Monday, August 5, 2019

UPIN IPIN: THE DARKEST SECRET - BAB 3


HASRAT TERPENDAM”


WARNING: cerbung ini akan memuat konten dewasa

ENAM TAHUN LALU

Hei, Santi!” Upin memanggilnya, “Awak mau lihat dagangan saya?”

Gadis itu menoleh ke arahnya. Saat itu ia masih memakai seragam SMA. Rambutnya yang dikuncir dua membuatnya tampak manis.

Kau membuat sendiri gelang itu, Upin? Bagus sekali.” Susanti menatapnya sambil tersenyum, “Sayang sekali dompetku tertinggal di rumah. Lain kali saja ya?”

Untuk gadis secantik awak gratis kok.”

Susanti hanya tergelak, “Jangan ah! Aku kasihan nanti kau tak dapat uang lagi.”

Upin pun beranjak menghampiri Ipin, yang ia lihat tengah memperhatikan gadis itu berjalan kembali ke kelas.


Masih suka stalking Susanti ya?” tepuknya dari belakang.

Astaga, kau bikin kaget saja!” Ipin menoleh dengan deg-degan.

Kenapa sih awak ini? Kita dan dia kan sudah bersahabat sejak kecil?”

Entahlah, Upin. Perasaanku dengannya kini berbeda seperti waktu kita masih kecil.” Ia menandangi Susanti yang masih terlihat dari jendela kelasnya.

Beda? Beda bagaimana?”

Dalam hati, Ipin tahu bahwa Upin tak pernah memikirkan status mereka sebagai anak yatim piatu. Kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan pesawat saat mereka masih kecil, begitulah yang dikatakan Opah. Bahkan seperti apa wajah mereka-pun, baik Upin dan Ipin tak lagi mengingatnya.

Bagi Upin, kedua orang tuanya hanyalah kenangan yang tak pernah ia ingat. Baginya, Opah dan Kak Ros lebih penting karena mereka-lah yang merawatnya sejak kecil.

Namun tidak bagi Ipin.

Ia selalu lebih penasaran tentang seperti apa kedua orang tua mereka. Ia sering mengunjungi makam mereka di batas desa bersama Opah, namun hanya batu nisan itu sajalah satu-satunya peninggalan mereka. Dan kadang itu membuatnya minder. Melihat anak-anak lain seperti Ehsan, Mail, Fizi, Jarjit, dan Mei Mei bersama orang tua mereka, kadang itu membuat Ipin sedih.

Ia hanyalah seorang anak tanpa orang tua.

Kemudian ia bertemu Susanti.

Ia masih ingat ketika ia pertama kali bertemu dengannya pada hari ia masuk sekolah.

Seorang murid pindahan dari Indonesia.” begitulah Cikgu Yasmin memperkenalkannya.

Namun Susanti juga mengatakan banyak hal mengenai dirinya pada Ipin dan Upin. Hal-hal yang bahkan tak pernah ia ceritakan pada anak-anak lain.

Ibuku meninggal di sini, di Malaysia, karena kecelakaan kereta api.” ujarnya bercerita, “Beliau dimakamkan di sini karena mahalnya biaya untuk membawa jenazahnya kembali ke Indonesia. Karena itu kami memutuskan untuk menetap di sini agar tidak jauh-jauh darinya.”

Beberapa tahun kemudian ayah Susanti juga meninggal. Namun gadis itu cukup mandiri untuk hidup sendirian.

Kurasa kita senasib sekarang, Pin.” kata gadis itu pada Ipin sembari menyembunyikan kesedihannya, “Kita sama-sama yatim piatu sekarang.”

Upin mungkin takkan pernah mengerti perasaan Ipin, namun gadis itu mengerti.

Dan mulai sejak saat, perasaan yang Ipin rasakan dalam hatinya lebih daripada sahabat.

Awak menyukainya ya?”

Ipin menoleh ke arah saudara kembarnya dengan wajah memerah. Ia tak bisa membohonginya.

Berikan saja ini padanya,” Upin memberikan gelangnya, “dan katakan perasaan awak, sebelum terlambat.”

Ipin menerimanya dengan malu-malu. Dan keesokan harinya, Upin melihat Susanti sudah mengenakan gelang itu.

Jika selama ini ada yang bisa membedakan Upin dan Ipin dengan baik, orang itu bukanlah Kak Ros maupun Opah, melainkan Susanti.

Buktinya ia bisa memilih satu di antara mereka.

Semenjak saat itu Upin hanya bisa menatap gadis itu dengan berbesar hati.

Hari itu ia telah memberikan pengorbanan terbesarnya pada Ipin.

Yakni memberikan cinta pertamanya pada saudaranya.

***

Upin lagi-lagi terbangun, kali ini karena tamparan sinar matahari hangat yang masuk dari jendela dan menyapu pipinya.

Sudah lama sekali, pikirnya, namun kenapa ia masih saja teringat perasaannya dulu pada Santi?

Ipin ...” Kak Ros masuk ke kamarnya, “Ah, maaf ... Upin, maksud Kakak. Hanya saja ini kamar Ipin, kadang Kakak ...”

Tak apa, Kak.” Upin tersenyum, “Ada apa Kakak membangunkan saya?”

Kak Ros berusaha tak menatap wajahnya saat mengatakannya, “Ada perempuan itu di luar.”

***

Maaf tadi malam aku mengusirmu dari rumah, Upin.” Susanti terlihat malu. Mereka berdua tengah berjalan bersama menuju resor baru yang akan dibuka oleh Ehsan.

Tak apa. Kenapa awak tak mengajak Udin bersama awak? Saya ingin melihatnya lagi.”

Aku sudah menitipkannya. Lagipula ...”

Tiba-tiba Upin mendengar para tetangga berbisik-bisik di belakang mereka.

Lihat bukankah itu Upin? Dia sudah kembali?”

Lihat perempuan itu sudah mulai menggoda saudara kembarnya. Padahal pria yang kumpul kebo dengannya kuburnya saja belum kering.”

Mana anak haram itu ya? Jangan biarkan anak kita bergaul dengan anak perempuan Indon itu ...”

Upin merasa geram mendengar gunjingan itu. Tangannya terkepal, namun Santi buru-buru menenangkannya.

Sudahlah, tak apa-apa. Aku sudah biasa diperlakukan seperti itu.”

Diam-diam Susanti tertawa. Upin merasa heran dibuatnya.

Kau ini mirip sekali dengan Ipin ya? Ia juga akan berbuat sama kalau mendengar gosip tentang diriku. Dan aku juga harus menenangkannya, sama seperti dirimu saat ini.”

Kampung ini banyak berubah.” Upin menatap bisnis-bisnis hiburan malam yang menjamur di kanan kiri jalan utama desa itu.

Tempat ini sudah lebih maju, tergerus perkembangan zaman. Maka beginilah konsekuensinya.” keluh Susanti. “Tapi paling tidak, teman-teman kita kecipratan rejekinya,”

Apa maksud awak?”

Ah, lihat! Kita sudah sampai! Bukankah itu dulu rumahmu?”

Mata Upin membelalak melihat rumah panggung di hadapannya. Rumah itu sama sekali tak berubah sedikitpun, masih sama seperti waktu ia dan Ipin dulu masih meninggalinya. Hanya ada satu perubahan, yakni plang bertuliskan “Resort Exotic”, Selain itu ada beberapa karangan bunga berisi ucapan selamat kepada Ehsan atas pembukaan resor barunya itu.

Sepertinya Ehsan adalah pebisnis yang sukses. Saya lega melihat rumah ini masih sama seperti yang dulu.”

Ya, dia belajar di luar negeri. Mungkin di sana ia menyadari bahwa lebih banyak wisatawan yang menyukai suasana tradisional seperti ini. Satu-satunya perubahan di rumahmu adalah kolam renang itu.”

Susanti menunjuk ke kolam renang yang masih ditutup dengan penutup otomatis, Upin sudah biasa melihatnya di hotel-hotel di KL.

Itu tempatmu dan Tuk Dalang dulu biasa memelihara ayam bukan?”

Tuk Dalang, oh ya ... saya belum berziarah ke makamnya dan juga makam Opah.”

Tuk Dalang baru saja meninggal beberapa hari lalu, sebelum kematian Ipin.” wajah Susanti kembali menyiratkan raut sedih.

Iya, saya juga mendengarnya dari Kak Ros, Hei, bukankah itu Mail?” tunjuk Upin.

Dimana sih Ehsan? Jam segini dia belum nongol juga?” Mail dengan kesal berbicara di telepon, “Apa dia mau terlambat ke pembukaan resornya sendiri?”

Apa saya perlu menyuruh anak buah awak mencarinya?” Fizi dengan seragam polisi menampakkan diri dari dalam resor.

Tak perlu, Fizi.” Mail dengan geram menutup telepon, “Palingan bentar lagi dia muncul dengan wajah mabuk.”

Hahaha dia memang selalu mabuk ... ” tiba-tiba wajah Fizi berubah menjadi kosong ketika melihat Upin.

I ... Ipin ...” bisiknya dengan wajah pucat.

Kenapa sih Fiz? Kau seperti baru melihat hantu?” Mail dengan heran menoleh dan menjatuhkan teleponnya begitu melihat kehadiran Upin.

Ka ... kau sudah mati!” tunjuknya ketakutan.

Teman-teman, ini aku Upin!”

U ... Upin?” Fizi akhirnya tersadar dan berusaha menyembunyikan kegugupannya, “Ten ... tentu saja. Kapan awak pulang?”

Baru kemarin ...”

UPIN!”

Perkataan Upin terpotong ketika seseorang tiba-tiba memeluknya.

Jar ... Jarjit?”

Bunga kenanga bunga cempaka ... lama kita tak jumpa ...hahaha!”

Hahaha awak masih suka berpantun juga ya?” Upin tertawa mengenang masa lalu. Kehangatan mereka sebagai sahabat lama seakan menguar lagi, walaupun hanya sesaat.

Di belakang Jarjit, Upin melihat seorang gadis cantik berkaca mata yang tampil mengenakan qipao berwarna merah muda.

Mei Mei?” Upin langsung mengenalinya.

Wah, seperti reuni ya?” diam-diam Mei Mei melirik ke arah Fizi dan Mail. Mereka berdua segera salah tingkah.

Bagaimana ini?” bisik Mail ke telinga Fizi, “Kita sama sekali tak memperhitungkan kalau dia bakalan datang!”

Sudahlah! Semua akan baik-baik saja jika kita semua tutup mulut!” bisik Fizi tak kalah geramnya.

Hei, Mail!” panggil Jarjit. Mail dengan gugup buru-buru menoleh.

A ... ada apa Jit?”

Bukalah kolam renangnya. Kami semua ingin melihatnya! Bukankah itu atraksi utama resor ini?”

Seharusnya Ehsan yang membukanya bersamaan dengan peresmian resor ini. Namun kurasa tak ada salahnya kita melakukannya sekarang. Salah sendiri Ehsan menghilang di hari besar seperti ini.”

Mail segera menyuruh orang untuk membuka kolam renang. Sementara itu Jarjit menyerahkan kartu namanya kepada Upin.

Hei, Pin ... jangan lupa datang ke tempat kami ya!”

Sirkus?” Upin heran ketika membacanya, “Kalian berdua membuka bisnis sirkus?”

Circus of the Freak!” tambah Mei Mei sambil menyeringai, “Sirkus khusus orang-orang aneh.”

Jarjit kemudian berbisik di telinga Upin dengan cara yang membuatnya bergidik ngeri.

Hanya ini yang bisa dilakukan orang-orang pendatang aneh seperti kami bukan? Bukankah itu anggapan orang-orang pribumi seperti kalian?”

Tiba-tiba suara jeritan terdengar. Upin tersentak begitu menyadari teriakan itu berasal dari Susanti.

Ada apa?”

Dengan gemetaran, Susanti menunjuk ke arah kolam renang.

Para pengunjung lain ikut menjerit.

Kolam itu sudah terbuka dan menampakkan jasad seorang pria terapung di atasnya.

Di ... dia ...” Upin mengenalinya sebagai pria yang berusaha menggoda Susanti di klub tadi malam.

I ... itu Ehsan ...” seru Mail.

Apa?!” tanya Upin tak percaya menatap mayat itu.


TO BE CONTINUED





8 comments: