Tuesday, June 1, 2021

KASUS SCOTT LEE PETERSON: SANG PEMBANTAI ISTRI ATAUKAH KORBAN TAK BERDOSA?

Kasus Chris Watts pastilah sudah tak asing lagi, namun bagaimana dengan nama ini: Scott Peterson? Identitasnya mungkin masih asing untuk kalian (kecuali kalian fans berat kasus kriminal), apalagi kasusnya yang menimpanya terjadi hampir 20 tahun yang lalu. Akan tetapi di Amerika sana, dimana kasusnya pernah menjadi perbincangan publik, namanya lekat dengan status berikut: seorang suami pembunuh istri. Bahkan di masa depan, ketika kasus-kasus yang sama terjadi dimana nyawa istri melayang di tangan suaminya sendiri, mereka disebut sebagai “another Scott Peterson” atau “Scott Peterson yang lain”.

But here’s the twist, ada dua kemungkinan yang masih menggelayuti kasus ini, walaupun persidangannya sudah kelar hampir dua dasawarsa lalu, yakni bahwa Scott, dengan keji memang benar-benar menghabisi nyawa istrinya atau kemungkinan kedua, bahwa Scott sebenarnya tak bersalah dan semua yang menimpanya sesungguhnya merupakan bias pengadilan yang memvonisnya bersalah tanpa satupun bukti konkret.

Silakan kalian simpulkan sendiri yang mana, setelah kalian mengikuti pembahasan gue tentang Scott Peterson di Dark Case kali ini.

Di kota San Diego inilah Chris Peterson menghabiskan masa mudanya


Kasus 
Scott Peterson benar-benar menghebohkan daratan Amerika Serikat pada awal ahun 2000-an hingga kala itu banyak orang yang menyela pekerjaan mereka demi menyaksikan secara langsung persidangannya yang ditayangkan di televisi. Banyak di antara menanti-nanti jawaban, apakah Scott benar-benar membunuh istrinya, ataukah semua itu hanya tuduhan palsu semata?

Mari kita flashback sejenak. Kasus ini terjadi di California dimana pada 1972, Scott Peterson lahir di keluarga sederhana di San Diego. Semenjak kecil, Scott bercita-cita menjadi seorang pemain golf profesional, saking cintanya dia pada cabang olahraga tersebut. Idolanya adalah pemain golf terkenal kala itu, Phil Mickelson. Bahkan, Scott tak main-main mengejar cita-citanya itu hingga pada usia remaja, ia meraih predikat sebagai salah satu pemain golf junior terbaik di San Diego.

Scott juga dikenal amat ambisius. Pada 1990, Scott memutuskan kuliah di Arizona State University, kampus yang sama dimana idolanya, Phil, pernah menimba ilmu. Namun sebuah skandal yang terungkap kala itu membuat mimpinya kandas di tengah jalan. 

Kala itu saingan berat Scott adalah seorang pegolf muda berbakat bernama Chris Couch yang meraih predikat juara 1 nasional. Scott berteman dengan Chris karena mereka berasal dari satu almamater yang sama. Namun ayah Chris menentang pertemanan itu, bahkan melaporkan Scott ke pelatih tim golf mereka hingga menyebabkan Scott dikeluarkan dari tim tersebut. Penyebabnya? Rupanya Scott mengajak Chris untuk mabuk-mabukan dan main perempuan, menyebabkannya gagal konsen dalam bermain golf. Ayah Chris curiga, Scott sengaja menyabotase putranya itu agar bisa mengalahkannya dan merebut gelarnya.

Dikeluarkan dari tim tak menciutkan nyali Scott. Iapun pindah ke California Polytechnic State University dimana ia dikenal sebagai mahasiswa teladan. Ketika kuliah di sana, Scott bekerja sampingan di sebuah restoran dimana salah satu pelanggan tetap restoran tersebut adalah seorang gadis cantik bernama Laci Denise Rocha. Ketika melihat Scott tengah melayani tamu, justru Laci-lah yang terpesona, bahkan mengambil langkah pertama dengan memberikan nomer teleponnya kepada pemuda itu. Bahkan, setelah berjumpa dengan Scott. Laci kemudian langsung memberitahu ibunya bahwa ia sudah menemukan pria yang akan ia nikahi.

Kisah cinta Laci dan Peter memang bak kisah negeri dongeng, namun akankah berakhir bahagia?

Pertemuannya dengan Laci juga mengubah hidup Scott. Bahkan ia membuang mimpinya menjadi pemain golf profesional demi meraih karir yang lebih mapan di bidang bisnis, semua untuk mempersiapkan rumah tangganya dengan gadis itu. Pada 1997, setelah Laci akhirnya wisuda, mereka berduapun menikah.

Namun kisah Laci dan Scott bukanlah kisah romantis dari negeri dongeng yang senantiasa bahagia. Bahkan dalam tahun pertama pernikahannya, Scott (yang kala itu masih berusaha menyelesaikan kuliahnya, sementara istrinya sibuk bekerja menafkahi mereka berdua) justru terlibat perselingkuhan dengan perempuan lain. Tak hanya satu, namun dua.

Pada tahun 2000, pasangan tersebut pindah ke kota kelahiran Laci, yakni Modesto dan membeli rumah di sana. Scott mendapat pekerjaan mapan sebagai sales sebuah perusahaan pupuk yang membuatnya menerima gaji sekitar 5.000 dolar (sekitar 72 juta rupiah) per bulan dan pada 2002, Laci mengumumkan pada keluarganya bahwa ia tengah hamil. Setelah mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya adalah laki-laki, iapun berniat menamainya Connor. Everything sounds perfect, right?

Namun seperti kata gue tadi, kisah mereka bukanlah cerita indah dari negeri dongeng. And it will end tragically.

Pada bulan November 2002, ketika Laci tengah hamil 7 bulan, Scott berkenalan dengan seorang terapis pijat bernama Amber Frey (bukan yang suka ee di kasur itu lho ya). Celakanya, ketika berkenalan dengan terapis cantik yang bahenol itu, Scott mengaku sebagai bujangan dan keduanya pun mulai berkencan dan menjadlin hubungan romantis. Perselingkuhan inipun berujung bencana ketika pada sehari sebelum Natal, pada 24 Desember 2002, Scott melaporkan pada polisi bahwa istrinya, Laci, menghilang.

Peter dan sang selingkuhannya, Amber Frey

Scott mengaku bahwa terakhir kali ia melihat istrinya adalah pada jam 9.30 pagi ketika ia hendak berangkat memancing di marina. Ia mengatakan bahwa ia melihat Laci tengah menonton sebuah acara memasak, namun hari itu berencana melakukan pekerjaan rumah tangga, memanggang kue, dan mengajak jalan-jalan anjing mereka ke taman terdekat. Scott kemudian mengatakan bahwa ketika ia pulang dari memancing, ia menemukan rumah mereka kosong, sementara anjing mereka yang seharusnya berada di dalam rumah, malah ia temukan berada di halaman belakang. Ia tak menemukan Laci di manapun, namun mobil miliknya masih terparkir di rumah mereka. Scott juga mengaku bahwa sepulang dari memancing ia langsung mandi dan mencuci semua bajunya karena tubuhnya basah sehabis dari marina (fakta ini akan penting nantinya).

Peterson mengaku bahwa ia menunggu istrinya sampai jam 5 sore dan ketika ia tak kunjung pulang, iapun memberitahu keluarga istrinya dimana mereka segera memanggil polisi. Tentu seorang wanita yang berpergian hingga sore bukanlah hal yang aneh, namun masalahnya Laci tengah hamil tua dan sama sekali tak mengabari suami dan keluarganya dimana ia berada sekarang.

Dua detektif bernama Jon Buehler dan Allen Brocchini kemudian segera menyelidiki kasus ini. Ketika mereka menggeledah kediaman pasangan Peterson untuk mencari barbuk alias barang bukti, mereka segera menemukan keanehan. Pertama, kunci mobil serta dompet milik Laci ditemukan di dalam tasnya, masih tersimpan rapi di dalam lemari. Ini menunjukkan bahwa Laci tak mungkin pergi dengan kehendaknya sendiri. Jika tidak, maka ia pasti membawa paling tidak dompetnya, jika ia hendak berpergian. Kedua, mereka menemukan sebuah buku telepon (ini masih zaman tahun 2000-an ya dimana handphone masih jarang dan orang-orang biasa mencari nomor telepon di dalam buku tebel yang namanya Yellow Pages, berisi nomor telepon seantero kota). Kala itu, halaman Yellow Pages itu terbuka tepat di satu halaman penuh iklan pengacara, seolah-olah Scott tengah membutuhkannya demi membela diri.

Ketika dua detektif itu menanyai sang suami, keanehan ketiga menyeruak. Sikap dan postur Scott kala itu amatlah tenang, berbeda drastis dengan reaksi keluarga Laci yang amat panik mendengar wanita itu menghilang.

Walaupun kala itu belum ada bukti, namun Laci Peterson diduga kuat meregang nyawa di tangan suaminya

Kasus menghilangnya Laci Peterson menarik perhatian publik, apalagi ditambah fakta bahwa ia tengah mengandung yang makin membuat publik menjadi iba. Salah satu yang membacanya adalah Amber Frey, wanita selingkuhan Scott. Amber kemudian datang ke polisi, mengaku bahwa pertama kali berkenalan dengan Scott, pria itu mengaku belum menikah. Namun pada 9 Desember 2002, Amber akhirnya mengetahui segalanya dan mengkonfrontasi Scott. Namun jawaban Scott sungguh aneh, bahwa “ia telah kehilangan istrinya” dan “ini akan menjadi liburan pertamanya [ingat insiden ini terjadi sebelum liburan Natal] tanpa istrinya”.

Yang membuat bergidik, pernyataan itu dilontarkannya sekitar 2 minggu sebelum istrinya benar-benar menghilang.

Sejak awal publik memang sudah menaruh curiga akan Scott sebagai dalang dibaliknya menghilangnya sang istri serta jabang bayi dalam perutnya. Namun keluarga Laci sendiri membela mati-matian Scott itu karena menganggapnya sebagai “menantu yang sempurna”. Begitu kasus perselingkuhan Scott dengan Amber terungkap, maka tak mengherankan jika keluarga Laci amat kecewa dan menarik semua dukungan dan pembelaan mereka terhadap Scott.

Kasus Scott dan Laci Peterson menemui babak baru yang teramat tragis ketika pada 13 April 2003, seorang pasangan yang tengah membawa anjing mereka jalan-jalan di Teluk San Francisco secara tak sengaja mendapati sebuah penemuan yang amat mengerikan.

Mayat seorang bayi yang telah membusuk dengan tali pusar masih menempel di tubuhnya.

Sehari kemudian, penemuan lain yang tak kalah mengerikan terjadi, yakni torso (bagian tubuh atas) seorang wanita di lokasi yang hampir berdekatan. Mayat tersebut membusuk hingga sudah tak mampi dikenali, namun yang jelas, mayat itu adalah seorang perempuan yang dulunya tengah hamil saat meninggal, sebab mengenakan “maternity bra” yang hanya dikenakan wanita yang sedang mengandung.

Beberapa hari kemudian, tes DNA menyatakan bahwa tubuh yang ditemukan tersebut benar adalah Laci Peterson dan putranya, Connor. Doktor yang mengotopsi mereka menyatakan bahwa janin tersebut “terlempar” dari rahim ibunya akibat proses pembusukan jenazah ibunya yang menghasilkan gas (sebuah peristiwa yang disebut “coffin birth”).

Scott saat di persidangan

Penemuan jenazah Laci seakan cukup bagi polisi untuk segera menangkap Scott, suaminya pada 18 April 2003. Kecurigaan mereka juga semakin terabsahkan ketika mereka melihat Scott telah mewarnai rambutnya menjadi pirang dan mobilnya kini dipenuhi dengan pakaian, peralatan kemping, uang tunai, dan empat buah telepon genggam, seakan-akan ia hendak kabur dan “menyamar” untuk menghilangkan jejak. Tak hanya itu, ia juga diketahui membawa kartu SIM kakaknya yang fotonya mirip dengannya, mungkin demi mengelabui polisi apabila ia tertangkap di tengah pelariannya.

Pengacara yang disewa Scott segera memberikan pembelaan bahwa ada kemungkinan orang lain menculik Laci, membunuhnya, dan membuangnya di teluk San Francisco, dimana mayatnya kemudian ditemukan. Namun penemuan satu bukti lagi membuat Scott tak mampu berkutik: di kapal Scott yang digunakannya memancing pada hari dimana istrinya menghilang, tersangkut sehelai rambut yang memiliki DNA yang sama dengan Laci.

Hal ini tentu memancing kecurigaan bahwa pada hari tersebut, Scott membunuh Laci, lalu pergi ke teluk, bukan untuk memancing, melainkan untuk membuang mayat istrinya di sana. Apalagi Scott mengaku, sehabis ia “memancing” dari marina, ia langsung mandi dan mencuci pakaiannya, suatu tindakan yang dianggap oleh pihak investigator sebagai langkah untuk melenyapkan semua barang bukti.

Kasus perselingkuhannya dengan Amber dan juga kenyataan bahwa Scott hendak kabur juga tak membuat publik bersimpati pada sang suami, sehingga semua matapun tertuju padanya. Wajahnya kini sudah terpatri di benak publik sebagai “pria tak setia” yang punya seribu alasan untuk membantai istrinya sendiri. Seakan belum cukup, terkuak fakta mencengangkan lain yang makin memberatkan Scott; yakni sebagai suami dan ahli waris Laci, ia berhak mendapat uang asuransi sebanyak $250,000 (senilai lebih dari 3,6 miliar rupiah) atas kematian istrinya itu.

Pihak jaksa penuntut berpendapat bahwa Scott ingin menjadi “single” kembali, namun tentu saja hal itu takkan mudah terjadi sebab istrinya saja tengah mengandung, sehingga iapun melakukan hal tak terpikirkan sebelumnya: menghabisi istri dan janin yang dikandungnya supaya ia bisa “bebas” kembali. Lagipula tak ada yang menyanggah, uang asuransi yang sedemikian banyak itu juga menjadi alasan menggiurkan bagi Scott untuk menyingkirkan istrinya.

Tak sulit menebak apa hasil keputusan pengadilan melihat semua yang terpampang di depan mata. Pada 16 Maret 2003, hakim akhirnya menjatuhkan vonis hukuman mati pada Scott yang dikenal di mata warga Amerika sebagai “sang penjagal istri”.

Sosok Scott Peterson memang membuat wanita-wanita mabuk kepayang, namun benarkah ia adalah seorang pembunuh kejam?

Namun seperti yang gue ungkapnya di awal, masih ada satu keganjilan tersisa dari kasus ini. Ada kemungkinan, walaupun setitik, bahwa sebejat apapun moral Scott, bukan ia-lah yang membunuh istrinya. Bagaimana jika benar ia memancing pada suatu hari, lalu ketika pulang tak bisa menemukan istrinya? Ada satu fakta yang melandasi teori tersebut, bahwa sepanjang proses penyelidikan, tak ada satupun bukti konkret bahwa Scott-lah yang membunuh istrinya. Tak ada bercak darah, tak ada senjata pembunuhan, tak ada sidik jari; semua hanya berdasarkan dugaan.

Hanya satu bukti yang benar-benar memberatkan Scott, yakni rambut istrinya yang ditemukan di kapalnya. Namun bukanlah kapal itu milik keluarganya? Bukan mustahil kan jika ia pernah mengajak istrinya ke kapalnya itu dan tanpa sengaja rambutnya tersangkut di situ? Namun, karena opini publik akan Scott sudah sedemikian buruk (terutama karena perselingkuhannya dengan Amber) maka iapun diputus bersalah. Ada pula saksi mata (yang diabaikan di pengadilan) yang melihat Laci masih hidup ketika Scott meninggalkan rumah. Saksi mata lain mengatakan bahwa tepat di seberang kediaman Laci dan Scott, terjadi sebuah perampokan, tepat pada pagi sebelum Laci lenyap. Ada kemungkinan Laci menyaksikan perampokan itu dan para perampok itulah yang bertanggung jawab atas kematian Laci demi menyingkirkan satu-satunya saksi mata mereka.

Ada satu fakta lagi bahwa hingga kini, bahkan setelah dipenjara sekalipun, Scott masih bersikeras bahwa ia tak bersalah.

Tak ada yang meragukan sosok Scott Peterson sebagai suami tak berakhlak yang tega menyelingkuhi istrinya kala ia tengah mengandung anaknya sendiri, namun apa benar ia adalah pembunuh?

Pada 24 Agustus 2020 baru-baru ini, pengadilan California membatalkan hukuman mati atas Scott dan menggantinya menjadi hukuman seumur hidup, atas dasar “bias” yang terjadi dalam proses pengadilan kala itu. Namun perkembangan apa lagi yang akan terjadi dalam kasus ini, kita hanya bisa menunggunya dan membiarkan waktu menjawabnya.

Uniknya, pada 2018 kasus yang hampir sama terjadi, dimana seorang suami membunuh istrinya sendiri yang tengah hamil. Kalian mungkin tak asing dengan kasus itu karena sudah sering gue kupas dan update, yakni kasus yang menimpa Chris Watts. Bahkan, selingkuhan Chris Watts kala itu, Nichol Kessinger, setelah mendengar kematian istri yang menjadi saingannya itu, konon langsung membrowsing satu hal di laman pencarian Google: 

“Apakah orang-orang membenci Amber Frey?”

SUMBER: WIKIPEDIA


A VERY SPECIAL THANKS TO:

Maulii Za 

Aulia Pratama Putri 

별처럼 다 우리 빛나  

Sinyo Kulik 

PJ Metlit  

Merry Lim  

Ananda Nur Fathur Rohman Prast  

Adhitya Sucipto  

Ciepha Ummi 


SPECIAL THANKS TO ALL MY SUPPORTER LAST APRIL: 

Utami, Popy Saputri . Jelita Jasmine . Adhitya Sucipto , Rahadian Pratama Putra , Marwah , Elliot Beilschmidt , Ilmiyatun Ainul Qolbi , Fitriani , Aly Fikri , Albian Ocot , Jeremy Yoppi , Steven Alexandro . Junwesdy Sinaga , Johanna Zj , Ahmad Ikhsan , Singgih Nugraha , Rahadian Pratama Putra , Radinda , Kinare Amarill , Maulii Za , Rara , Sharnila Ilha , Victria Tan , Ali Hutapea,  . Keny Leon , Rose , Marcella F . Tieya Aulia , Marwah , Dana Xylin , Paramita , Amelia Suci Wulandari , Rivandy , Syahfitri , Dyah Ayu Andita Kumala , Fitriani , Ilmiyatun Ainul Qolbi , dan Riani Azhafa 

8 comments:

  1. Yang suka rek di kasur siapa dah? Kudet aing ih 😞

    Trus si Nichol gada akhlak anjim malah searching kek gitu di google 😑 harusnya Lo searching di google 'apakah di neraka panas?' 🔥🔥🔥🔥

    ReplyDelete
  2. Serem sih Nicole, kalo Ambeeer kan awalnya g tau dia Jln ma pria beris tri

    *Bebec cuec*

    ReplyDelete
  3. Yang suka berak di kasur siapaaa gue gatau ini referensinya siapa😭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu si Amber Heard alias si Mera mantan suaminya Johnny Depp 😑

      Masa si kalian ga tau? Wah kurang bergibah kalian ini

      Delete
    2. Lu sih, dah tau nama belakangnya beda, malah maksain.

      Delete
  4. Wah, jangan jangan ini yang menginspirasi kisah Gone Girl ya bang? Mirip banget..
    -Johanna Zj

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mungkin, tapi dicampur ama kisah hidupnya Agatha Christie

      https://mengakubackpacker.blogspot.com/2015/04/agatha-christie-goddess-of-mystery.html

      Delete
  5. Kasian juga si suami kalau beneran gak salah. Kayak crita gone girl tpi istrinya bneran jdi korban.

    ReplyDelete