Tuesday, August 6, 2019

10 RAHASIA GELAP DISNEY YANG TAK KALIAN KETAHUI



Disney memang tak bisa dipungkiri merupakan salah satu brand terbesar di dunia. Tak hanya menciptakan tokoh-tokoh kartun legendaris seperti Donald Bebek dan Mickey Mouse, Disney juga memiliki hak cipta bagi franchise bernilai trilyunan dollar, seperti Winnie The Pooh, Indiana Jones, Pirates of The Carribean, hingga Star Wars dan yang tak bisa dilupakan, Marvel Cinematic Universe. Bisa dibilang, bekerja di perusahaan sekelas Disney adalah jaminan hidup tajir dan sukses. Namun Disney tak selalu memiliki citra “innocent” seperti film anak-anak yang diproduksinya. Berikut ini adalah 10 “rahasia gelap” yang disimpan rapat-rapat Disney dan pastinya akan melunturkan citra Disney di benak kalian sebagai perusahaan yang ramah dan tak berdosa.


PS: gue pernah membuat postingan serupa tentang pesan subliminal di film Disney yang bisa kalian lihat disini.

1. Kematian Senantiasa Menggentayangi Disneyland dan Disney World


Disney memiliki dua theme park di Amerika, yakni “Disneyland” di California dan “Disney World” di Florida. Mendengar dua nama tersebut, pasti yang tergambar di benak kita adalah “the happiest place on earth” yang menjadi mimpi jutaan anak di dunia untuk mengunjunginya. Namun keduanya menyimpan rahasia kelam. Faktanya, tak semua anak yang memasuki theme park tersebut bisa keluar hidup-hidup.

Kasus paling terbaru adalah tewasnya seorang anak berusia 2 tahun bernama Lane Graves yang dimangsa buaya saat keluarganya berwisata di Seven Seas Lagoon, sebuah danau buatan di kompleks Disney World pada 2016. Yap, kalian nggak salah baca, dimangsa buaya! Ternyata cerita tentang buaya yang berkeliaran di Disney World bukan hanya urban legend semata. Ini benar-benar terjadi, Yang jadi pertanyaan menggelitik, kenapa sejak awal Disney membangun wahana wisata di lokasi yang mereka ketahui digerayangi oleh ratusan buaya?

Kematian-kematian lainnya melibatkan wahana dalam Disneyland. Salah satu yang paling terkenal adalah Insiden Matterhorn ketika seorang bocah tewas setelah terlempar keluar roller coaster bernama “Matterhorn Bobsleds” pada 1964. Dua puluh tahun kemudian, tragedi yang sama, bahkan lebih mengerikan terjadi ketika kepala seorang wanita terpenggal ketika menaiki wahana ini. Yap, terpenggal!!! Ditambah lagi, tragedi pada tahun 2003 menambah daftar kengerian ketika sebuah roller coaster lain bernama “Big Thunder Mountain Railroad” yang tengah meluncur tiba-tiba keluar dari jalurnya dan menyebabkan kematian seorang pria dan 10 penumpang lain luka-luka. Bisa bayangin kan, roller coaster yang jalurnya udah bener aja sengeri itu, apalagi kalo keretanya lepas betulan!

Tak hanya kematian yang disengaja, Disneyland Hotel dan Resort juga menjadi tercatat sebagai salah satu lokasi favorit untuk mengakhiri hidup. Paling tidak sudah tiga kasus bunuh diri terjadi di tempat wisata yang seharusnya dipenuhi keceriaan itu. Selain cerita-cerita di atas, masih banyak lagi kasus-kasus kematian ataupun kecelakaan mengerikan yang memakan korban jiwa, salah satu di antaranya adalah ...

2. Kematian Deborah Gail Stone



Deborah Gail Stone adalah salah satu staff Disney yang bekerja di pertunjukan bernama “American Sings” sebagai pembawa acara. Sebagai pembawa acara, dia tidak naik ke panggung karena panggung tersebut merupakan panggung yang dapat berputar, karena konsep acaranya seperti “carousel” atau komidi putar. Namun ketika dinding panggung berputar, dia berdiri terlalu dekat dan akhirnya terjatuh. Tubuhnya remuk ketika ia terhimpit di bagian dinding yang berputar. Ngerinya, para staff dan penonton yang kala itu mendengar teriakan Deborah justru menganggapnya sebagai bagian dari pertunjukan. Peristiwa ini terjadi pada 8 Juli 1974 dan di YouTube beredar video yang konon mengabadikan momen-momen terakhir Deborah sebelum ia tewas, walaupun kebenarannya sendiri belum bisa gue pastikan.


3. Kasus Penyanderaan Bersenjata di Disneyland


Tak hanya buaya yang menghantui kompleks Disney World. Negara bagian Florida yang menaungi theme park tersebut terkenal lemah dalam hal “gun control” dan kondisi itu juga bisa memicu insiden yang mencekam. Pada 1992, seorang pria memaksa masuk ke dalam Disney World untuk bertemu mantan kekasihnya. Ia kemudian menyandera dua staff Disney dengan sebilah senjata api. Ketika suasana semakin memanas, ia malah mengakhiri hidupnya sendiri dengan menebakkan senjata itu ke kepalanya.

Kasus penyanderaan kembali terulang pada 2000 ketika seorang pria, kali ini karena tak puas dengan masalah perceraian, menyandera anaknya sendiri dan seorang pelayan wanita di hotel di kompleks Disney World. Bahkan, kali ini sang penyandera mengaku membawa bom dan mengancam akan meledakkan diri. Beruntung, kasus ini akhirnya berakhir damai tanpa insiden berdarah.

4. Tragedi River County


River Country adalah water park pertama milik Disney yang dibuka pada tahun 1976 di Florida. Namun Disney kini lebih membanggakan Disneyland dan Disney World miliknya ketimbang River Country, karena jujur saja, Disney mengganggap taman bermain lawas itu sebagai masa lalunya yang kelam dan tak ingin mengingatnya. Yap, seperti dua theme park miliknya, River Country sejak pembangunannya selalu dihantui masalah dan juga dibayangi kematian. Pada 1980, seorang anak yang berenang di sana tewas karena terinfeksi penyakit otak yang disebabkan oleh Amoeba air tawar. Dua kematian beruntun juga terjadi pada 1982 dan 1989. Akhirnya, Disney berusaha menutup “aib” lamanya dengan menggulung tikar River Country pada 2001 untuk selamanya.

5. Rahasia Pirates of Carribean


Pirates of Carribean adalah sebuah wahana atraksi bertema bajak laut yang akhirnya menginspirasi franchise film blockbuster yang dibintangi Johnny Depp. Namun tahukah kalian, Disney menyimpan rahasia kelam di dalam wahana ini? Wahana ini menggunakan tengkorak dan kerangka manusia sungguhan! Setelah hal ini diketahui publik, Disney kemudian mengganti semua sisa jenazah itu dengan bahan sintetik. Namun konon, masih ada bagian di dalam wahana tersebut yang masih menggunakan kerangka asli.

6. Disney Kejam Terhadap Para Pegawainya?


Di dunia modern pekerja tentu dianggap sebagai aset yang harus dipertahankan, apalagi untuk perusahaan sekelas Disney yang amat bergantung pada animatornya. Ironisnya, bukannya diperlakukan baik dengan berbagai bonus dan insentif, Disney malah menindas mereka dengan berkonspirasi dengan perusahaan animasi lainnya seperti Dreamswork dan Pixar untuk melakukan politik “anti-poaching”. Dengan kesepakatan ini, mereka tidak akan menerima animator dari perusahaan lain apabila animator tersebut berhenti dari pekerjaannya. Dengan demikian, para animator Disney tak punya pilihan lain selain tetap bekerja di perusahaan itu.

Lebih kejamnya lagi, Disney kemudian bebas untuk menetapkan upah serendah mungkin karena tahu animator tersebut tidak akan resign dan beresiko kehilangan pekerjaan di dunia animasi. Konspirasi kejam ini akhirnya dibatalkan setelah tuntutan dari para pekerjanya yang merasa dirugikan dan Disney-pun terpaksa membayar ganti rugi sebesar 100 juta dollar (yang kayaknya nggak ada apa-apanya kalo dibandingin profit yang mereka dapetin dari Endgame, huh!).

Tak hanya kasus itu yang menunjukkan kekejaman Disney. Disney bahkan tega menghancurkan karir para aktornya sendiri demi kepuasan egonya. Pengisi suara “Snow White” dari versi animasinya tahun 1935 dilarang oleh Disney untuk menerima job apapun setelah film tersebut supaya namanya selalu dikenang “abadi” hanya sebagai pengisi suara Sang Putri Salju. Yikes!

7. Disney Over-Protektif terhadap Hak Ciptanya


Pertama gue jelasin dulu ya soal aturan hak cipta. Hak cipta suatu ciptaan bisa kadaluwarsa, tergantung regulasi tiap negara. Semisal jika hak cipta kadaluarsa setelah 100 tahun, maka karya itu bebas untuk dipakai siapapun. Karena itulah lagu-lagu klasik, seperti Beethoven, bebas digunakan dimanapun karena memang hak ciptanya sudah kadaluarsa.

Konon dengan ketajirannya yang tidak terbendung, Walt Disney terus berupaya untuk melobi pemerintah Amerika untuk “memperpanjang” masa kadaluarsa ini. Alasannya, mereka takut kehilangan hak cipta karakter-karakter ikoniknya seperti Mickey Mouse, Donald Duck, dkk. Memang sih sekarang sudah nggak ada lagi komik dan film yang menceritakan mereka, tapi merchandise mereka meraup penghasilan hingga trilyunan dolar tiap tahunnya. Disney tentu tak rela melepas begitu saja “tambang emas” mereka ini.

Pada awalnya, hukum yang disusun pada 1909 di Amerika Serikat menyatakan bahwa hak cipta hanya berlaku 56 tahun. Namun pada 1976, setelah lobi keras oleh Disney (tentu dengan dibanjiri aliran uang), Kongres (DPR/MPR-nya sana) kala itu memperpanjang batasnya hingga 75 tahun. Menurut undang-undang itu, hak cipta Mickey Mouse seharusnya habis pada 2003. Namun pada 1997, Disney kembali “merayu” para politikus dengan uang kampanye hingga ratusan ribu dollar agar UU itu kembali diperpanjang hingga 95 tahun! Dengan kata lain, hal cipta Disney atas karakternya akan habis 2023. Bahkan nggak malu-malu, Disney menyebut UU sebagai “Mickey Mouse Protection Act”. Memang ampuh ya kalo uang udah bertindak?

Sikap “over-protektif” Disney ini memang sudah tersebar luas ke khalayak ramai (soalnya mereka juga nggak menutup-nutupinya), bahkan bagi beberapa orang udah kebablasan. Contohnya, Disney pernah menuntut tiga daycare (tempat penitipan anak) karena mereka melukis dinding taman bermain mereka dengan karakter-karakter Disney tanpa izin. Hellow ... yang namanya tempat yang banyak anak kecilnya, semacam daycare, TK, playgroup, dsb kan pastilah banyak gambar-gambar mural tokoh-tokoh kartun begitu untuk memberi suasana ceria pada anak-anak. Daycare tersebut akhirnya menghapus mural tersebut, namun Universal Studios, salah satu pesaing Disney saat itu, “membalas dendam” dengan mengizinkan daycare tersebut membuat mural dengan karakter mereka, antara lain The Flintstones dan Scooby Doo secara GRATIS. Ouch!

8. Disney World Adalah Surga Pedofil?


Tak hanya jadi surga untuk anak-anak kecil, taman bermain ini juga ternyata menjadi surga bagi para pedofil untuk mencari koleksi “lolita-lolitanya”. Fakta terbaru mengungkapkan bahwa sudah ada total 35 pekerja Disneyland yang tertangkap polisi karena skandal seks dengan anak di bawah umur. Wah, parah ya? Udah rawan kecelakaan, masih ketemu pedobear lagi. Ini sangat ironis mengingat biaya masuk Disneyland mencapai 150-300 dollar (2,25 – 4,5 juta IDR) dimana dengan nominal setinggi itu harusnya sudah bisa menjamin keamanan para pengunjungnya.

9. “Sexy Killer” ala Disney

Seperti film dokumenter “Sexy Killer” yang bikin heboh karena mengungkap borok industri batu bara di negeri ini, Disney juga punya film dokumenter (well, bukan bikinan mereka sendiri sih) yang mengungkap sisi gelap mereka. Dua film yang mengorek kebobrokan Disney ini adalah “Escape From Tomorrow” dan “Florida Projects”. Namun Disney sama sekali tak berusaha menuntut pembuat kedua film tersebut untuk menghindari publikasi lebih jauh. Mungkin cukup dengan skala 57% di Rotten Tomatoes? Hmmm ....

10. Walt Disney Pro Nazi?


Membayangkan Walt Disney mungkin di benak kita akan tergambar sosok kebapakan yang ceria dan ramah serta baik hati seperti kartun-kartunnya yang menghangatkan hati. Eits ... ternyata tidak menurut orang-orang terdekatnya! Walt Disney konon disebut-sebut sebagai sosok yang narsistik, anti-semitik (benci dengan kaum Yahudi), rasis, dan seksis. Disebut narsis karena, well ... lihat saja cara dia melindungi hak ciptanya. Disebut anti-semitik karena Disney disebut-sebut dekat dengan tokoh Nazi bahkan terkenal sebagai pro-Nazi. Dia bahkan memperkerjakan ex-Nazi bernama Wehner von Braun (dari namanya aja udah mirip agen Hydra!) untuk merancang Disneyland. Disebut rasis sebab bisa dibuktikan lewat karya-karya awalnya semisal “Song of The South” yang amat men-stereotipkan kaum kulit hitam. Disebut seksis karena ia dikenal tak mau memperkerjakan animator perempuan. Belum lagi ia dikenal suka menindas pegawainya sendiri dan melarang mereka ikut Serikat Buruh. Haduh ....

BONUS

Walt Disney Adalah Plagiat!


Dan sebagai pamungkas, gue akan mengungkit salah satu skandalnya yang menurut gue paling memalukan, yakni Disney pernah menjiplak “Kimba The White Lion” karya Osamu Tezuka untuk dijadikan ....

The Lion King!

Buat kalian yang masih awam dan nggak tahu siapa Osamu Tezuka itu ... well, excuse me! Osamu Tezuka yang juga pencipta Astro Boy ini adalah mangaka legendaris yang dijuluki sebagai THE GOD OF MANGA! Osamu membuat Kimba pada tahun 1965 dan setelah kematiannya pada 1989, barulah pihak Disney memulai proses produksi film "merekea" yakni "The Lion King". Konon, ahli waris Osamu Tezuka nggak berniat menuntut Disney (walaupun kemiripan kedua karya tersebut tak terbantahkan lagi) karena Disney memiliki “pengacara-pengacara terbaik di dunia”. Well, now you know the truth.


12 comments:

  1. bang maaf nih tapi....Wehner von braun itu chief NASA dia itu anti NAZI (orang jerman)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kan gue nulis dia sebagai "ex-NAZI" dan kenyataannya emg dia pernah kerja untuk NAZI kan, bahkan nyiptain roket untuk Hitler

      Delete
  2. Demen banget yg kayak gini, lanjutkan bg!

    ReplyDelete
  3. Hahaha dr dl mah dh tau, dn jgn lupa ttg franchise mreka yg kerja sama dg Marvel, menyisipkan alegori alegori di film2 mreka yang ditonton kebanyakan ditonton anak2 pecinta superhero dlm hal ini Marvel, promosi LGBT di film yg di tonton anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. alah itu mah ga cuman disney, tapi kebanyakan film hollywood udah begitu, nampilin karakter LGBT soalnya lagi panas2nya isu SJW

      Delete
    2. Knp ane lbh menekankan ke Disney, krn Disney itu menyasar anak2 sbgai pasar nya

      Delete
  4. Gw rasa Disney udh kehilangan rasa "sentuhannya". Buktinya dari semua film remake Disney yang gw tonton, gw sama sekali gk merasa nuansa nostalgia ala Disney.

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang bener banget ... soalnya sekarang mereka cuman ngejar profit hiks

      Delete
  5. universal studio >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> disney world

    ReplyDelete
  6. Blognya bagus banget dari segi artikel. Pastikan buat admin untuk selalu update ya

    ReplyDelete
  7. adakah rahasia gelap Dufan?

    ReplyDelete