“GAIRAH
YANG TERPENJARA”
WARNING:
cerbung ini akan memuat konten dewasa
Fizi
menghantam meja dengan bogem mentahnya.
“JELASKAN
APA YANG AWAK LAKUKAN DI VIDEO INI!”
Polisi muda
itu menunjukkan rekaman CCTV dimana Upin melayangkan pukulan ke arah
Ehsan tadi malam.
“Saat itu
dia sedang mabuk dan berusaha menggoda Susanti!” Upin berusaha
membela diri, “Lagipula saat itu saya belum tahu kalau itu Ehsan
... dia banyak berubah.” Upin mulai berpikir apakah selama di
Korea, Ehsan melakukan operasi sedot lemak dan bedah plastik untuk
menyempurnakan penampilannya.
“Begitu
juga awak, Upin!” Fizi mendekatkan wajahnya, “Awak adalah orang
terakhir yang bertemu korban semalam! Istrinya mengatakan ia tak
pulang semalam dan kini ia ditemukan tewas terapung di kolam!”
“Belum
lagi,” Fizi bergerak menjauh, “Awak adalah seorang tentara kan?
Ehsan meninggal karena cekikan yang amat kuat hingga mematahkan
lehernya. Tak banyak orang di kota ini yang sekuat awak.”
“Bukan
saya pelakunya!” Upin bersikeras, “Tanyakan pada Susanti! Saya
bersamanya semalam!”
“Oh, jadi
awak bermalam bersamanya?” Fizi menatapnya dengan ketus.
“Bukan
itu maksud saya! Awak salah paham! Lalu bagaimana dengan kematian
Ipin? Bukankah jelas ada hubungan antara kematian mereka?”
“Hubungan?
Bagaimana awak bisa menyimpulkan hal semacam itu?” Fizi menaikkan
alisnya.
“Mereka
meninggal hanya selang beberapa hari. Apa itu tidak mencurigakan?”
“Begitu
pula dengan Tuk Dalang, Kematiannya selang beberapa hari sebelum
Ipin. Apa menurutmu itu berhubungan juga? Tentu saja tidak, karena
kematian Tuk Dalang karena sebab alami. Karena itu, jika tidak ada
bukti, awak jangan membuat kesimpulan sembarangan! Biarkan polisi
yang memecahkannya!”
“Lalu apa
awak punya bukti bahwa saya membunuh Ehsan? Tidak, kan?”
Fizi
terdiam.
“Lebih
baik awak selidiki lebih dalam kematian Ipin! Saya yakin pelakunya
adalah orang yang sama dengan yang membunuh Ehsan!”
Huh,”
cibir Fizi sinis, “Itu mustahil.”
“Kenapa
awak berkata demikian?”
“Karena
kami telah menangkap pelaku yang telah membunuh saudara kembar awak.”
“APA?”
seru Upin terperanjat, “Siapa?”
“Awak
masih ingat teman kita yang suka pingsan itu?”
“I ...
Ijat? Ta ... tapi bagaimana mungkin?”
“Ijat
sebenarnya menderita kelainan jiwa, penyakit saraf. Karena itulah dia
sering pingsan. Apa itu namanya ... skizofrenia? Dan kami dengar dia
kabur dari rumah sakit jiwa tempatnya dirawat bersamaan dengan
kematian Ipin. Kami berhasil menangkapnya di kampung sebelah dan kami
akan menginterogasinya di kantor pusat.”
“Mus ...
mustahil Ijat yang melakukannya! Pasti awak salah tangkap!”
“Fizi
hanya tersenyum, seolah bangga dengan prestasinya memecahkan
kasusnya, “Yang jelas sekarang, kasus misteri kematian Ipin sudah
terbongkar. Tak usah sok-sokan menjadi detektif. Saatnya awak balik
ke KL!”
***
Di luar
kantor polisi, Upin berusaha mencari Susanti. Ia ingin memberitahunya
tentang penangkapan Ijat, namun ia tak menemukannya. Mungkin gadis
itu tak tahan terus-menerus digosipkan dengan dirinya.
Tiba-tiba
handphone-nya
menyala.
“Halo?”
tanyanya. Nomor yang menghubunginya adalah nomor yang asing baginya.
“Siapa ini?”
“Upin?
Ini Mei Mei.” terdengar bisikan seorang wanita.
“Mei
Mei?” tanya Upin terkejut. “Ada apa awak menghubungi saya?”
“Ada yang
ingin saya sampaikan. Saya tahu awak ke sini untuk menyelidiki
kematian saudara awak, bukan?”
“Apa awak
tahu sesuatu tentang Ipin?” Upin langsung menyahut.
Terdengar
suara tawa Mei Mei dari seberang telepon.
“Mei Mei
tahu segalanya. Sejak dulu saya kan yang menjadi orang terpintar di
kelas? Sayang Ipin malah memilih perempuan Indon semacam Susanti.”
Upin
terdiam. Begitukah perasaan Mei Mei yang sebenarnya? Upin heran,
mengapa gadis-gadis lebih memilih Ipin daripada dia. Padahal dia
sudah berusaha sekeras mungkin untuk menjadi anak yang baik dan
berbakti. Namun gadis-gadis serasa memandang sebelah mata pada
dirinya dan lebih mengagumi Ipin. Mungkin karena kesan ‘badboy’
yang menempel pada dirinya.
Bahkan Opah
dan Kak Ros-pun lebih menyayanginya. Semua yang Opah lakukan untuknya
....
Upin
buru-buru menghapus pikiran itu dari benaknya. Ada yang jauh lebih
penting sekarang.
“Siapa
pelakunya, Mei? Apa pelakunya Ijat?”
“Ijat?”
Mei Mei terdengar heran, “Apa hubungannya dengan semua ini?”
“Saya
dengar ia lepas dari rumah sakit jiwa dan ditangkap atas pembunuhan
Ipin.”
“Mana
mungkin! Ia tak ada hubungannya dengan semua ini. Lagipula sudah
bertahun-tahun kita tak melihat Ijat.”
“Kalau
begitu siapa pembunuh itu? Apa dia orang yang sama dengan yang sudah
menghabisi Ehsan?”
Wanita itu
terkikik, “Tentu saja. Dia adalah ...”
Terdengar
suara seseorang memanggilnya dari belakang.
“Ah,
sial! Saya harus bekerja sekarang ...” gadis itu terdengar
buru-buru, “Temui saya nanti seusai penampilan saya di sirkus,
Upin. Akan saya ceritakan semuanya pada awak ...”
“Tu ...
tunggu Mei Mei!” cegah Upin. Namun wanita berdarah Oriental itu
keburu menutup teleponnya.
Upin segera
mencari kartu nama yang tadi ditinggalkan Jarjit dan bergegas menuju
ke sana.
***
Suara
terompet ala India segera memenuhi ruangan.
“Saksikanlah
penampilan Dewi Angin Angin, sang ratu ular dari Indonesia!”
Jarjit, mengenakan kostum bak Aladdin membuka tirai dan tampaklah
seorang wanita berpakaian cosplay ala Princess Jasmine menarikan tari
ular. Dia adalah Mei Mei.
Pusarnya
yang ditindik dengan perhiasan bergemerincing ketika ia
meliuk-liukkan pinggangnya mengikuti irama. Para penonton langsung
riuh melihatnya. Suara tepukan tangan membahana, apalagi setelah
ular-ular hidup ditambahkan ke pentas itu.
Upin segera
masuk ke tenda sirkus dan menyaksikan pentas itu. Dilihatnya Mei Mei
mengambil ular sanca berukuran besar lalu mengalungkannya sembari
masih menari, sementara itu ular-ular kobra yang lebih kecil
berkeriapan di bawahnya.
Serasa
penampilannya bersama ular raksasa itu tak cukup, Mei mei memungut
seekor ular kobra dari lantai. Namun tiba-tiba saja ular itu dengan
cepat memagut leher wanita itu.
“AAAAAAAAA!!!”
jeritan Mei Mei menggema di penjuru tenda sirkus. Jarjit segera
menghentikan musik dan berlari menghampirinya. Begitu pula Upin yang
langsung berlari dari tengah penonton ke atas panggung.
“MEI
MEI!” teriak Jarjit, “CEPAT PANGGIL AMBULANS!”
Para
penonton terlihat cemas. Lampu-lampu langsung dinyalakan. Jarjit
segera memangku tubuh Mei Mei yang kejang-kejang tak sadarkan diri.
Buih keluar dari mulutnya.
“Mei Mei!
Apa yang terjadi pada awak! Mei Mei?” panggil Jarjit.
“Dia
dipatuk ular!” Upin segera berjongkok di sampingnya untuk memeriksa
keadaan Mei Mei, namun terlambat. Kepala Mei Mei terkulai lemas dan
denyut nadi tak lagi terasa di pergelangan tangannya.
“Maafkan
saya, Jarjit.” ucap Upin dengan berduka, “Istri awak sudah ...”
“TIDAAAAK!!!”
seru Jarjit penuh pilu, “Kenapa ... kenapa ...”
“Kurasa
ini sudah resiko karena awak menggunakan ular berbisa ...”
“Tidak!
Awak salah paham!” sergah Jarjit, “Saya tak akan membahayakan
nyawa Mei Mei! Semua ular di sini sudah dipotong taringnya. Tak ada
satupun di antara mereka yang masih berbisa!”
“Kecuali
itu!” Upin menunjuk ke seekor ular yang tengah memamerkan
taring-taringnya ke arah mereka.
“I ...
itu bukan ular saya ...”
“Apa?
Jadi ada yang sengaja membunuh Mei Mei?” Upin tersentak. Ia melihat
ke arah penonton.
Susanti
sedang berdiri menatap mereka dari tengah-tengah hadirin.
***
“Bukan
saya yang membunuh Mei Mei!” Jarjit mencoba membela diri, namun
Fizi menggebrak meja.
“Semua
bukti mengarah kepada awak, Jarjit! Aku tak peduli walaupun kita
adalah teman lama, namun keadilan tetap harus ditegakkan! Katakan,
apa awak juga yang melakukan ini pada Ehsan!”
“Apa yang
awak katakan? Saya tidak membunuh mereka!” Jarjit tetap ngotot.
“Kalau
bukan awak, siapa lagi?!”
Suara
pertengkaran mereka terdengar sampai ke luar, dimana Upin tengah
menanti. Ia mencari Susanti setelah insiden itu, namun tak
menemukannya. Kenapa dia ada di sana saat itu?
Apa yang
hendak disampaikan Mei Mei sebelum ia meninggal? Apa itu sebabnya dia
dihabisi?
Apa Jarjit
juga mengetahui apa yang diketahui istrinya?
Itulah yang
hendak ia cari tahu kebenarannya saat ini. Ia harus berbicara dengan
Jarjit sekarang juga!
Fizi
membuka pintu, sementara beberapa polisi lain membawa Jarjit yang
tengah diborgol ke sel tahanan.
“Kenapa
kalian menahannya?” tanya Upin, “Apa sudah terbukti dia
pelakunya?”
Fizi tak
menjawabnya dan malah menatapnya lekat-lekat.
“Saya
dengar awak adalah orang terakhir yang berbicara dengan korban
sebelum ia tewas, Upin.” kata Fizi dengan nada tajam, “Sungguh
suatu kebetulan, ada dua orang terbunuh secara beruntun pada hari
yang sama dan awak ada di tiap TKP.”
“Apa awak
masih mencurigai saya, Fiz? Katakanlah, bagaimana saya bisa mengganti
ular yang ada di sirkus itu padahal seharian ini awak menahan saya di
sini!”
Fizi tak
berkutik, “Jangan coba-coba keluar dari kampung ini sebelum kasus
ini dipecahkan.”
Iapun
beranjak pergi, namun Upin buru-buru menghentikannya.
“Tunggu,
bisakah saya berbicara dengan Jarjit sebentar saja?”
***
Jarjit
dengan wajah sedih tengah meringkuk di dalam sel-nya. Tak hanya
kehilangan istri tersayangnya, kini dia juga dituduh sebagai
pembunuhnya.
“Jarjit,”
Upin berdiri di depan sel-nya, sementara ia membiarkan pintu di
belakangnya membuka, “Saya tahu bukan awak yang membunuh Mei Mei.”
“Benarkah?”
Jarjit segera bangun dan menghampirinya dari balik jeruji, “Awak
percaya pada saya?”
“Tentu.
Semenjak kecil awak-lah yang paling peduli pada Mei Mei. Mustahil
awak tega menyakitinya. Namun saya perlu tahu satu hal.” Upin
menatap Jarjit dengan tajam, “Sebelum meninggal, Mei Mei hendak
mengatakan sesuatu pada saya. Dia bilang dia tahu siapa pembunuh Ipin
dan Ehsan. Apa awak mengetahuinya juga?”
Wajah
Jarjit tiba-tiba menjadi pucat, ia berjalan mundur terhuyung-huyung.
“Jarjit?
Ada apa?”tanya Upin heran.
Pemuda
itupun menyadari, siapapun yang menyebabkan Jarjit begitu ketakutan, dia ada di belakangnya.
Upin segera
menoleh dan melihat sekelebatan bayangan melarikan diri dari balik
pintu yang terbuka.
“HEI,
TUNGGU!”
Sosok itu
terus berlari keluar dari kantor polisi, Upin berusaha mengejarnya,
namun percuma. Ia sudah menghilang di balik keramaian orang di pasar
yang berada tepat di depan kantor polisi itu.
Upin hanya
melihat bagian belakang sosok itu. Itu tak cukup untuk membuatnya
menyimpulkan siapa sosok misterius itu? Apa dia seorang pria? Upin
cukup yakin, namun tetap ia tak bisa memastikannya karena ia hanya
melihatnya sekilas.
Siapa dia?
Mengapa Jarjit begitu ketakutan melihatnya?
Apa dia
yang bertanggung jawab atas kematian Ipin, Ehsan, dan Mei Mei?
Upin
memutuskan untuk kembali ke dalam dan bertanya pada Jarjit. Hanya dia
kini yang bisa menjawab semua pertanyaan ini.
“Jarjit
... siapa tadi yang ... AAAAAARGH!!!”
Upin
berteriak sekencang mungkin begitu melihat pemandangan mengerikan
dari dalam sel. Tubuh Jarjit kini tergantung dengan sabuk melilit
lehernya. Tubuhnya berayun ke kanan dan ke kiri, sementara tatapan
matanya kosong tak bernyawa.
“Ada
apa?” Fizi bergegas masuk dan terhenyak melihat peristiwa itu.
Upin
menunduk dan melihat kunci yang berada di dalam tangan Fizi.
Hanya
dia yang punya kunci sel itu.
TO BE
CONTINUED
Ceritanya semakin menarik, menurut firasatku pembunuhnya lebih dari 1 orang. Semangat terus berkarya, bang Dave!
ReplyDeleteSemoga ada yg buat animasi nya
ReplyDeleteKalo ini sih cocoknya live action. Dah ada bayangan kan siapa yg cocok meranin bang salleh 😉
DeleteLu cinta luna kah bang?
DeleteSepertinya akan ada plot twist
ReplyDeletetentu saja dong, bangdepp
DeleteBau bau ayam goreng
ReplyDeleteSemakin penasaran siapa dalang di balik semua pembunuhan itu
ReplyDelete#silent reader
pelakunya rembo
DeleteWkwkwk
Deletesebenarnya ayam kuah opor yg dimasak kak ros di episode pertama itulah rembo :D
DeleteRembooo.....tidaaaakkkkk....!!!!!
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteLanjoottttt
ReplyDeleteLanjoottttt
ReplyDeleteAku curiga pelakunya kak ros dia benci dg ipin krn secara tdk langsung membunuh opah dn mungkin jg selama upin pergi, ipin selalu memperkosa kak ros
ReplyDeleteSetdah drmana gw dpt kesimpulan absurd
sebenarnya takut sih kalo ada readers yg psikopat gini ... tapi kalo dipikir2 gue juga yg mendidik kalian jadi begini -_-
DeletePelakunya kemungkinan lebih dari 1 orang dan bayangan yang dilihat upin hanyalah pengalih perhatian dari jarjit.
ReplyDeleteSang ratu ular dari Indonesia?
ReplyDeleteAwas nanti diprotes Malaysia lho, Bang. Hehe
Eits ... ini kan inspirasinya dari sinetronnya alm. suzanna
Delete