidup bahagia bersama kedua orang tuanya. Kala itu, ia mengingat ayahnya sebagai pria yang amat penyayang. Namun semua berubah ketika pada 1940 berkecamuk Perang Dunia II dan ayahnya dibawa ke sebuah kamp konsentrasi. Entah penderitaan macam apa yang ia terima di sana, begitu pulang, sikap ayahnya berubah 180 derajat. Ayah Dalida tiba-tiba menjadi pemarah dan suka memukuli istri dan anak-anaknya. Hal tersebut membuat masa kecil Dalida terasa seperti neraka, hingga akhirnya sang ayah meninggal saat Dalida berumur 12 tahun.

Kisah cintanya pun tak kalah tragis. Pada 1967, ia memadu kasih dengan seorang pencipta lagu asal Italia bernama Luigi Tenco. Bahkan, Dalida membawakan lagu ciptaannya, yakni "Ciao amore ciao" di sebuah ajang musik bernama Sanremo Festival Sayang, lagu tersebut kalah dan membuat Luigi menjadi depresi. Pada 27 Januari 1967, Luigi kemudian ditemukan bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri. Tragisnya, Dalida-lah yang pertama kali menemukan mayatnya.

Naasnya lagi, kala itu mereka berdua tengah bertunangan dan tinggal menghitung hari pernikahan mereka.

Peristiwa itu membuat Dalida amat depresi hingga sebulan kemudian, Dalida terpaksa tampil kembali ke publik, masih dengan perasaan berduka, dengan menggunakan gaun yang sama dengan yang ia kenakan saat menemukan mayat tunangannya. Setelah itu, Dalida ditemukan hampir meninggal karena mencoba bunuh diri di kamar hotelnya. Ia sempat koma selama 5 hari, namun akhirnya berhasil selamat.

Dalida kemudian mencoba meneruskan karirnya, namun nampaknya kebahagiaan masihlah enggan hinggap ke dalam hidupnya. Dalida sempat mencicipi secercah kebahagiaan ketika ia berhubungan asmara dengan aktor Prancis berparas tampan bernama Richard Chanfray. Namun mereka kemudian putus pada 1981. Tak lama setelah itu, Richard juga ditemukan bunuh diri, meninggalkan luka mendalam dan penyesalan yang menyayat hati Dalida. Depresi demi depresi menghinggapinya hingga ia merilis salah satu lagunya yang berjudul “Je Suis Malade” (aku sedang sakit) yang sebenarnya mengisyaratkan kondisi mentalnya yang makin melemah.

Namun nasib tragisnya tetap tak menghapus kekaguman rakyat Prancis akan karirnya. Pada 2003, ketika diminta untuk memilih "Greatest Singer of the Century", rakyat Prancis memilih Madonna, Celine Dion, dan Dalida. Walaupun Dalida ada di posisi 3, namun perlu diingat bahwa Dalida adalah satu-satunya penyanyi asal Prancis di list ini, sehingga Dalida masihlah menjadi penyanyi Prancis favorit warganya.

SUMBER: WIKIPEDIA


SELENA

Nama Selena mungkin masihlah asing bagi kalian karena artis ini meraih puncak kesuksesannya pada 1990-an. Selena merupakan penyanyi Latin asal Texas, America Serikat dimana karena darah Meksikonya, dia disebut-sebut dengan “Madonna-nya Mexico”. Pada puncak kesuksesannya, Selena berhasil meraih Grammy Award pada 1994 dan albumnya telah terjual sebanyak 30 juta keping di seluruh dunia.

Sayang, karir Selena yang barulah dimulai, justru berakhir dengan teramat tragis. Kala itu, Selena memiliki manajer, yang juga merangkap sahabatnya, bernama Yolanda Saldívar. Selena menaruh kepercayaan besar pada Yolanda hingga memasrahinya mengurus fans club dan juga butiknya (mengingat Selena juga icon fashion Latin kala itu). Namun orang-orang terdekat Selena, termasuk para pegawai butik, mulai mengeluhkan perilaku Yolanda.

Puncaknya ketika ayah Selena menerima telepon dari para penggemar Selena yang mengaku bahwa mereka telah membayar untuk ikut keanggotaan fans club Selena, namun tak memperoleh apapun sebagai imbalan. Ayah Selena kemudian menyelidikinya dan membongkar bahwa Yolanda ternyata telah menggelapkan lebih dari 30 ribu dolar (sekitar 424 juta rupiah) dari fans club dan butik Selena.

Pada 31 Maret 1995, tragedi akhirnya mengejawantah menjadi klimaks tak terelakkan. Sebelum salah satu konsernya, Selena akhirnya mengkonfrontasi manajernya itu dan menuntut Yolanda menunjukkan buku keuangan mereka. Hal ini rupanya membuat Yolanda kalap hingga iapun melakukan hal yang tak terbayangkan. Ia mengeluarkan senhata api dan menembak Selena. Walaupun terluka parah, Selena masih mampu berlari ke lobi dan meminta tolong, meninggalkan jejak darah di lantai. Iapun segera dilarikan ke rumah sakit, namun sayang nyawanya tak tertolong. Tragisnya lagi, kala itu banyak penggemar Selena yang menantinya di luar hotel, menyaksikan sendiri kematian idola mereka itu serta menangisinya.

Bagaimana dengan nasib Yolanda sendiri? Melihat polisi mengepungnya, Yolanda sempat mengarahkan pistolnya ke dirinya sendiri, hendak mengakhiri hidupnya. Namun pihak berwajib berhasil meyakinkannya dan iapun menyerah. Ia kini dijatuhi hukuman seumur hidupnya atas perbuatannya itu.

Kematian selena membuat gempar dunia pop kala itu. Bagi kaum minoritas keturunan Mexico di Amerika, kehadirannya sebagai ratu pop Latin membuatnya dianggap sebagai seorang pahlawan. Tak heran, dua minggu selepas kematiannya yang mendadak dan tragis, George W. Bush yang kala itu adalah gubernur Texas, mencanangkan tanggal ulang tahun Selena, yakni 16 April sebagai “Hari Selena”. Nama “Selena” juga menjadi nama favorit bagi orang tua keturunan Latin di Amerika sebagai nama anak perempuan mereka. Uniknya, pada 22 Juli 1992, sepasang orang tua bermarga Gomez di Texas kemudian memberi nama buah hati mereka yang baru lahir dengan nama penyanyi favorit itu, Selena, yang kemudian tumbuh menjadi penyanyi pop millenials terkenal, Selena Gomez.

SUMBER: WIKIPEDIA


CHRISTINA GRIMMIE

Artis pop lain yang bernasib tragis di usianya yang masih muda adalah Christina Grimmie. Christina mengawali karirnya lewat YouTube, dimana ia sering mengcover lagu-lagu dari artis terkenal, seperti Nelly dan Miley Cyrus (bukan yang ketangkep polisi terus bingung mau dimasukin penjara khusus cowok apa cewek itu lho). Tak ia sangka, kemampuan vokal Christina membuatnya dikagumi dan popularitasnya mulai merangkak naik. Pada 2014, ia memberanikan diri mengikuti ajang “The Voice” dimana ia berhasil masuk ke semi final dan meraih juara ketiga. Namun walaupun tidak memenangkan ajang tersebut, Christina tetap mendapatkan tawaran rekaman dari label milik Adam Levine, salah satu juri dari acara tersebut.

Sayang, sebelum Christina meraih puncak kesuksesan, tragedi keburu menimpanya. Pada 10 Juni 2016, ia mengadakan jumpa fans setelah konsernya di Plaza Live, Orlando, Florida. Penampilan terakhirnya di depan publik itu berujung tragedi ketika sekitar pukul 10.30 malam, seorang pria berusia 27 tahun bernama Kevin James Loibl mendekati Christina dan menembaknya hingga tewas. Ironisnya, kala itu Christina tengah membuka tangannya, hendak memeluk penggemarnya itu. Setelah membunuh Christina, Kevin kemudian bunuh diri dengan senjata yang sama yang dipakainya untuk membunuh idolanya itu.

Namun apa alasan Kevin melakukan hal tersebut, padahal itu kali pertama mereka bertemu? Ternyata Kevin amat terobsesi dengan Christina setelah melihat penampilannya di dunia maya. Demi menarik perhatian Christina, Kevin sampai rela menurunkan berat badannya bahkan melakukan operasi. Obsesi itu berubah menjadi hasrat untuk membunuh ketika ia tak ingin Christina “dimiliki oleh siapapun selain dirinya” dan mendorongnya untuk membunuhnya. Jelas, pemuda itu memiliki kelainan mental.

Kematian Christina yang tragis dan mendadak tentu membuat siapapun bersedih. Adam Levine, yang sempat mengangkat karir Christina, bahkan membiayai seluruh biaya pemakamannya untuk membantu keluarga Christina yang tengah berduka. Kematian Christina bukan hanya akibat perbuatan fanatik penggemarnya, namun juga karena kelalaian pihak pengelola venue. Kala itu, pihak pengelola Plaza dimana Christina mengadakan jumpa fans, gagal memeriksa barang bawaan Kevin sehingga membiarkannya masuk dengan membawa senjata api. Padahal, keamanan kala itu terbilang ketat, bahkan menyita makanan dan minuman yang dibawa para fans dari luar. Kematian Christina juga disebabkan oleh lemahnya hukum kepemilikan senjata api di Amerika. Buktinya, hanya semalam setelah kematian Christina, sebuah penembakan massal lain kembali terjadi di bar Pulse, tak jauh dari dimana Christina tertembak dan menewaskan 49 orang.

Sayang, nyawa Christina terenggut begitu cepat di kala kepopulerannya tengah naik. Jika saja dia masih hidup, entah prestasi apakah yang berhasil diraihnya kini. Namun apa boleh buat, tak ada yang bisa menolak ketika takdir sudah berkehendak.

SUMBER: WIKIPEDIA


BRITNEY SPEARS

Kesuksesan Britney pada akhir 90-an an awal 2000-an membuatnya dijuluki sebagai “Princess of Pop” (dua penyanyi lainnya yang menyandang gelar serupa hanyalah Michael Jackson sebagai “King of Pop” dan Madonna sebagai “Queen of Pop”). Dengan 100 juta keping album berhasil dijualnya selama karirnya tentu kita menganggap hidupnya akan bahagia. Tapi benarkah?

Britney mengawali karirnya sebagai bintang cilik Disney dengan bermain di “The Mickey Mouse Club” bersama Christina Aguilera, Justin Timberlake, dan Ryan Gosling. Pada 1999, pada usia 19 tahun, ia sudah mencetak prestasi dimana albumnya “Baby One More Time” terjual sebanyak 25 juta kopi. Album berikutnya, “Oops!... I Did It Again” pada tahun 2000 terjual 20 juta keping. Kedua album tersebut membuatnya menjadi penyanyi remaja tersukses sepanjang sejarah, sebuah rekor hingga kini tak bisa disaingi siapapun.

Namun pada album ketiganya, Britney mengubah total imagenya dari gadis remaja yang “innocent” menjadi lebih liar dan vulgar lewat penampilannya di video klip kontroversial "I'm a Slave 4 U". Tak heran, karena kesuksesannya di bidang musik, publik pun mulai penasaran dengan kehidupan pribadinya sebagai selebriti papan atas, sehingga paparazi mulai mengejar-ngejarnya.

Pada tahun 2004, Britney menikah dengan seorang penari bernama Kevin Federline dan bisa dikatakan, di sinilah titik balik hidupnya. Hidupnya tak sepenuhnya bahagia sebab Kevin sendiri memiliki latar belakang sebagai pria tak setia. Tercatat, demi menikahi Britney, Kevin tega meninggalkan kekasihnya yang kala itu tengah mengandung anak kedua mereka. Dari pernikahan itu, Britney dikaruniai dua orang anak.

Namun pada tahun 2007, tragedi demi tragedi datang silih berganti menimpa kehidupan Britney. Bibinya yang semenjak kecil begitu dekat dengan Britney, bahkan dianggapnya sebagai ibunya sendiri, meninggal karena kanker. Ia kemudian juga bercerai dengan suaminya, bahkan kehilangan hak asuh atas kedua anak kandungnya sendiri. Tak hanya itu, Britney juga tengah mengalami ketergantungan pada obat terlarang dan masuk panti rehabilitasi.

Di tengah depresinya, publik dikejutkan dengan perilaku Britney mencukur habis semua rambutnya hingga botak, lalu berlarian bak orang tak waras di pertokoan Los Angeles. Dalam semalam, imej Britney sebagai Putri Pop yang penuh keglamoran, berubah menjadi sosok dengan mental tak stabil. Akibat perilakunya tersebut, Britney bahkan sempat dijebloskan ke rumah sakit jiwa.

Di tengah kestressannya, Britney membuat heboh publik dengan penampilan gundulnya, bahkan membuat banyak pihak meragukan kewarasannya

Tahun berikutnya, 2008, Britney sudah mulai bisa mengatasi kecanduannya pada narkoba. Tahun tersebut juga seharusnya menjadi timing yang tepat untuk “comeback” Britney setelah imejnya sebagai Putri Pop hancur tahun lalu. Namun takdir berkata lain. Penampilannya di ajang MTV Video Music Award pada tahun tersebut justru membuat banyak orang meragukan kestabilan mental Britney, sebab ia tampil bak orang “teler” saat membawakan lagunya di atas panggung, bahkan nyaris dua kali hampir kehilangan keseimbangan saat beraksi di atas pentas.

Semenjak itu, Britney masihlah menelurkan hits-hits yang bisa dibilang cukup sukses. Namun tetap saja, kepopulerannya sudahlah tak segemilang dulu, dimana ia dipuja dan digilai banyak remaja. Bahkan, tak sedikit yang ingin menjadi dirinya. Namun sayang, kenyataan ternyata jauh berbeda dengan dunia “mimpi” para superstar pop.

Namun kenapa, Britney yang menjadi salah satu artis tersukses di dunia hingga berhasil menjual 100 juta keping albumnya, akhirnya mengalami nasib naas seperti itu? Seperti sudah gue singgung di awal, kepopuleran dan kekayaan bukanlah jaminan hidup seseorang akan bahagia. Justru kesuksesan Britney pada usia belia malah menjadi “petaka” bagi dirinya. Semenjak menjadi bintang sejak usia dini, orang-orang di sekitarnya seolah “memanfaatkannya” demi meraup lebih banyak pundi-pundi uang, tak terkecuali orang tuanya sendiri.

Masa kecil Britney juga jauh dari kata bahagia. Ayahnya kala itu adalah pecandu minuman keras dan pertengkaran demi pertengkaran antara kedua orang tuanya seolah tak terhindarkan. Ketika mereka bercerai, satu-satunya orang yang saat itu bisa menghibur Britney dan memberikan kasih sayang layaknya orang tua adalah bibinya sendiri. Oleh karena itu, mental Britney langsung drop ketika bibinya tersebut meninggal. Duka yang tak berkesudahan itu membuatnya mencari pelarian lain, yakni obat-obatan terlarang.

Faktor lain juga berpengaruh pada kejatuhan mental Britney, yakni depresi post partum, yakni depresi yang biasanya dialami oleh ibu pasca-melahirkan. Kala itu, setelah kelahiran anak keduanya, Britney mengalami depresi tersebut. Namun alih-alih mendapat dukungan dari suaminya, Kevin malah sibuk berpesta semalam suntuk dan mengabaikan Britney, sehingga istrinya itupun semakin terpuruk dan merasa ditinggalkan. Satu-satunya yang bisa membuatnya bahagia kala itu hanyalah kedua anaknya. Namun lagi-lagi, secercah kebahagiaan itupun direnggut ketika hakim memutuskan bahwa hak asuh kedua anaknya jatuh pada sang suami pasca perceraian mereka.

Entah mengapa, semua yang terjadi dalam kehidupan Britney, justru serupa dengan lirik salah satu hits-nya yang ia keluarkan pada tahun 2000-an, di puncak kesuksesannya. Lagu tersebut berjudul “Lucky”

She's so lucky

She's a star

But she cried cried cried in her lonely heart, thinking

If there's something missing in my life

Then why do this tears come at night

SUMBER: WIKIPEDIA

7 comments:

  1. Jdi inget marshanda

    ReplyDelete
  2. Sebenarnya britney spears itu cuma cari2 berita aja mungkin bang, biar dia promosi single atau album terbaru nya waktu itu. Tapi gagal. Single duet ama rapper iggy azalea ga sukses, kenapa ga pesen lagu aja ama max martin atau melly goeslaw aja lagi. Biar naik lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya menurut gw prgw pribadi sih britney terkenal krn sensasi aja, dr segi suara sih masih kalah ama christina aguilera dan penyanyi2 lain. Tapi ya kisah hidupnya emang sedih sih.

      Wah ga bisa bayangin kalo Britney nanti nyanyi pop mellow melayu wkwkwk

      Delete
    2. Jujur lagu britney emang enak2. Walaupun suaranya biasa aja. Cuman sekarang2 kok ga ada hits yg bagus dari dia

      Delete
  3. Jadi, apa itu definisi bahagia? 🙄

    ReplyDelete
  4. Kalo aku baca2 sih baby voice (suara khas britney pas nyanyi) itu sengaja dibikin gitu, padahal suara aslinya pas masih di mickey mouse club mirip kayak christina aguilera. Itu yg bikin dia terkenal, tapi di salah satu video livenya keliatan dia sulit nyembunyiin suara aslinya pake baby voice itu.
    Mungkin semakin tua britney, banyak yg nganggep baby voicenya udah gak cocok lagi sama umurnya? Cuma pendapatku pribadi sih.

    ReplyDelete